Tepat di pintu perpustakaan pandangan meli menyambutku dingin. Gila, bulu romaku merinding. Lalu pandangan itu beralih ke silvi, lebih dingin lagi. Seperti ada amarah yang begitu besar dan kuat, aku jadi takut. Mereka bertatapan lama sekali, ingin aku menyikut Silvi untuk mengabaikan permainan pandang-memandang tolol itu. apa untungnya saling bertatapan aneh. Adakah yang mereka cari di mata masing-masing. Ah, mereka tidak akan menemukan apapun. Kecuali tahi mata.
Sebulan berlalu seiring bergantinya baterai jam,seiring berkembangnya gossip demi gossip. Silvi masih dengan berondongnya dan aku mulai berbahagia dengan hal-hal baru di hidupku.
"afril,kok akhir-akhir ini ada yang sering menerorku"
"ah,candaanmu basi"
"Suer!,dia bilang 'hai,Aku boleh neror kamu nggak?' "
"ih,makin basi deh!"
"nggak percaya?! ya udah !kalau aku dibunuh si tukang teror trus kamu nangis,aku bahagia kok.itu tandanya kamu sayang temanmu yang tidak berdosa ini"
"huh,coba kamu pejabat negara, aku bisa khawatir tapi pembantunya saja bukan,mana bisa?" silvi tertawa mendengar omelanku,sekilas raut wajahnya menandakan ketakutan.
Esoknya aku shock,seluruh tubuhku lemas dan menangis miris mendapat kabar silvi meninggal secara misterius di tempat kos-nya. dia dibunuh secara sadis dengan badan terpotong 5 bagian, kepala,dada,perut,paha dan betis. Dan pembunuhnya adalah adik kelasku yang misterius,Meli. Ternyata meli mengidap penyakit psikopat. Dia juga yang membunuh ayah dan ibunya setahun yang lalu,ketika itu dia mengaku tidak menyaksikan pembunuhan orang tuanya dengan alasan palsu,terlelap tidur.
Saat aku menjenguk meli di rutan , dia begitu histeris melihatku. Dia terus meneriakkan nama Radit kekasihnya yang juga kekasih almarhum Silvi. Silvi sahabatku yang baik harus menjadi korban pelampiasan api cemburu Meli terhadap Radit yang meduakannya.
Rasa takut kini menghantui diriku atas peristiwa itu. aku bersalah akan sesuatu yang ku tutup-tutupi selama ini,hampir sebulan. Sesuatu yang menyakitkan untuk mereka. Ku kira awalnya cowok itu hanya mempermainkanku, tapi sialnya aku kepincut jatuh hati dengannya. Bahwa sebenarnya aku pun telah menjalin hubungan gelap dengan Radit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H