Fenomena Korean wave atau gelombang budaya pop yang berasal dari Korea Selatan begitu populer di tengah masyarakat Indonesia. Tak hanya remaja, balita hingga ibu-ibu paruh baya saat ini sudah tidak asing lagi dengan wajah-wajah mulus bak porselen wara-wiri di televisi Indonesia.
Bagaimana tidak, berbagai produk Indonesia terus berlomba-lomba menjadikan artis Korea Selatan sebagai brand ambassador-nya. Tokopedia menggandeng BTS dan Blackpink, grup idol K-Pop paling digemari remaja sedunia. Sasa, perusahaan makanan dan bumbu nggak mau kalah. Mereka mendapuk Choi Siwon jadi brand ambassador untuk menggaet market ibu-ibu.
Tidak hanya di televisi, berbagai iklan di media sosial hingga baliho di pinggir jalan dihiasi wajah-wajah artis Korea Selatan yang semakin banyak. Jika mau menghitung jumlah produk Indonesia yang pakai brand ambassador artis Korea Selatan, sudah tak terhitung jumlahnya. Dengan kata lain, banyak banget!
Yang terbaru, Blibli menggaet NCT127, Somethinc menggandeng NCT Dream, Park Hyung Sik, hingga Han So Hee, Ajaib bersama Lisa Blackpink, Scarlett Whitening pakai Twice dan Song Joong Ki, dan masih banyak lagi.
Korean wave sangat identik dengan dunia hiburan, seperti musik, drama, hingga variety shows yang dikemas secara apik menyajikan budaya Korea. Mulai dari fashion, makanan, produk kecantikan, hingga pariwisata. Semua hal berbau Korea kini sangat mudah diterima oleh masyarakat, terutama milenial dan gen Z.
Penyebaran dan pengaruh Korean wave di Indonesia sangat terasa sejak tahun 2000 silam. Diawali oleh siaran televisi Indosiar yang menayangkan drama Korea berjudul Winter Sonata dan Endless Love. Lalu disusul Trans TV yang menyiarkan Glass Shoes and Lover.
Kemunculan drama Korea di Indonesia mampu menggeser dominasi serial Telenovela dan Bollywood. Tercatat lebih dari 50 judul drama Korea telah ditayangkan stasiun televisi Indonesia dan terus berlanjut hingga saat ini.
Tahun 2011, K-Pop mulai merambah pasar Indonesia melalui stasiun televisi Indosiar yang menayangkan acara musik mingguan Korea Selatan. Ibarat wabah, penyebaran K-Pop berlangsung sangat cepat di Indonesia. Musik yang easy listening dipadukan dengan tarian yang energik membuat K-Pop mudah digemari.
Dilansir dari laman Korean Broadcasting System (KBS), jumlah penggemar K-Pop di dunia mencapai 156,6 juta orang pada 2021. Angka ini meningkat 17 kali lipat dibandingkan tahun 2012. Menurut Twitter, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penggemar K-Pop terbesar di dunia maya pada 2021.
Fenomena Korean wave menumbuhkan fanatisme di kalangan penggemarnya. Sebut saja BTS yang menghasilkan fans loyal di seluruh dunia yang disebut sebagai ARMY. Rata-rata penggemar BTS di Asia Tenggara merogoh kocek hingga US$1.422 atau sekitar Rp 20,8 juta untuk memiliki merchandise BTS, menonton konser, membeli album, dan sebagainya.
Sepanjang September 2022 saja, ada 4 gelaran konser musik K-Pop di Indonesia. Perlahan namun pasti, budaya lokal mulai tergerus aliran budaya populer Korea. Tak hanya selera musik, gaya hidup, pola pikir, cara berbusana, hingga tren kecantikan masyarakat Indonesia mulai terpengaruh. Bahkan, banyak diantara mereka yang ingin berkunjung ke Korea Selatan setelah menikmati berbagai konten hiburan asal negeri ginseng.
Pemerintah Indonesia tampak mulai ketar-ketir dengan fenomena Korean wave di Indonesia. Salah satunya, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Sandiaga Uno. Melalui akun Twitter-nya @sandiuno mengimbau agar masyarakat mengurangi menonton serial drama Korea dan K-Pop.
Sebagai gantinya, masyarakat bisa menikmati drama Sunda dan dangdut Koplo. Sandiaga berharap, 5 tahun lagi industri kreatif Indonesia bisa mengalahkan drama Korea ataupun K-pop.
Cuitan Menparekraf itu langsung menuai beragam respon netizen.
"Bisa aja, asal artis dan aktor indonesia itu jangan yg banyak skandal yg dijadiin artis, tp lebih ke prestasi dan kepribadian yg baik. Yg banyak skandal jd artis, diundang di stasiun tv mana2, yg berprestasi kagak ada tuh yg nyenggol" tulis @peWWH1204
 "Bukan gak cinta produk negara sendiri, tapi ngedrakor lebih ada paedahnya ceritanya juga lebih bisa dipahami, bukan cuma soal cinta cintaan," tulis @widianiwiwi0_3
Sebagai penikmat drama Korea dan K-pop, saya nggak bisa nggak setuju dengan cuitan di atas. Industri hiburan Korea Selatan menerapkan cancel culture untuk para artisnya. Skandal yang menyeret nama artis sama dengan tamatnya karir sang artis di dunia hiburan. Lain lagi di Indonesia, justru artis yang terlibat skandal namanya makin tenar.
Belum lagi soal serial drama Korea yang berbanding terbalik dengan sinetron Indonesia. Jumlah episode yang ditayangkan drama Korea rata-rata berjumlah 16 episode dengan cerita yang padat. Sedangkan 1 judul sinetron Indonesia bisa berjumlah ratusan hingga ribuan episode yang tidak jelas benang merah ceritanya.
Korean wave sendiri telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke berbagai belahan dunia sejak 30 tahun lalu dan didukung penuh oleh pemerintah Korea Selatan. Tak heran jika saat ini kehadiran Korean wave menjadi kekuatan besar bagi ekonomi Korea Selatan.
Jika ingin mengikuti jejak pemerintah Korea Selatan, agaknya pemerintah Indonesia perlu banyak berbenah untuk meningkatkan minat dan kecintaan generasi muda terhadap budaya lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H