Cita-cita besar yang ingin menaklukkan Konstantinopel tentu butuh strategi yang sangat besar dan memerlukan perencanaan baik, oleh karena itu, ia membentuk dan mengumpulkan pasukan elit yang dinamakan Janissaries. Pasukan tersebut dilatih dengan ilmu agama, fisik, taktik dan segala yang dibutuhkan oleh tentara. Pendidikan ini dilakukan sejak dini dan khusus dipersiapkan untuk membebaskan konstantinopel.
Selain itu Al-fatih sangat memahami keadaan geopolitik dan memiliki system pertahanan yang sangat maju pada zamannya, tercatat pasukan Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, dan Pasuka Salib yang telah mencoba menaklukkan kota ini namun gagal. Ia menyadari bahwa tidak bisa menkalukkan konstantinopel dan mengatasi tembok pertahanan yang berlapis-lapis dan tebal dengan cara yang biasa, hingga Al-fatih bertemu dengan Orban yang mampu membuat meriam dengan berat 18,2 ton dan panjang 8,2 meter dengan kapasitas yang diinginkan.
Setelah mempersiapkan meriam, Al-Fatih juga mempersiapkan 250.000 pasukan yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu dari Sebelah Selatan 400 kapal perang menyerang melalui Laut Marmara, pasukan darat membawa 68 meriam dengan 1 meriam dengan nama "The Muhammed's Greats Gun" yang dikawal 400 tentara dan ditarik oleh 60 sapi jantan, serta para penasihat.
Peperangan pun dimulai, di bagian selatan konstantinopel, ternyata 400 kapal dari pasukan kaum muslim sangat mudah ditaklukkan oleh pasukan konstantinopel dan menyerang lewat dalam serangan laut. Sedangkan dari sebelah barat konstantinopel yaitu pasukan utama Al-Fatih dengan kekuatan meriam ternyata hanya mampu ditembakkan 3 jam sekali untuk menghancurkan pertahanan, sehingga itu memberi kesempatan besar bagi tentara konstantinopel untuk segera memperbaiki kerusakan pada tembok pertahanan. Segala daya dilakukan tetap saja konstantinopel merupakan kota pertahanan terbaik yang tidak mudah ditaklukkan.
Akhirnya, pada 20 april 1453 Al- fatih dan para pasukannya melakukan suatu cara yang tidak terbayangkan kecuali oleh orang yang beriman, Al-Fatih kemudian memerintahakan pasukannya untuk membabat hutan di perbukitan Galata dan menjadikan gelondongan yang telah dilumasi minyak hewan berjajar laksana pengganati rel agar mudah ditarik oleh manusia dan kuda. Alhasil, 72 kapal pindah dari selat Bosphorus menuju Teluk tanduk hanya dengan waktu semalam, Allahu Akbar
".... Serahkan kekaisaranmu, kota Konstantinopel. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal dan hidup dengan amat sejahtera di konstantinopel, bebas berbuat demikian. Dan siapa yang ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga dipersilahkan" isi surat berupa tawaran Al-Fatih kepada Kaisar Byzantium, Constantine XI Palaiologos.
Tawaran ditolak, pengepungan konstantinopel terus berlanjut hingga kemenangan semakin dekat. Hingga pada tanggal 29 Mei 1453 bertepatan dengan tanggal 20 Jumadil Ula, serangan terakhir dilancarkan, dan sebelum Ashar, diiringi kibaran bendera Al-Liwa dan Ar-Raya, yaitu bendera putih dan hitam bertuliskan kalimat tauhid, Muhammad Al-Fatih mulai menginjakkan kakinya di gerbang masuk Konstantinopel.
"Alhamdulillah!, semoga Allah merahmati para syuhada', memberikan kemuliaan kepada mujahidin, serta kebanggan dan syukur buat rakyatku"
Berakhirlah pengepungan dan penaklukkan selama 54 hari lamanya, serta penantian selama 825 tahun oleh kaum muslimin melalui bisyarah Rasulullah melalui tangan pemuda Muhammad Al-Fatih.
Inilah yang dinamakan kekuatan keyakinan dari janji Allah dan bisyarah Rasulullah. Kemampuan melihat sesuatu tidak dengan mata, namun dengan keimanan.
Wallahu a'lam bish shawab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H