Surabaya -- Menjadi salah satu instrumen pemudah hidup manusia, kecerdasan buatan atau artificial intellegence mencakup banyak sektor pada kehidupan manusia dewasa ini. Diiringi dengan kehadirannya Chat GPT sebagai AI assistant yang mampu menjawab apapun yang ditanyakan manusia.
Â
Tetapi, lebih dari sekadar menjadi assistant, pemanfaatan kecerdasan buatan bisa jauh lebih kompleks bahkan untuk hal yang menurut manusia susah sekalipun. Salah satunya pada pembuatan vaksin.
 Dilansir dari History of Vaccines pembuatan vaksin sendiri memiliki variasi durasi antara 10 -- 15 tahun. Hal ini dipengaruhi besar oleh berbagai tahap yang harus dilaksanakan mengingat vaksin akan dikonsumsi langsung kepada manusia.
Salah satu tahap yang memakan waktu banyak yaitu mengidentifikasi struktur protein DNA pada suatu jenis virus baru untuk dilakukan semacam rekonstruksi beberapa kode protein agar sifatnya menjadi pro terhadap tubuh.
Hanya saja pada pelaksanaannya, dikarenakan membutuhkan waktu yang lama sementara kebutuhan masyarakat terus berjalan setiap harinya, maka dari itu sangat memungkinkan jika kita dapat menggunakan AI dalam pemercepat penemuan struktur protein DNA.
Hal ini dapat dilakukan dengan memilih beberapa website bank kode protein seperti Uniprot dan semacam sebagai database. Setelah itu dilakukan identifikasi terhadap DNA dari virus baru guna ditemukan alamat kode proteinnya dan diteruskan untuk dilakukan restrukturisasi kode protein
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H