Kini kami letih
Bersimbah air mata
Seperti tertikam tombak
Pelan-pelan tak bernyawa
Kini aliran-aliran pikiran penuh kacau
Hanya tersisah tanya kapan ini berlalu
Tangis anak merindukan masakan ibu terus menggema
Ibu kami kebingungan
Ayah Kami penuh pikiran
Peluh
Mengeluh
Puncak penderitaan rasanya semakin nampak
Tangis tak berlalu
Raga kaku dan rapuh
Oh alam
Bukankah engkau bagian dari pemberi kasih
Mengapa tak kau ciptakan lagi suara-suara indah dari penghunimu?Â
Hanya ada dentuman kilat
Asap terus membumbung sesak
Bibir kami gemetar
Sujud kami penuh Deru
Hari-hari kami terus berkabung
Semesta, 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H