Mohon tunggu...
Rani Afrilia
Rani Afrilia Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswi, ingin mengetahui dan memahami dan menguasai banyak hal.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Psikopat

13 Desember 2011   13:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:22 3571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam kosong karena guru malas adalah sesuatu yang ditunggu-tunggu semua siswa, jurusan sains sekalipun. Aku dan Silvi menyempatkan diri ke perpustakaan. Entahlah apa yang akan kami kerjakan disana nantinya ,apakah membaca sesuatu atau seperti biasanya,bergosip. silvi adalah temanku yang cerewet,humoris dan juga peduli sosialnya tinggi. Dia cantik tapi bodinya tak seberuntung wajahnya, pendek.dia paling benci dengan adik kelas yang centil dan tidak menghargai senior. hobinya nge-jailin orang dan tertawa. Ya, menjadi ciri khasnya adalah tawa yang menggelegar ,mengagetkan dan terkadang membuat orang yang mendengarnya akan hilang selera.

ibu cantika,si pegawai perpus menyambut kami dengan tampang sinisnya. Ih,gak banget deh,bisik silvi. Kami cukup anti dengan ibu yang satu ini. seenaknya menegur padahal suara kami tidak begitu besar ketika bergosip dibanding siswa lain yang lebih live bergosipnya dan sungguh konyol, dia dengan santai memutar lagu ST12 dari music playernya. wajah sinis,rambut kriting ngambang plus badan gendut lemak sana sini semakin menambah tidak matching-nya nama dan orangnya. Mestinya nama Ibu itu Ibu Sinisia,bisik silvi. "tuh,liat Fril tampangnya sinis banget. Ih,aku pengen banget deh gunting tuh rambut kriting" tambahnya dengan sangat antusias karena ibu cantika menatapnya remeh.

dan ternyata kami hanya bertanda tangan di buku tamu,berpura-pura mengambil sebuah buku dan duduk manis ngobrol. mungkin hanya sekolahku yang mempunyai perpustakaan dimana siswanya bebas ngoceh dengan volume di angka berapa saja. Tumben perpustakaan sepi,hanya ada aku dan silvi.

"eh,afril semalam aku nonton film horor!" bisiknya karena pandangan ibu cantika ke arah kami.
"horor apa porno?!"
"seratus persen horor !ih serem banget ! Pembunuhan berdarah dingin. ceritanya siswa SMA ini namanya sinta,sinta dimutilasi adik kelasnya karena merebut pacar adik kelasnya itu. terus sinta yang kemudian jadi setan balas dendam!" silvi bercerita tanpa tarik nafas,tak ada kesempatan bagiku untuk menanggapinya.
"eh, afril. Kamu tau nggak,sinta si setan gak ngincer adik kelas yang membunuhnya," terangnya dengan sorot mata serius padaku,alisku jadi berkerut.
"iyah,si setan malah membunuh cowok yang diperebutkan!"
"trus???"aku penasaran dan mulai antusias
"apesnya,si setan salah target karena ternyata yang terbunuh itu saudara kembar si cowok!" mulutku ternganga kaget,tawanya meledak. Huuu,kulempari wajahnya buku.mestinya aku sadar aku dikerjain.kuletakkan telapak tanganku di dahinya,barangkali ia sedang gangguan kejiwaan dan harus ke psikiater.

Belum terhenti tawanya yang menggelegar itu,tiba-tiba seorang siswi pingsan digotong dan akan masuk ke perpustakaan. dasar perpustakaan katro , kami harus membuka sepatu jika ingin memasuki bangunan berlantai putih ini. ada 7 orang kalau tak salah harus kerepotan membuka sapatu sambil tetap menggendong . Silvi yang tergugah rasa empatinya bertindak cepat membantu . Ia menggantikan seorang siswa yang kerepotan membuka sepatu dan menggendongnya masuk.

Adik kelas yang pingsan itu bernama meli. Meli yang tampak biasa-biasa saja itu tidak pucat tidak apa dibaringkan di sebuah meja panjang.mungkin dia pingsan karena perutnya kosong lupa sarapan,biasanya begitu.silvi begitu cekatan membuka belt,melonggarkan dasi dan membuka kaus kakinya.sebagai anggota palang merah dia sangat tahu akan hal pertolongan pertama. tiba-tiba Meli memperlihatkan keanehannya, dada dan perutnya terangkat seakan sesuatu menariknya keatas,kedua tangannya terkepal kuat seakan bersiap menghajar,matanya tertutup,ekspresi wajahnya begitu tersiksa.tiba-tiba aku dan silvi menjerit karena Meli mencekik kuat lehernya sendiri hingga wajahnya memerah.

silvi berusaha keras melepaskan tangan meli yang begitu kuat.aku sangat ketakutan hingga tak mampu berbuat. wajah silvi panik,ia mengingat adiknya yang meninggal dua tahun lalu,seumuran dengan meli.silvi merasa kasihan.ia begitu serius menanganinya.berulangkali ia menyerukan istigfar kepada meli,satu tangannya memegang tangan meli,satunya lagi memijit-mijit kepalanya.ia tahu,meli kesurupan dan sepengetahuannya, kepala adalah tempat terpusatnya saraf.aku heran, temannya begitu santai dan pandanganku beralih ke ibu cantika yang ternyata dari tadi hanya menjadikan kami tontonan dan senyum-senyum.what?!! Aku semakin membenci zaman yang individualis ini.

di pintu, tampak Lady si banci celingak-celinguk penasaran ingin tahu apa yang terjadi di ruang perpustakaan ini.segera ia masuk dan menyerebet centil.
"aauuuu...bo!,nie meli!serius banget nolonginnya.hahahaiiii..yei ketipu!"jerit lady mengejek centil
"maksudmu?!"
"eh,silvi. Ni cewek cuman cari perhatian!cuman akting,dia pura-pura."
Ternyata adik kelas yang pingsan itu adalah siswi yang hanya ingin mencari perhatian saja.Semuanya dibuat-buat untuk menarik perhatian dan simpatik. kisahnya, pernah suatu hari ia pingsan lalu kesurupan dan lama sekali mengocehnya,pokoknya tidak karuan.ketika bel pulang berbunyi,dia cepat-cepat sadar terbangun lalu merapikan buku dan tasnya.
Silvi yang merasa tertipu dan dipermainkan jengkel. silvi pun melontarkan cemoohan di depan wajah si meli yang pingsan,kulihat mata meli agak berkedip-kedip kecil tak tampak.

"sial!sial! Cewek sial!" silvi mencaci tepat di depan wajah meli yang tetap terbaring. belum puas silvi atas caciannya , dia membuka kos kaki kirinya dan melayang-layangkan kos hitam tersebut di atas hidung meli. Silvi merasa sangat tertipu dengan kenyataan tentang meli. Aku merasa tidak enak atas perlakuan silvi dan kosnya itu,berlebihan. Bodoh amat,kami meninggalkan perpustakaan dengan pikiran yang mengganjal di benak masing-masing.
aku masih teringat dengan kejadian sebulan lalu di perpustakaan itu.apa sebenarnya alasan meli dengan tingkahnya yang aneh itu. Apakah hanya sebatas ingin mencari perhatian?. menurut temannya,meli sangat pendiam dan tertutup. Tak ada yang mengetahui secara jelas latar belakangnya.

Hati silvi sekarang berbunga-bunga karena jatuh cinta. dapat berondong ,pacaran dengan adik kelas yang menjadi idola cewek satu SMA. Karena bosan di kelas,dia mengajakku ke kantin bertemu pacarnya itu. aku berjabat tangan berkenalan, kesan pertamaku dia memang tampan dan keren. Dia Radit Erlangga,aku saja harus mencuri-curi pandang ketika dia asyik berbincang dan memusatkan konsentrasinya ke Silvi.

"afril,afril,heloo kamu melamun" aku tersadar tolol ketika silvi menepuk-nepuk bahuku
" oh,pacarmu kemana?!"
"kembali ke kelas"
"loh,kok nggak permisi ke sobatmu yang cerdas ini"
"dia ilfeel liat cewek cerdas tapi ratu bengong kayak kamu,hahaha" silvi mengejek puas
"just kidding sista,lagian dia nggak mau ganggu kamu yang khusyuk banget melamunnya"
"so,kita kembali ke kelas kan?"
"mmm..ke perpus dulu!" sobatku yang satu ini hobi ambil keputusan sendiri padahal aku lelah mengekor terus seperti kucing gusar. Cuaca panas begini diajak mondar-mandir gimana muka nggak sangar.

Tepat di pintu perpustakaan pandangan meli menyambutku dingin. Gila, bulu romaku merinding. Lalu pandangan itu beralih ke silvi, lebih dingin lagi. Seperti ada amarah yang begitu besar dan kuat, aku jadi takut. Mereka bertatapan lama sekali, ingin aku menyikut Silvi untuk mengabaikan permainan pandang-memandang tolol itu. apa untungnya saling bertatapan aneh. Adakah yang mereka cari di mata masing-masing. Ah, mereka tidak akan menemukan apapun. Kecuali tahi mata.

Sebulan berlalu seiring bergantinya baterai jam,seiring berkembangnya gossip demi gossip. Silvi masih dengan berondongnya dan aku mulai berbahagia dengan hal-hal baru di hidupku.
"afril,kok akhir-akhir ini ada yang sering menerorku"
"ah,candaanmu basi"
"Suer!,dia bilang 'hai,Aku boleh neror kamu nggak?' "
"ih,makin basi deh!"
"nggak percaya?! ya udah !kalau aku dibunuh si tukang teror trus kamu nangis,aku bahagia kok.itu tandanya kamu sayang temanmu yang tidak berdosa ini"
"huh,coba kamu pejabat negara, aku bisa khawatir tapi pembantunya saja bukan,mana bisa?" silvi tertawa mendengar omelanku,sekilas raut wajahnya menandakan ketakutan.

Esoknya aku shock,seluruh tubuhku lemas dan menangis miris mendapat kabar silvi meninggal secara misterius di tempat kos-nya. dia dibunuh secara sadis dengan badan terpotong 5 bagian, kepala,dada,perut,paha dan betis. Dan pembunuhnya adalah adik kelasku yang misterius,Meli. Ternyata meli mengidap penyakit psikopat. Dia juga yang membunuh ayah dan ibunya setahun yang lalu,ketika itu dia mengaku tidak menyaksikan pembunuhan orang tuanya dengan alasan palsu,terlelap tidur.

Saat aku menjenguk meli di rutan , dia begitu histeris melihatku. Dia terus meneriakkan nama Radit kekasihnya yang juga kekasih almarhum Silvi. Silvi sahabatku yang baik harus menjadi korban pelampiasan api cemburu Meli terhadap Radit yang meduakannya.

Rasa takut kini menghantui diriku atas peristiwa itu. aku bersalah akan sesuatu yang ku tutup-tutupi selama ini,hampir sebulan. Sesuatu yang menyakitkan untuk mereka. Ku kira awalnya cowok itu hanya mempermainkanku, tapi sialnya aku kepincut jatuh hati dengannya. Bahwa sebenarnya aku pun telah menjalin hubungan gelap dengan Radit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun