Mohon tunggu...
Afni Khaerifa Shaomi
Afni Khaerifa Shaomi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Jurnalistik)

Selanjutnya

Tutup

Film

Pesan tentang Kesetaraan Gender yang 'Tersembunyi' di Film Ngeri-Ngeri Sedap

20 Januari 2023   09:03 Diperbarui: 20 Januari 2023   10:22 1543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada puncak konflik, penonton akan menyaksikan drama penuh haru. Saat Pak Domu memarahi ketiga anak laki-lakinya, Mak Domu akhirnya berani untuk bersuara sebagai wanita yang selalu berada di bawah kendali Pak Domu. Dari perkataan Mak Domu, ketiga anak laki-lakinya pun juga baru mengetahui bahwa sebenarnya Pak Domu dan Mak Domu itu hanya berpura-pura ingin bercerai. Mereka terkejut dan menyudutkan Sarma selaku orang yang mereka percaya di rumah. Dan memang ternyata, Sarma juga diperintah oleh Pak Domu untuk mengikuti skenario yang dibuatnya.

Sebelumnya, Mak Domu selalu bilang pada Sarma bahwa perempuan tidak boleh melawan, perempuan harus nurut. Namun, karena Sarma melihat bagaimana Mak Domu sebagai perempuan akhirnya berani bersuara, Sarma pun berani bersuara. Sarma mengatakan bagaimana sulit dan serba salahnya menjadi anak perempuan di keluarga tersebut. Sarma yang mendapat dampak perlawanan dari saudara-saudaranya. 

Tidak seperti kakaknya (Domu) yang melawan ketika dilarang untuk menikahi pacarnya yang bersuku Sunda, Sarma memilih menurut pada Pak Domu untuk putus dengan pacarnya yang bersuku Jawa. Kemudian Sarma juga rela membuang mimpinya untuk bersekolah masak di Bali, karena Pak Domu bilang jangan seperti Gabe yang pekerjaannya tidak jelas. Dan karena Sahat tidak mau pulang, Sarma akhirnya yang mengalah untuk tidak merantau dan tinggal di kampung. 

Padahal sebagai anak terakhir, seharusnya Sahat yang mengurus rumah dan orang tuanya. Momen ketika Mak Domu dan Sarma bersuara, menjadi titik balik bagi keluarga tersebut untuk memperbaiki diri masing-masing dan menemukan makna keluarga yang sebenarnya.

Dari sini kita bisa melihat bagaimana sulitnya hidup sebagai perempuan yang berada di lingkungan patriaki. Namun, sebagai perempuan, sebenarnya kita juga memiliki hak yang sama. Perempuan berhak menuntut ilmu setara dengan laki-laki. Perempuan berhak untuk bersuara dan memberikan pendapat. Perempuan berhak untuk memiliki cita-cita dan menggapainya. Perempuan berhak memiliki kendali akan diri sendiri. Perempuan berhak mendapat kesetaraan gender.

Saya berharap Ngeri-Ngeri Sedap tidak hanya disorot sebagai film yang memiliki latar unik. Namun, saya berharap penonton dari film ini juga dapat melihat makna yang terkandung. Mari kita sama-sama belajar, misalnya sebagai laki-laki harus mau juga mendengarkan pendapat perempuan. Dan sebagai perempuan, kalian berhak untuk bersuara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun