Mohon tunggu...
Asri Wijayanti
Asri Wijayanti Mohon Tunggu... Konsultan - Penyintas Autoimun, Konsultan Komunikasi

Perempuan asal Semarang, penyintas autoimun, pernah bekerja lembaga internasional di Indonesia dan Myanmar, di bidang pengurangan risiko bencana. Saat ini bekerja sebagai konsultan komunikasi di sebuah lembaga internasional yang bergerak di bidang kependudukan dan kesehatan reproduksi. Alumni State University of New York di Albany, AS, Departemen Komunikasi. Suka belajar tentang budaya dan sejarah, menjelajah, dan mencicipi makanan tradisional. Berbagi cerita juga di www.asriwijayanti.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Cara Amerika Serikat Mengelola Kebakaran Hutan

15 Oktober 2015   19:03 Diperbarui: 15 Oktober 2015   19:07 2053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Kebakaran di Clearlake, California (Sumber foto: http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/northamerica/usa/11822125/Washington-state-suffers-record-levels-of-wildfires.html)"][/caption]

Di saat kebakaran hutan belum seluruhnya padam, dan kabut asap masih menyelimuti sebagian Sumatra dan Indonesia, saya jadi ingin menelisik pengalaman negara lain menghadapi kebakaran hutan. Salah satu negara yang sering mengalami kebakaran hutan adalah Amerika Serikat (AS). Saya ingat, ketika masih tinggal di sana, berita kebakaran hutan hampir selalu muncul, terutama saat musim panas. Seperti halnya di Indonesia, setiap tahun, kebakaran hutan pun selalu terjadi di negara ini.

Tahun ini Amerika Serikat mencatat rekor kebakaran kebakaran terburuk sejak tahun 1960. Jumat (9/10/2015) lalu National Interagency Fire Center (NIFC) melaporkan, sudah lebih dari 44 ribu kilometer persegi hutan di sana terbakar. Makin banyaknya pemukiman di sekitar kawasan hutan, suhu yang lebih tinggi dari biasanya, dan musim panas yang kering membuat kebakaran makin besar dan berbahaya. Bagaimana cara mereka mengatasinya?

Dimulai Sejak Abad ke-19

Sejak abad ke-19, pemerintah AS telah menyadari pentingnya mengelola kebakaran hutan, baik yang terjadi karena sebab alami maupun karena ulah manusia. Di masa itu kebakaran hutan di AS memang mulai makin sering terjadi dan membahayakan masyarakat. Ini terjadi seiring dengan berkembangnya pemukiman manusia di kawasan Pantai Barat AS, yang cenderung lebih kering dan lebih panas udaranya dibanding kawasan Pantai Timur.

Sejak lebih dari seabad lalu, Amerika Serikat telah belajar dari pengalaman-pengalaman buruk kebakaran hutan. Kebakaran Peshtigo yang terjadi di Wisconsin di tahun 1871 menewaskan 1500 warga. Sementara, kebakaran besar di Montana dan Idaho di tahun 1910 menghanguskan sekitar 12.000 kilometer persegi lahan, menghancurkan pemukiman penduduk, dan menewaskan 86 orang.

Menyadari hal ini, pengelolaan hutan federal di AS pun dimulai di tahun 1876, ketika Kongres membentuk sebuah Agen Khusus di dalam Departemen Pertanian untuk mengkaji kualitas dan kondisi hutan-hutan di negara ini. Di tahun 1881 Departemen Pertanian pun akhirnya mendirikan Divisi Kehutanan. Sepuluh tahun kemudian, Kongres menerbitkan Forest Reserve Act 1891, yakni peraturan mengenai ‘reserve forest’ (hutan lindung), yang memberikan kekuasaan kepada Presiden untuk menetapkan tanah milik umum di wilayah Barat menjadi hutan lindung.

Pada awalnya, hutan lindung berada di bawah kekuasaan Departmen Dalam Negeri, hingga di tahun 1905, Presiden Theodore Roosevelt mengalihkan pengelolaannya kepada sebuah unit baru di dalam Departmen Pertanian, yakni U.S. Forest Service (USFS) atau Layanan Kehutanan Amerika Serikat. Kawasan hutan lindung pun berganti nama menjadi ‘national forest’ (hutan nasional). Kini, AS memiliki 154 kawasan hutan nasional dengan luas mencapai 762 ribu kilometer persegi

Seberapa Sering Kebakaran Hutan di Amerika?

USFS melaporkan, setiap tahun rata-rata terjadi lebih dari 73.000 kebakaran hutan yang menghanguskan sekitar 29 ribu kilometer persegi lahan milik swasta/pribadi, negara bagian, dan pemerintah federal, menghancurkan 2.600 bangunan. Penyebab kebakaran hutan di AS beragam. Selain karena faktor alam seperti kekeringan dan sambaran petir, ulah manusia juga menjadi penyebabnya.

USFS memandang kebakaran hutan sebagai peristiwa alam yang sulit untuk dicegah dan dikontrol, seperti halnya angin topan dan banjir. Dengan sudut pandang seperti ini, maka mereka melakukan berbagai upaya pencegahan dan terus meningkatkan kemampuan anggotanya untuk menghadapi bencana tahunan ini.

Kebakaran Hutan Tak Selalu Dipandang Buruk

Di Amerika, kebakaran hutan tak selalu dipandang negatif. Kebakaran yang terjadi di saat dan di tempat yang tepat, yang terkelola dengan baik justru dipandang dapat memberikan dampak yang baik bagi lingkungan.

Kebakaran yang terkontrol dapat mengurangi rumput, semak-semak, dan pepohonan yang berpotensi menciptakan kebakaran yang lebih besar. Kebakaran hutan dapat menyeimbangkan habitat satwa liar dan bahkan melestarikan beberapa tanaman langka, yang menyukai nutrisi dari hutan bekas terbakar. Kebakaran hutan juga bisa mengurangi penyebaran serangga dan hama, memusnahkan spesies-spesies yang tidak diinginkan, yang bisa membahayakan kehidupan ekosistem asli, dan menyumbangkan tambahan nutrisi bagi tanah.

Di sisi lain,kebakaran hutan juga tetap dipandang sebagai bahaya yang dapat mengancam kehidupan, pemukiman, masyarakat, serta sumberdaya alam dan budaya.

Dua sudut pandang ini menentukan langkah-langkah USFS dalam mengelola kebakaran hutan. Di Amerika, kebakaran hutan tak selalu dicegah. Beberapa justru disulut dengan sengaja, tentunya dengan perencanaan yang baik dan pengawasan yang ketat. Pengelolaan kebakaran hutan pun dilakukan sepanjang tahun, sebelum, ketika, dan setelah kebakaran terjadi.

Sebelum Terjadinya Kebakaran

Upaya kebakaran hutan tak hanya dilakukan dengan memodifikasi komposisi hutan, tapi juga memberikan arahan kepada masyarakat.

Pepohonan, semak-semak, dan rumput adalah “bahan bakar” yang dapat menyulut, memperbesar, dan menyebarkan api. Untuk mengurangi risiko kebakaran, maka “bahan bakar” ini pun perlu dikurangi. Setiap tahun, USFS menggarap 8.000 – 12.000 kilometer persegi kawasan hutan. Mereka membakar hutan untuk mencegah kebakaran yang lebih besar.

Semak-semak, rumput, dan pepohonan yang terlalu rapat dipangkas atau dibakar di bawah pengawasan ketat, sehingga saat musim kering tiba, kebakaran pun tak mudah tersulut, merambat, atau membesar.

Pembakaran lahan untuk pencegahan kebakaran ini direncanakan dengan mempertimbangkan suhu udara, kelembaban, arah dan kekuatan angin, kadar air dalam vegetasi yang akan dipakar, dan kondisi-kondisi lain yang menentukan penyebaran asap.

Selain dengan pembakaran terencana. kepadatan tumbuhan di hutan juga dikurangi dengan pemangkasan. Pemangkasan yang terencana dengan juga memberikan keuntungan bagi masyarakat. Mereka bisa memanfaatkan batang-batang pohon hasil pangkasan untuk bahan bakar atau untuk membuat berbagai produk berbahan kayu.

Di beberapa wilayah yang rawan kebakaran hutan, USFS juga melebarkan jarak antar pepohonan melalui “Fuel Reduction Program” (Program Pengurangan Bahan Bakar). Pohon-pohon di hutan tak semuanya dibiarkan tumbuh rapat. Ada bagian di mana jarak antara pohon satu dan lainnya dijauhkan. Kawasan dengan pepohonan yang jarang bisa mengurangi laju dan intensitas kebakaran, sehingga rambatannya pun akan melambat dan api akan lebih mudah untuk dipadamkan. Berikut adalah contoh Fuel Reduction Program:

[caption caption="Dalam Fuel Reduction Program, di beberapa bagian hutan jarak antar pohon dijauhkan sehingga dapat mengurangi laju kebakaran (sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?v=XeWIAzJltBk&feature=youtu.be)"]

[/caption]

[caption caption="Laju kebakaran melambat ketika memasuki Fuel Reduction Area. Warna merah di tepian Fuel Reduction Area adalah lokasi di mana USFS menghadang api dengan alat-alat pemadam kebakaran. Pemukiman warga di Trout Canyon dan Kyle Canyon, Nevada, ini pun selamat dari kebakaran. (sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?v=XeWIAzJltBk&feature=youtu.be)"]

[/caption]

Masyarakat di sekitar wilayah hutan juga mendapatkan pengarahan tentang bagaimana ikut berpartisipasi dalam pengurangan risiko kebakaran. Selang-selang air dan tangki berisi cadangan air dipasang di pemukiman penduduk, siap dipakai sewaktu-waktu untuk memadamkan api. Mereka juga belajar tentang cara melindungi dan menyelamatkan diri dari bahaya kebakaran, termasuk mengikuti anjuran untuk mengurangi kerapatan pohon, menggunakan material bangunan tahan api, dan membersihkan lingkungan dari benda-benda yang mudah terbakar seperti daun-daun kering dan tumpukan kayu.

Dalam 10 tahun terakhir, sekitar 3.500 kebakaran di Amerika disebabkan oleh ulah manusia. Kebakaran akibat ulah manusia ini menghanguskan sekitar 1.600 kilometer persegi hutan. Menyadari hal ini, USFS juga mensosialisasikan cara-cara pencegahan kebakaran hutan. Berbeda dengan di Indonesia, yang kebakaran hutannya akibat ulah manusianya kebanyakan diakibatkan oleh pembukaan lahan, di AS, api dari kegiatan perkemahanlah yang sering membakar hutan. Karena itulah USFS meluncurkan website Smokey Bear, yang menampilkan mascot beruang gagah berwarna coklat bernama Smokey. Smokey mengenalkan berbagai aspek kebakaran hutan, mulai dari penyebabnya, hingga hal-hal yang bisa dilakukan masyarakat untuk mencegahnya.

USFS mencatat, ada lebih dari 70,000 kelompok masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Informasi tentang cara melindungi rumah, tempat usaha, dan bangunan-bangunan dari kebakaran hutan untuk mereka disediakan dalam website Fire Adapted.

8.400 pemadam kebakaran lahan temporer juga dipekerjakan oleh USFS sepanjang tahun.

Ketika Kebakaran

USFS memiliki lebih dari 10.000 tenaga pemadam kebakaran, 900 mesin, dan ratusan pesawat untuk memadamkan api. Pengelolaan kebakaran di hutan nasional dan tanah milik pemerintah federal lainnya diatur dalam kebijakan manajemen kebakaran hutan federal, menjadikan urusan kebakaran di lahan-lahan tersebut sebagai urusan pemerintah nasional.

