Mohon tunggu...
Asri Wijayanti
Asri Wijayanti Mohon Tunggu... Konsultan - Penyintas Autoimun, Konsultan Komunikasi

Perempuan asal Semarang, penyintas autoimun, pernah bekerja lembaga internasional di Indonesia dan Myanmar, di bidang pengurangan risiko bencana. Saat ini bekerja sebagai konsultan komunikasi di sebuah lembaga internasional yang bergerak di bidang kependudukan dan kesehatan reproduksi. Alumni State University of New York di Albany, AS, Departemen Komunikasi. Suka belajar tentang budaya dan sejarah, menjelajah, dan mencicipi makanan tradisional. Berbagi cerita juga di www.asriwijayanti.com.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kapal Persahabatan Itu Akan Kembali Berlayar

29 Oktober 2015   01:42 Diperbarui: 29 Oktober 2015   02:03 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selama perjalanan, delapan topik diskusi akan dibahas secara intensif oleh PYs. Topik kewirausahaan pemuda, pemahaman antar-budaya, pengurangan risiko bencana, makanan dan nutrisi, pencegahan HIV/AIDS, pendidikan, hingga topik media dan informasi. Diskusi ini dipandu oleh 8 orang fasilitator yang terpilih dari ratusan pelamar dari di 11 negara. Dalam diskusi, peserta akan belajar dari peserta lainnya tentang kondisi di masing-masing negara terkait isu-isu yang dibahas, serta hal-hal yang bisa dilakukan oleh anggota masyarakat, terutama pemuda, untuk ikut mengatasi masalah.

[caption caption="Berbagai upaya perbaikan sistem penanggulangan bencana yang dilakukan pasca Tsunami Jepang 2011 disampaikan di Cabinet Office"]

[/caption]

Selain berdiskusi di kapal, PYs akan mendapat kesempatan untuk belajar dari negara yang mereka kunjungi.

Tahun lalu, saat saya memandu kelompok diskusi pengurangan risiko bencana, di Jepang kami belajar dari divisi Penanggulangan Bencana di Cabinet Office (CAO) of Japan – atau Kantor Kabinet Perdana Menteri Jepang, sebuah lembaga swadaya masyarakat bernama Bosai Girl (Perempuan Siaga Bencana). Dari CAO kami belajar tentang sistem Penanggulangan Bencana Jepang. Dari sesi itu saya belajar bahwa setelah tsunami 2011, ada 17 Undang-Undang baru diterbitkan untuk memperbaiki sistem Penanggulangan Bencana yang ada. Dari Bosai Girl kami belajar tentang bagaimana isu Penanggulangan Bencana bisa disajikan dengan cara yang menarik. Mereka memiliki relawan yang merupakan desainer professional untuk membuat materi-materi pendidikan bencana dan merancang alat-alat keselamatan diri yang menarik. Saya akan menulis artikel tentang Bosai Girl secara terpisah. Dari CAO, kami menuju ke Honjo Life Safety Learning Center, pusat pembelajaran kebencanaan yang didirikan oleh Pemadam Kebakaran Tokyo. Mulai dari film edukasi hingga simulasi gempa 7 Skala Richter dan simulasi penyelamatan diri dari ruangan yang terbakar, semua bisa dialami di sini.

[caption caption="Para peserta dari 11 negara, bersama Direktur Urusan Penanggulangan Bencana Kantor Kabinet Pedana Menteri Jepang"]

[/caption]

[caption caption="Di Honjo Life Safety Learning Center ini ada berbagai kegiatan edukasi dan simulasi penanggulangan bencana."]

[/caption]

Di Brunei Darussalam, kami mengunjungi National Disaster Management Centre, Kantor Pusat Penanggulangan Bencana Nasional. Di sana kami belajar tentang sistem penanggulangan bencana di negara terkecil di Asia Tenggara ini, sekaligus menyadari, meski kecil wilayahnya dan jarang dilanda bencana, Brunei Darussalam sangat bersungguh-sungguh mengelola urusan kebencanaan mereka.

[caption caption="Salah satu kegiatan di Badan Penanggulangan Bencana Brunei Darussalam"]

[/caption]

Di kapal, kami punya kesempatan untuk melakukan beragam kegiatan sosial. Tahun lalu adalah peringatan setahun setelah Topan Haiyan – bencana terbesar yang pernah melanda Filipina. PYs di kelompok diskusi yang saya pandu mengadakan pemutaran film dokumenter tentang Haiyan. Kami mengundang Red Sabella dan Marjorie Culibar - peserta dari Filipina yang berasal dari Tacloban – kota yang paling parah terdampak topan super ini. Mereka berbagi kisah tentang perjuangan menyintas bencana. Red adalah staf Departemen Kesejahteraan Sosial, dan Marj adalah seorang perawat, yang kebetulan sedang bertugas di rumah sakit ketika luapan air yang dibawa Haiyan memasuki bangsal-bangsal. Ia menyelamatkan para pasien di hari itu, dan Red, meski rumahnya rusak parah dilanda topan dan tak dialiri listrik sampai enam bulan, tetap setia bertugas mengelola logistik bencana. Usai pemutaran film, kami mengumpulkan kado Natal dan menyiapkan pesan-pesan penyemangat untuk masyarakat Tacloban. Di akhir SSEAYP 2014, tim diskusi Filipina membawa pulang kado-kado itu dan menyampaikannya kepada masyarakat Tacloban.

[caption caption="Marjorie Cullibar, perawat dari Filipina, berbagi pengalamannya saat Topan Haiyan"]

[/caption]

[caption caption="Pesan-pesan penyemangat untuk para penyintas bencana di Filipina yang ditulis oleh PYs"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun