Konflik Perang di Ukraina secara dominan merupakan perang darat yang mencakup sejumlah tindakan militer. Perang ini bermula dari pergerakan pasukan utara menuju Kiev dan Kharkiv, dilanjutkan oleh serangan dari arah timur. Meskipun mayoritas operasi berpusat di daratan, ada pula satu insiden laut yang tercatat, yaitu tenggelamnya satu kapal perang Rusia. Dampaknya terlihat dalam tingkat kerusakan yang signifikan di kota-kota dan desa-desa Ukraina, dengan korban jiwa yang merata. Namun, dari tragedi ini, terdapat pelajaran berharga yang dapat diambil.
Strategis
Pertama-tama, mari kita telaah dari sudut pandang strategis. Perang ini melibatkan sejumlah tingkatan: strategis, operasional, kampanye, dan taktis dalam pertempuran. Dari aspek strategis, pertanyaan mengenai motivasi muncul ke permukaan. Motivasi ini memiliki akar sejarah yang panjang, hingga berabad-abad silam. Rusia selalu memiliki dorongan untuk menguasai pelabuhan air hangat di wilayah selatan sebagai jalur perdagangan penting, sebagaimana pernah dilakukan oleh bangsa Viking 1200 tahun lalu. Pada masa lalu, perhatian Rusia terfokus pada perbatasan selatan mereka, terlihat dari pertempuran-pertempuran besar yang terjadi, bahkan dalam era Peter the Great dan Catherine the Great. Kiev juga pernah menjadi pusat penting Rusia, dan pada tahun 1954, status ibu kota dipegang oleh kota ini. Presiden Putin saat ini mempertahankan motivasi ini dan berusaha merebut kembali Kiev melalui kekuatan Angkatan Lautnya di wilayah Selatan.
Ukraina memiliki tujuan strategis yang berfokus pada mempertahankan wilayah Timurnya sebagai akses penting bagi pendapatan dan perdagangan global. Tidak hanya bertujuan bertahan, Ukraina juga berupaya meminta dukungan negara-negara Barat untuk merusak kapabilitas militer Rusia, sehingga biaya konflik yang terus-menerus dapat menggerus keuntungan yang mungkin diperoleh Rusia. Selain itu, kemerdekaan Swedia dan Finlandia yang memiliki otonomi strategis dapat melemahkan posisi strategis Rusia.
Operasional
Turun ke tingkat operasional, kampanye maritim Rusia terbukti efektif dalam beberapa hari awal konflik. Dominasi Rusia dalam kontrol laut memungkinkan mereka meluncurkan serangan rudal dari kapal-kapalnya, yang menghadirkan tantangan besar bagi Ukraina dengan berbagai serangan yang datang dari berbagai arah, termasuk rudal darat, serangan udara, dan penggunaan drone.Â
Penting untuk diingat bahwa apa yang terjadi di Ukraina dapat menjadi preseden yang berpotensi terjadi di tempat lain, oleh karena itu perlu direspons secara serius oleh armada laut global. Kelemahan dan keuntungan dari Armada Laut Hitam Rusia harus dianalisis dengan cermat, terutama dalam hal serangan rudal presisi dan risiko kerugian kapal di perairan Ukraina.
Masalah Teknis Militer
Selanjutnya, situasi konflik di Ukraina menjadi pembelajaran berharga bagi penerapan kekuatan dalam jangka panjang. Rusia tampaknya tergesa-gesa dalam keputusan mereka, yang dapat menyiratkan bahwa asumsi-asumsi mereka tentang posisi mereka dalam konflik ini perlu dipertanyakan. Gagasan penggunaan senjata nuklir taktis juga menimbulkan ancaman serius yang perlu dipertimbangkan.
Berdasarkan pengalaman sejarah, terlihat bahwa Rusia sering mengalami kesulitan dalam pertempuran awal. Contohnya adalah Bencana Pertempuran Tannenberg pada tahun 1914 dan kekalahan telak dalam Operasi Barbarossa, yang mengancam kelangsungan rezim Stalin. Meskipun demikian, tidak dapat diabaikan bahwa Rusia masih memiliki kemampuan tempur yang kuat, terbukti dengan dominasinya dalam pertempuran di Ukraina hingga saat ini.