Namun, hal ini bertentangan dengan keinginan pribadinya untuk hidup bahagia bersama istrinya tanpa intervensi. Akibatnya, marah adil mengalami konflik batin yang berlarut-larut, yang pada akhirnya memengaruhi hubungan emosional dengan istrinya.
Konflik dengan Adat dan Tradisi
Sebagai bagian dari masyarakat tradisional Minangkabau, Marah adil terikat oleh adat yang menempatkan mertua pada posisi yang sangat dihormati. Dalam budaya Minangkabau, hubungan dengan mertua sering kali menjadi cerminan keharmonisan rumah tangga. Namun, tuntutan adat ini menjadi beban psikologis bagi Marah adil, terutama ketika mertua mulai mengendalikan keputusan pribadinya.
Konflik ini menunjukkan ketegangan antara id dan superego, di mana Marah adil merasa terbelenggu oleh tradisi, tetapi tidak memiliki keberanian untuk melawannya. Keadaan ini mencerminkan krisis identitas yang dialami Marah adil dalam menemukan keseimbangan antara ketaatan adat dan kebahagiaan pribadi
Rasa Bersalah terhadap Istri
Marah adil juga mengalami rasa bersalah karena tidak mampu melindungi istrinya dari tekanan mertua. Sebagai suami, ia merasa gagal memenuhi tanggung jawabnya untuk memberikan kehidupan rumah tangga yang harmonis. Rasa bersalah ini semakin memperburuk konflik batin yang dialaminya.
Dalam konteks ini, ego Marah Adil berusaha mencari solusi untuk mengatasi konflik, tetapi gagal karena tekanan eksternal yang terlalu besar. Ia terjebak dalam lingkaran ketidakberdayaan, yang pada akhirnya memengaruhi kesehatan mental dan emosionalnya.
Penyelesaian Konflik Batin
Akhir cerita menunjukkan resolusi konflik batin yang dialami Marah Adil. Ia akhirnya mengambil keputusan yang mencerminkan keberaniannya untuk melawan tekanan sosial demi kebahagiaan pribadinya. Keputusan ini menunjukkan transformasi karakter Marah Adil dari individu yang pasif menjadi sosok yang mampu mengambil kendali atas hidupnya. Ketika ia pergi ke rumah ramalah yang sedang mengadakan pernikahan antara ramli dan ramalah dan mencari sosok mertuanya dan ingin menikam mertuanya tapi terhalang oleh ramlah yang menghalangi marah adil
Namun, keputusan ini tidak terlepas dari konsekuensi, baik secara emosional maupun sosial. Marah adil harus menghadapi dampak dari pilihannya yaitu kehilangan Ramalah istrinya  dan kerena itu juga dia mengakhiri hidupnya, yang menunjukkan betapa kompleksnya hubungan antara individu dan norma sosial dalam masyarakat.
Dan novel ini berakhir dengan kematian marah adil dan ramalah dan di lanjutkan dengan kematian mertuanya karena penyakit jantung