Mohon tunggu...
Afrian Jowan Pangarso Putro
Afrian Jowan Pangarso Putro Mohon Tunggu... -

Orang Jogja yang mengembara... Dalam sepi, berteman dengan tulisan...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rindu Dengannya...

23 Maret 2010   08:00 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:15 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pernah membaca atau mendengar cerita tentang bagaimana pidato Abu Bakar As-sidiq, sahabat Rasululloh S.A.W saat dibaiat (diangkat) sebagai khalifah? Monggo, silakan dibaca sebentar.

Ibnu Ishaq dalam kitab Sirah-nya berkata, az-Zuhri berkata kepada saya, Anas bin Malik berkata kepada saya, dia berkata: "Tatkala Abu Bakar dibaiat di Saqifah Bani Saidah, keesokan harinya Abu Bakar duduk di atas mimbar. Lalu Umar berpidato sebelum Abu Bakar. Dia memuji Allah dan menyatakan syukurnya. Lalu berkata, "Sesungguh nya Allah telah menjadikan orang terbaik di antara kalian memangku jabatan khalifah. Dia adalah sahabat Rasulullah, orang yang menemani nya saat berada di dalam gua. Maka bangunlah kalian semua dan nyatakan baiat kepadanya."

Lalu para hadirin berdiri dan menyatakan baiat secara umum setelah baiat di Saqifah. Kemudian Abu Bakar berdiri dan memuji Allah dan menyatakan syukumya. Kemudian dia berkata, "Amma Ba'du. Wahai manusia! Sesungguhnya saya telah dipilih untuk memimpin kalian dan bukanlah saya orang terbaik di antara kalian. Maka, jika saya melakukan hal yang baik, bantulah saya. Dan jika saya melakukan tindakan yang menyeleweng luruskanlah saya. Sebab kebenaran itu adalah amanah. Sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di antara kalian adalah kuat dalam pandangan saya hingga saya ambilkan hak-haknya untuknya. Sedangkan orang yang kuat di antara kalian adalah lemah di hadapanku hingga saya ambil hak orang lain darinya, insya Allah. Dan tidak ada satu kaum pun yang meninggalkan jihad dijalan Allah kecuali akan Allah timpakan kepadanya kehinaan. Dan tidak pula menyebar kemaksiatan kepada satu kaum kecuali akan Allah timpakan kepada mereka petaka. Taatlah kalian kepadaku selama saya taat kepada Allah dan jika saya melakukan maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban taat kalian kepadaku. Bangunlah untuk melakukan shalat, rohimakumullah. "

Musa bin 'Uqbah meriwayatkan dalam kitabnya al-Maghazi, aI-Hakim -dia menyatakan keshahihan riwayat ini- dari Abdur Rahman bin' Auf , dia berkata, Abu Bakar berkhutbah, lalu berkata, "Demi Allah sesungguhnya saya tidak pernah berambisi kepada kekuasaan meskipun sehari ataupun semalam dalam hidupku. Saya juga tidak pernah menginginkannya. Saya tidak pernah satu kalipun meminta kepada Allah baik secara terang-terangan maupun secara rahasia. Namun saya khawatir terjadi fitnah. Dan tidaklah ada dalam kepemimpinan ini untuk berleha-leha. Sebab saya telah dibebani tugas yang demikian besar. Dan tidaklah ada padaku satu kekuatan dan daya kecuali dengan bantuan Allah."

Bagaimana? Adakah orang seperti beliau di negara saya? Saya tidak yakin, karena untuk memastikannya saya harus mencari jarum dalam segudang jerami.

Semua tentang hakikat kepemimpinan. Untuk apakah tujuan kepemimpinan? Kalau di negara saya, jadi pemimpin adalah untuk menjadi raja diraja. Lha bagaimana, wong rakyatnya yang milih dia biar jadi berkuasa, disuruh minggir, berhenti dan bersabar dalam panas terik matahari saat dia lewat. Bagaimana pula, saat yang lain naik kereta ekonomi antara Jakarta - Surabaya (yang saat didalamnya berasa tidak sedang menjadi manusia), pemimpin saya pakai kelas yang tidak dapat didefinisikan kelasnya. Dalam gerbong tersendiri misalnya.

Lagipula, tujuan memimpin di negara saya adalah menumpuk harta. Hitung-hitung agar kembali modal yang dikeluarkan saat mau berkuasa kemarin. Jadi jangan harap saya menemukan pembesar negeri yang hanya punya rumah tipe 37 dan berkendara dengan sepeda motor saat berangkat bekerja, karena semua hartanya dia berikan ke rakyat sang pembesar yang hobi makan nasi aking dan kena gizi buruk. Mungkinkah ada yang seperti itu?

Di negara saya yang kuat menjadi semakin berkuasa, yang lemah semakin tertindas. Padahal negara saya katanya menjunjung tinggi keadilan dan HAM. Yah, mungkin keadilan dan HAM di negara saya menganut teori relatifitas juga. Kata seorang teman, "Jangan mencari keadilan disini Bung, anda salah alamat!"

Saya merindukan tujuan kepemimpinan Abu Bakar. Beliau ingin melayani, bukan dilayani. Beliau ingin diingatkan, tidak ingin mutlak ditaati. Beliau ingin keadilan, tidak ingin ketimpangan. Dan yang terpenting, beliau menginginkan keseimbangan mental rakyatnya, seimbang mengejar dunia dan akhirat.

Menariknya, beliau tidak pernah berambisi untuk berkuasa. Yang beliau tahu kekuasaan itu berat. Jangan tanya di negara saya. Kekuasaan adalah nomor wahid. Sikut sana dan sikat sini sudah menjadi menu wajib untuk membeli hewan lucu bernama "kekuasaan". Bagaimana tidak, lha wong di tempat saya, pemilihan RT saja dipakai buat rebutan. Bahkan sampai sekarang terbagi dua kubu yang saling bermusuhan. Kalau dalam Bahasa Jawa, opo tumon, apa pantas kayak gitu.

Ah, saya kira pembaca lebih tahu bagaimana negara saya. Karena negara saya negara anda juga. Tugas kita adalah menjadi adil bagi yang kita hadapi sekarang. Bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar. Cukuplah saya kira. Biar nanti dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri. Akan ada keadilan yang hakiki di masa dan ruang yang lain.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun