Pembulian verbal pada sekelompok perempuan pada foto itu oleh Luthfi dan Denny hanyalah contoh kecil dari fenomena umum yang terlihat dari perilaku standar ganda dari mereka yang menyebut aktivis liberal, pro demokrasi dan anti diskriminasi. Karena tak jarang sikap dan laku mereka justru bertentangan dengan substansi nilai kebebasan dan anti diksriminasi itu sendiri. Ada banyak contoh jika kita mau mengupas panjang lebar.
Mereka itu pada suatu waktu, misalnya, bisa saja mengaku berjuang untuk persamaan hak dasar manusia, kebebasan beragama, dan sejenisnya (yang tentu bagus), namun di lain waktu justru menyerang praktik atau keyakinan beragama orang lain dengan cara-cara yang tak lebih beradab dari kelompok lain yang sering dilabel sebagai kaum radikal, takfiri, dan sejenisnya.
Sadar atau tidak, mereka yang mengklaim sebagai kaum terdidik dah lebih beradab ini telah memperlihatkan wajahnya sebagai kelompok radikalis dan ekstrimis dalam bentuknya yang lain.
Pada satu waktu yang lain di perdebatan tentang relasi agama dan negara, atas nama kebebasan individu, kaum liberal dan juga sekularis ini juga bisa saja ngotot mengatakan bahwa agama adalah urusan individu, karenanya tak boleh dintervensi orang lain, termasuk oleh negara. Namun, ketika individu tertentu memilih cara beragama menurut keyakinan mereka, seperti perempuan bercadar dalam foto seminar ini, maka datanglah label 'tak berotak' dan 'dunia gelap gulita' itu. Adakah yang lebih kasar dari ini, om Luthfi?
Sebagai alumni salah satu kampus elit di Australia, Luthfi seharusnya tahu persis bahwa di negara-negara maju dan beradab, seperti Australia itu sendiri, mereka yang bercadar tidaklah sesuatu yang asing terlihat di ruang publik. Di Monash University, misalnya, saya menemukan cukup banyak mahasiswi muslimah yang bercadar. Mereka tetap bisa mengikuti kegiatan akademis dengan normal, tanpa khawatir disebut sebagai 'tak punya otak', atau memiliki ideologi dari 'zaman gelap gulita'.
Om DJA dan Bung Luthfi, 'kebebasan seperti apa yang sebenarnya anda perjuangkan?'
#serius nanyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H