Masyarakat pun bisa memantau sebaran api. Peta sebaran kebakaran hutan Amerika Serikat tersedia di halaman Active Fire Mapping Program dan US Wildfire Activity Public Information.

Setelah Kebakaran

Kebakaran dapat merusak tanah dan mengancam kehidupan ikan, satwa liar, dan manusia.  Vegetasi yang habis terbakar membuat permukaan tanah “telanjang” dan menjadi rawan erosi. Bila hujan turun, aliran air dari dataran tinggi pun bisa menjadi lebih deras dan meningkatkan risiko banjir bandang. Endapan tanah dan lumpur dari tanah yang terkikis dapat merusak rumah-rumah dan penampungan air di sekitar daerah aliran sungai, membahayakan pasokan air warga dan spesies-spesies yang terancam punah di sekitarnya.

USFS, bekerjasama dengan National Interagency Fire Center (NIFC) – pusat pemadam kebakaran antar lembaga – menjalankan program Burned Area Emergency Response (BAER) atau upaya tanggap darurat untuk wilayah yang terbakar. BAER adalah upaya “pertolongan pertama” yang dilakukan untuk melindungi kehidupan, properti masyarakat, kualitas air, dan ekosistem yang rusak setelah api berhasil dipadamkan.

Biasanya, rencana tanggap darurat ini mempertimbangkan dampak kebakaran terhadap ikan, satwa liar, situs-situs arkeologi, dan spesies-sepesies langka. Kegiatan BAER meliputi kajian terhadap ada/tidaknya kondisi kedaruratan pasca kebakaran, upaya-upaya untuk menstabilkan kondisi tanah, mengelola aliran air, sedimen, dan pergerakannya, pencegahan kerusakan lingkungan, dan mitigasi bahaya kesehatan, keselamatan, dan properti yang ada di dataran yang lebih rendah.

Bantuan Asing 

Pengelolaan kebakaran hutan di Amerika Serikat dilakukan dengan sangat sungguh-sungguh, hingga USFS pun menjadi salah satu pengelola kebakaran terbaik di dunia. Meski demikian, ketika kewalahan mengatasi kebakaran besar di California, Idaho, Montana, Oregon dan Washington bulan Agustus lalu, Presiden Obama pun menyatakan keadaan darurat dan meminta Department of Homeland Security (Departmen Keamanan Negara) dan Federal Emergency Management Agency (Badan Manajemen Kedaruratan Federal) untuk mengkoordinasikan upaya penanggulangan bencana kebakaran ini. Mereka lalu  membuka pintu bagi para pemadam kebakaran dari Kanada, Selandia Baru dan Australia, untuk membantu 29.000 petugas pemadam kebakaran dan para relawan dalam negeri yang tengah berjibaku melawan api.

Menyadari bahwa kebakaran hutan adalah bahaya tahunan, negara Adidaya ini siap dan siaga. Bahaya kebakaran hutan di Amerika Serikat terus ada dan diperkirakan akan semakin sering terjadi akibat peningkatan suhu udara yang dibawa oleh perubahan iklim. Kunci pengelolaan kebakaran hutan mereka adalah program-program pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan yang dilakukan sepanjang tahun melalui pengelolaan hutan dan peningkatan kesadaran masyarakat, sumberdaya yang memadai, dan koordinasi yang kuat.

 

****** 

 

Sumber:

United States Forest Service: Managing Wildland Fire

National Interagency Fire Center: Burned Area Emergency Response (BAER)

Smokey Bear

The Guardian: Obama declares state of emergency at site of out-of-control Washington fires

The Telegraph: Washington state suffers record levels of wildfires

The Telegraph: 2015 becomes worst US wildfire year on record

Washington Post: Why the U.S. just summoned firefighters from Australia and New Zealand

Sumber Foto:

http://www.telegraph.co.uk/news/worldnews/northamerica/usa/11822125/Washington-state-suffers-record-levels-of-wildfires.html

https://www.youtube.com/watch?v=XeWIAzJltBk&feature=youtu.be

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun