"Apa sih, alasannya?"
Ini adalah pertanyaan yang mudah namun sulit dijawab dalam sebuah proses perceraian. Pertanyaan ini akan timbul pertama kali dari keluarga terutama orang tua. Karena pada umumnya ketika pasangan memutuskan bercerai maka masing - masing akan kembali ke rumah orang tua. Atau paling tidak orang tua adalah orang yang pertama kali dimintai pertimbangan atau di informasikan tentang keputusan bercerai.
Seperti ketika akan menikah orang tua sebagai pihak pertama yang dimintai persetujuan. Meskipun dalam banyak perceraian seringkali orang tua tidak dilibatkan dalam proses mengambil keputusan. Â Orang tua menerima informasi perceraian sebagai suatu keputusan yang telah disepakati suami dan istri.Â
Maka pertanyaan pertama yang timbul dari mereka adalah "Kenapa sih bercerai?", Mereka menginginkan sebuah alasan.
Pertanyaan ini memang dibutuhkan dari sisi keluarga. Karena dengan jawabannya pihak keluarga masih berharap sebuah solusi untuk kembali berdamai dan membatalkan keinginan untuk bercerai. Â Namun dalam banyak kasus alasan bercerai ini sulit sekali dijelaskan apalagi jika sudah menyangkut urusan ranjang.Â
Karena di dalam penjelasan itu yang betul - betul mengerti adalah yang merasakan yaitu pasangan suami atau istri itu sendiri. Lebih sulit lagi untuk menjelaskan kepada keluarga tanpa menyudutkan atau menjelekkan pihak lainnya. Karena keberadaan anak - anak tentu setelah perceraian ingin dapat mengasuh bersama dan memiliki hubungan baik.Â
Alasan perceraian seringkali adalah soal perasaan. Dan perasaan sangat sulit untuk diterjemahkan dengan kata - kata.
Terlebih jika pasangan selalu terlihat baik dan sempurna di depan keluarga. Maka keputusan perceraian yang disepakati sepasang suami istri akan tidak mudah untuk diterima. Namun sekali lagi alasan sebenarnya hanyalah suami dan istri yang mengetahui,memutuskan dan merasakan.
Lantas bagaimana harusnya menyikapi pertanyaan dari keluarga?
Seperti ketika akan menikah kita selalu meyakinkan keluarga akan kebaikan si dia. Maka ketika bercerai pun kita perlu menempuh jalan yang sama. Memberikan keyakinan pada keluarga bahwa ini adalah sebuah pilihan.
Bahwa sebagai manusia dewasa kita akan bertanggung jawab dengan pilihan itu. Bahwa semua ini diputuskan untuk kebaikan bersama. Bahwa setelah perpisahan ini semua akan baik - baik saja.Â
Terkadang perlu juga menjelaskan resiko - resiko yang mungkin timbul jika kebersamaan dalam rumah tangga diteruskan dengan keterpaksaan. Keluarga meminta alasan dan penjelasan karena mereka khawatir dan ragu bagaimana kelangsungan hidup setelah perceraian. Lebih sulit lagi diterima oleh orang tua yang tidak punya sejarah perceraian dalam kehidupan mereka.
Ketenangan dalam mengambil keputusan, menjelaskan dan menerima sebuah perpisahan akan memudahkan seseorang yang melewati tahapan ini. Memang perceraian bukan sesuatu yang senangi Tuhan, pun tidak disukai manusia.
Namun ketika dalam suatu ikatan kesehatan jiwa dan keselamatan raga menjadi taruhan maka keputusan ini perlu dipertimbangkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H