Mohon tunggu...
Arif Nino Budiman
Arif Nino Budiman Mohon Tunggu... Musisi - Seniman, Penulis, dan Content Creator

Arif Budiman atau lebih populer dengan nama Afran Nino adalah seorang Panembang Cianjuran sekaligus akademisi dan praktisi di bidang komunikasi digital.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Finlandia: Negara Paling Bahagia di Dunia, Benarkah?

6 Mei 2024   20:18 Diperbarui: 6 Mei 2024   20:29 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).

Arif Nino Budiman

Benarkah Finlandia Negara Paling Bahagia di Dunia?

Finlandia telah dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia selama 6 tahun berturut-turut oleh World Happiness Index. Namun, di balik julukan tersebut, terdapat realitas yang kompleks tentang kebahagiaan di negara ini.


Tingkat depresi dan bunuh diri di Finlandia terbilang tinggi, sejajar dengan Korea dan Jepang. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Benarkah Finlandia negara yang paling bahagia?

Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).
Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).

Kehidupan Terjamin, Pajak Tinggi, dan Alam Indah

Finlandia memang menawarkan banyak hal yang menunjang kebahagiaan. Pendidikan gratis dari Taman Kanak-kanak hingga S3, bahkan untuk jenjang S3, mahasiswa akan digaji untuk biaya penelitiannya. Hal ini merupakan bukti komitmen negara terhadap kesejahteraan rakyatnya. Ditambah lagi dengan alam yang indah, air dan udara yang bersih, menjadi daya tarik tersendiri bagi Finlandia.

Namun, di balik kelimpahan tersebut, terdapat konsekuensi yang perlu dipertimbangkan. Pajak di Finlandia tergolong tinggi, mencapai sekitar 44%. Hal ini bisa menjadi beban bagi sebagian orang, meskipun diimbangi dengan jaminan sosial yang mumpuni.

Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).
Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).

Faktor Tersembunyi di Balik Depresi dan Bunuh Diri

Tessa Ayuningtyas Sugito, seorang WNI yang tinggal di Finlandia selama 4 tahun, mengungkapkan beberapa faktor yang memicu depresi dan keinginan bunuh diri di sana.

  • Rutinitas Monoton dan Kesepian: Ketika segala kebutuhan terpenuhi, rutinitas yang monoton dapat memicu kebosanan. Lingkungan individualistik dan stereotip orang Finlandia yang dingin, memperbesar potensi kesepian. Apalagi, dengan populasi yang sedikit dan jarak antar tempat tinggal yang jauh, interaksi sosial menjadi terbatas.
  • Kurang Sinar Matahari dan Cuaca Dingin: Kekurangan vitamin D akibat minimnya sinar matahari dan cuaca dingin yang ekstrem (hingga -30C) dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon dan depresi. Hal ini mendorong banyak orang Finlandia untuk pindah ke negara dengan iklim yang lebih hangat.
  • Tekanan Sosial dan Kurangnya Dukungan Sosial: Faktor lain yang berkontribusi adalah tekanan sosial dan kurangnya dukungan sosial. Budaya individualisme di Finlandia dapat membuat orang merasa terisolasi dan kesulitan untuk mencari bantuan saat mengalami masalah mental.

Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).
Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).

Konsep Kebahagiaan yang Kompleks

Jauh sebelum World Happiness Index, Bhutan dikenal sebagai negara yang bahagia berkat konsep "pengendalian diri". Kebahagiaan sejati tidak terletak pada materi, melainkan pada keselarasan antara pikiran, perkataan, dan tindakan.

Mahatma Gandhi pun mengatakan, "Kebahagiaan adalah ketika apa yang Anda pikirkan, apa yang Anda katakan, dan apa yang Anda lakukan berada dalam harmoni."

Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).
Grafis/Desain: Arif Nino Budiman, Sumber gambar: Canva (canva.com).

Posisi Indonesia dan Faktor Ketidakbahagiaan Global

Survei Ipsos Global Advisor menempatkan Indonesia di urutan ke-12 negara paling bahagia di tahun 2023, dengan persentase 79%. Tiongkok dan Saudi Arabia berada di urutan pertama dan kedua.

Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat pula faktor-faktor yang menyebabkan ketidakbahagiaan di dunia, seperti:

  • Pengaruh media sosial yang memicu kecemburuan dan rasa tidak puas
  • Keterbatasan waktu dan banyaknya pilihan yang menimbulkan stres
  • Gangguan kesehatan mental dan fisik
  • Ketidakpuasan meskipun mencapai kemakmuran
  • Terlalu banyak pilihan yang membuat bingung
  • Kehilangan akar budaya dan identitas
  • Kemiskinan dan tunawisma
  • Penyalahgunaan obat-obatan terlarang
  • Inflasi ekonomi

Kesimpulan

Kebahagiaan adalah sebuah konsep yang kompleks dan multidimensi. Dinobatkan sebagai negara paling bahagia di dunia tidak berarti Finlandia luput dari masalah. Faktor-faktor seperti depresi, bunuh diri, dan tekanan sosial, masih menjadi tantangan yang perlu dihadapi.

Setiap negara memiliki keunikan dan tantangannya sendiri dalam mencapai kebahagiaan. Yang terpenting adalah memahami apa yang mendefinisikan kebahagiaan bagi diri sendiri dan berusaha mencapainya dengan cara yang positif dan berkelanjutan.

~ Arif Nino Budiman: Seniman, Penulis, dan Content Creator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun