Mohon tunggu...
Afriantoni Al Falembani
Afriantoni Al Falembani Mohon Tunggu... Administrasi - Dosen dan Aktivis

Menulis dengan hati dalam bidang pendidikan, politik, sosial, fiksi, filsafat dan humaniora. Salam Sukses Selalu.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Depolitisasi Komitmen Pendidikan Calon Gubernur Sumsel

28 Maret 2018   08:00 Diperbarui: 28 Maret 2018   12:03 1877
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemudian, pembagian porsi anggaran juga merujuk kepada ketiga jenis pembiayaan tersebut. elemennya sangat banyak. Untuk itu, tawaran yang lebih manusiawi untuk membuka jalan dari "kebutuan" persoalan pendidikan adalah mengembalikan habitat pendidikan sebagai "taman siswa".

Artinya, ke depan biaya tidak menjadi persoalan dibebankan biaya kepada orang tua siswa, asalkan sekolah menjadi persemaian nilai-nilai kepribadian. Konsep taman siswa pernah diterapkan oleh Ki Hajar Dewantoro sebagai "Bapak Pendidikan Nasional" yang ditelantarkan harus dikembalikan. Memang salah satu caranya pendidikan karakter yang diterapkan oleh pemerintah, perlu didukung secara strategis agar implementasinya tidak "kaku".

Secara reaslistis pembangunan pendidikan harus merupakan program jangka panjang yang disepakat secara bersama dengan tahapan yang apik melalui analisis perkembangan pendidikan secara bertahap. Artinya, 50 tahun ke depan kesepakatan dalam bidang pendidikan harus dimaklumi oleh seluruh masyarakat. Sehingga, tidak terjadi gonta-ganti kebijakan.

Sebenarnya dalam ruang lingkup ASEAN adanya konsep bernama Education for Sustainable Development(ESD).  Menurut Nikot dkk, pendidikan yang berupaya memberdayakan masyarakat untuk memikul tanggung jawab dalam menghadapi dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan. 

UNESCO (2002) menyepakati ESD bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap pendidikan dasar yang berkualitas, mengarahkan kembali kurikulum pendidikan, pelatihan dan meningkatkan kesadaran masyarakat serta membantu orang mengembangkan perilaku, keterampilan dan pengetahuan yang mereka butuhkan, di masa sekarang dan di masa depan.

Konsep ini lentur karena memahami peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh ummat manusia. Artinya, dorongan terhadap sekolah adalah memberikan bantuan beasiswa dan peningkatan mutu sekolah.

Sedangkan, konsep ESD berarti menciptakan budaya baru dalam rangka menumbuhkembangkan siswa dengan membangun pojok baca, rumah baca, atau bahkan perpustakaan yang ada hampir di setiap RW atau bahkan RT. Artinya, membangun budaya yang memiliki lokomotif di setiap wilayah.

Artinya, sekolah ke depan harus menjadi taman siswa dalam membentuk karakter anak. Pembentukan budaya dan lingkungan sekolah lebih utama ketimbang mengedepankan nilai-nilai secara numerik atau prestasi yang bersifat semu. Pada tahap ini, maka perlu ada evaluasi secara total terhadap pendidikan, karena modernisasi telah mencerabut anak dari nilai kepribadian.

Untuk membangun budaya "taman siswa" inilah sehingga sekolah membutuhkan biaya untuk menumbukembangkan kepribadian anak. Sehingga, masa depan anak lebih baik ketimbang memberikan sekolah gratis yang berdampak pada kepribadian yang Jika hal ini tidak dihindari, maka akan mengakibatkan unsustainable development.(***)

Pernah dimuat di website: warta24h.com tanggal 10 Februari 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun