Wanita berdaya....
Seringkali menjadi ibu rumah tangga yang sepenuhnya berada di rumah untuk mengurus keluarga adalah pilihan beberapa wanita. Pilihan yang sebetulnya diambil dengan tidak mudah.Â
Terutama bagi wanita yang terbiasa untuk bekerja, memiliki karir dan mandiri secara keuangan sebelum menikah. Namun tanggung jawab sebagai ibu dan istri setelah menikah menjadi prioritas utama untuk kemudian mengambil pilihan ini.
Terlepas dari apapun kesepakatan dengan suami, saat wanita memutar haluan dari wanita karir menjadi ibu rumah tangga saja maka sebenarnya wanita memasuki fase baru.Â
Fase yang kadang membawa efek kerapuhan. Terbiasa memiliki keuangan secara mandiri dan kebebasan menggunakan uang, kemudian masuk ke fase dimana keuangan bergantung pada suami. Beberapa emosi mungkin muncul dan sangat perlu dukungan untuk membuat wanita merasa nyaman dengan uang yang diberikan dari suami.
Ketika wanita masuk ke dalam fase nyaman maka, biasanya wanita telah berada dalam zona sepenuhnya tergantung kepada suami. Â Wanita lebih berkonsentrasi pada tugas - tugasnya di dalam rumah.Â
Mengurus anak , suami dan segala keperluan. Pekerjaan besar tanpa batas waktu, memerlukan banyak tenaga dan tidak bisa di ukur dengan uang.
Maka ketika perceraian menjadi pilihan yang tidak terelakkan, keuangan adalah hal utama yang memukul telak seorang wanita. Saya mengalami itu ketika usia saya dua puluh lima tahun.Â
Meski tidak mudah namun dalam sekian bulan saya bisa untuk keluar dari zona nyaman. Dan memulai kembali karir yang pernah saya tinggalkan. Karena usia yang masih muda, penampilan yang masih bisa ditata dan bekal ijazah sarjana.
Menjadi sangat tidak mudah ketika yang mengalami ini adalah wanita dengan usia yang lebih dewasa. Di atas tiga puluh lima tahun misalnya.Â
Ketika itu mungkin pernikahan telah berjalan cukup lama. Berada di zona nyaman bertahun - tahun. Bergantung sepenuhnya secara keuangan kepada suami. Belum lagi ditambah faktor lain yang membuat wanita semakin sulit untuk kembali ke dunia kerja.Â
Perpisahan yang secara emosi menghantam semakin membuat pikiran sulit untuk ditata. Betul memang, bagi kebanyakan pasangan begitulah seharusnya rumah tangga.Â
Istri tanggung jawab suami dan suami semampu mungkin berusaha memenuhi tanggung jawab tersebut. Namun ketika akhirnya perceraian menjadi pilihan  maka penting sekali untuk seorang wanita menyadari bahwa itu artinya dia harus berusaha memampukan dirinya sendiri.Â
Untuk segera beranjak dari sebuah ketergantungan menjadi mandiri seutuhnya. Bahkan dalam beberapa hal wanita diminta untuk lebih kuat dari sebelumnya. Karena selain tanggung jawab akan dirinya sendiri juga tanggung jawab secara keuangan bagi anak - anaknya dari sebuah pernikahan.
Berdasar pengalaman beberapa teman yang mengalami proses ini, keterpaksaan adalah kunci untuk segera berdiri. Karena tidak adanya support keuangan dari mantan suami maka wanita harus segera berproses untuk mendapatkan uang. Tentu melihat anak - anak yang kelaparan bukan pemandangan yang diinginkan.
Di masa sekarang terutama setelah pandemi melanda, saya melihat beberapa ibu rumah tangga yang memiliki penghasilan tanpa perlu keluar rumah dalam waktu lama.Â
Tersedianya pekerjaan - pekerjaan yang bisa dilakukan secara online juga menjadi sebuah pilihan. Dan wanita dengan penghasilan tambahan ini lebih mudah menerima keadaan ketika perceraian terjadi. Mereka telah memiliki 'kendaraan' dan hanya tinggal menambah kecepatan.
Satu hal yang tertinggal dari pengalaman akan perceraian adalah akhirnya seorang wanita bisa melihat dimana kekuatan maksimal dirinya. Ketika dipaksa untuk berjalan tanpa kehadiran seorang pria yang selama ini menjadi sumber ketergantungannya.Â
Disitulah seringkali wanita bisa melihat potensi dirinya yang selama ini tidak pernah mereka pikirkan.
Sekali lagi, perjalanan dan kecepatan tidaklah sama dalam berproses dan berdaya. Namun menjadi wanita yang bisa dan bersedia bangkit dari sebuah kejatuhan adalah pilihan terindah untuk perjalanan ke depan.
BOGOR, INDONESIA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H