Dari pada sakit hati lebih baik sakit gigi. Yakin???
Saya melihat cara kerja yang sama antara sakit gigi dan sakit hati. Lho... apa hubungannya dengan artikel saya yang terkait single mom?
Beberapa waktu lalu saya sakit gigi, kemudian saya pergi ke dokter gigi tanpa menjelaskan keluhan secara lengkap. Dan dokter gigi menambal gigi saya secara permanen. Lalu beberapa jam setelah dari dokter ternyata sakit gigi makin parah. Dan lebih menyakitkan lagi karena sudah tertutup tambalan dan sulit di obati. Akhirnya saya kembali lagi ke dokter gigi.Â
Dan dokter gigi melakukan beberapa tindakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Kalau saja sejak awal saya menceritakan dengan lengkap tentang keluhan saya. Dokter mengebor dan membongkar tambalan awal. Dan itu rasanya sakit sekali, jauh lebih sakit dari sakit yang semula. Lalu dokter mengobati dan mencoba mematikan syaraf terkait gigi itu. Saya butuh lebih dari enam kali kontrol sampai akhirnya bisa dilakukan tambalan secara permanen kembali.
Sama, luka perpisahan dan perceraian pun seperti itu. Ketika seorang wanita yang sudah memutuskan bercerai kemudian berkeinginan memiliki hubungan cinta baru. Maka yang harus dipastikan adalah dia sudah sembuh dari lukanya. Luka akibat rumah tangga sebelumnya. Luka akibat perpisahan itu sendiri.Â
Tentang bagaimana tolak ukur bahwa luka itu telah sembuh, tentu hanya pribadi itu sendiri yang tau. Dan juga ahli yang mungkin mempunyai alat ukur dalam melihat pribadi seseorang.
Yang terjadi jika ternyata seorang memasuki hubungan baru dengan luka yang lama maka, hubungan baru itu akan menjadi pelampiasan dari luka masa lalu. Kecurigaan yang masih ada. Kekesalan yang mudah tumbuh. Dan beberapa hal lain yang mungkin membawa hubungan menjadi tidak nyaman.
Tentu tidak ada yang salah dengan keinginan untuk memiliki hubungan baru. Setiap manusia berhak bahagia dan memiliki pasangan sesuai yang diinginkan. Namun yang harus dilakukan adalah sembuhkan dulu luka sebelum siap menerima hubungan baru dengan yang lainnya.Â
Agar hubungan baru tidak berakhir seperti tambalan gigi yang harus dibongkar untuk mengobati luka dalamnya sebelum akhirnya ditambal lagi. Proses bongkar mengobati luka dalam itu jauh lebih menyakitkan. Dari pada jika sejak awal memilih untuk mengobati sebelum ditambal.
Pastikan diri menjadi manusia bahagia sebelum membawa kebahagiaan bersama yang lainnya. Percaya saja pada perjalanan sang waktu yang akan selalu menunggu tanpa menyuruh buru - buru.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H