Pemilihan DPR: Milih Langsung atau Serahkan ke Partai?
Pemilu di Indonesia selalu menjadi topik menarik, terutama mengenai sistem pemilihan anggota DPR. Saat ini, masyarakat memiliki hak untuk memilih langsung wakilnya. Namun, muncul usulan agar pemilihan anggota DPR dilakukan oleh partai politik. Gagasan ini memicu perdebatan karena berimplikasi besar pada demokrasi dan ekonomi. Meski sistem ini menawarkan efisiensi dalam seleksi calon, saya berpendapat bahwa pemilihan langsung oleh rakyat lebih relevan untuk konteks Indonesia.
Sistem pemilihan langsung memungkinkan masyarakat memilih perwakilan yang dianggap mampu memperjuangkan aspirasi mereka. Ini memberikan ruang bagi calon dari berbagai latar belakang untuk bersaing secara adil. Meskipun sering ditemui praktik politik dinasti, sistem ini setidaknya membuka peluang bagi calon independen untuk memperjuangkan suara rakyat. Sebaliknya, jika pemilihan anggota DPR diserahkan kepada partai politik, proses seleksi sangat bergantung pada kekuatan internal partai. Hal ini berisiko memperburuk dominasi elite politik, membatasi keragaman, dan mengurangi representasi rakyat.
Namun, ada kelebihan dari sistem penetapan oleh partai politik. Partai bisa menyeleksi calon legislatif yang lebih kompeten berdasarkan kemampuan dan rekam jejak. Selain itu, sistem ini dapat mengurangi biaya kampanye, yang selama ini membebani calon legislatif dan masyarakat. Dengan fokus pada seleksi internal, sumber daya dapat dialokasikan untuk program yang lebih produktif.
Meski begitu, dampaknya terhadap demokrasi dan ekonomi patut diwaspadai. Demokrasi yang sehat memerlukan keterlibatan langsung masyarakat. Jika partai memegang kendali penuh, representasi menjadi terbatas dan suara rakyat kecil berpotensi terabaikan. Dari sisi ekonomi, dominasi partai besar yang memiliki jaringan luas dapat menciptakan ketimpangan. Kebijakan ekonomi yang dihasilkan mungkin hanya menguntungkan kelompok tertentu, terutama yang memiliki hubungan kuat dengan elite politik. Hal ini dapat memperbesar kesenjangan sosial-ekonomi dan menghambat pemerataan kesejahteraan.
Sistem pemilihan langsung memberikan kesempatan lebih besar bagi calon legislatif yang memahami kebutuhan masyarakat miskin atau kelompok marjinal. Dalam konteks ekonomi, hal ini penting untuk memastikan kebijakan yang inklusif, seperti pengentasan kemiskinan dan dukungan terhadap usaha kecil dan menengah. Sementara itu, jika partai memiliki kendali penuh, prioritas mungkin bergeser ke arah kepentingan kelompok tertentu yang mendukung finansial partai. Ini bisa memperburuk ketimpangan ekonomi dan merugikan kelompok rentan.
Kesimpulannya, pemilihan langsung oleh rakyat lebih mendukung demokrasi yang transparan dan akuntabel. Meski sistem ini memiliki kekurangan, seperti tingginya biaya kampanye, manfaatnya jauh lebih besar dalam memastikan representasi rakyat yang adil dan inklusif. Dalam jangka panjang, pemilihan langsung lebih mampu menciptakan kebijakan ekonomi yang berpihak pada kesejahteraan seluruh masyarakat. Pemilihan melalui partai politik, meski efisien, berisiko memperkuat dominasi elite dan mengurangi keberagaman ide dalam legislatif. Oleh karena itu, mempertahankan sistem pemilihan langsung adalah langkah terbaik untuk memperjuangkan demokrasi dan keadilan ekonomi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H