Mohon tunggu...
Afni Rifani
Afni Rifani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hello!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perkembangan Kognitif pada Anak Berkebutuhan Khusus

12 Desember 2023   23:40 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:29 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak berkebutuhan khusus memiliki proses berpikir yang berbeda dengan anak normal lainnya, secara halusnya mereka adalah anak-anak yang istimewa. Hal ini juga berpengaruh terhadap perkembangan kognitif yang dialami oleh anak yang berkebutuhan khusus tersebut. Pada halaman ini kita akan membahas mengenai perkembangan kognitif yang dialami oleh seorang anak tunagrahita.

Tunagrahita merupakan sebutan untuk orang dengan kemampuan intelektual dan kognitif yang berada di bawah rata-rata jika dibandingkan dengan orang pada umumnya. Kondisi ini biasanya terjadi pada masa kanak-kanak, tetapi bisa juga muncul ketika dewasa.

Perkembangan kognitif adalah kemampuan anak dalam berpikir, perhatian, mengingat dan memproses informasi, belajar mengevaluasi, menganalisis, hingga membandingkan dan memahami hubungan sebab akibat. Perkembangan pada anak tunagrahita terlihat lebih lambat daripada anak biasanya, hal ini mungkin diakibatkan karena kurangnya pembelajaran motorik saat usia dini sehingga menyebabkan anak tersebut lemah dalam mengingat dan mengenali suatu hal. 

Membentuk perkembangan anak usia dini diawali oleh permainan mengingat nama dan jenis warna. Selain itu mereka juga cepat tanggap dalam mengaplikasikan warna tersebut pada sebuah gambar atau kertas. Namun sayangnya, pada anak tunagrahita aspek tersebut tidak dapat terjadi dikarenakan daya pikir dan daya ingat yang buruk. 

Anak-anak tunagrahita dapat disebabkan oleh faktor genetik atau terjadi sebuah permasalahan pada masa kehamilan maupun perkembangan, sehingga anak tunagrahita mengalami tumbuh kembang yang lambat dan memiliki emosi yang meledak-ledak. 

Anak tunagrahita dapat memungkinkan untuk terkena gangguan mental, keterampilan motorik, pendengaran dan penglihatan. Padahal ini orangtua diharuskan turut berperan aktif terhadap pola asuh anak misalnya melakukan permainan bersama kelompok untuk merangsang tumbuh kembang anak supaya membaik dan melakukan banyak obrolan bersama anak dengan membacakan sebuah buku untuk lebih melatih bahasa dan cara berbicara anak. Selain itu, orangtua juga hendaknya memilih sekolah yang mendapatkan dukungan dan dorongan yang sesuai dengan anak tunagrahita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun