Penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan penyakit epizootika yang menyerang ternak besar terutama sapi. Menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, penyakit PMK disebabkan oleh virus picorna yang memiliki gejala klinis antara lain suhu tubuh meningkat dan akan terlihat jelas pada sapi yang masih muda, biasanya suhu akan turun dengan sendirinya.
Mahasiswa KKN Tematik Unej Kelompok 307 berkesempatan untuk turun lapang mengamati, men-survei, dan berkoordinasi dengan DISNAKKAN Bondowoso serta mensosialisasikan tentang PMK kepada masyarakat Desa Sempol, Kecamatan Prajekan yang merupakan desa dengan nilai kasus PMK tertinggi.Â
Hal ini tentunya mengakibatkan kekhawatiran kepada masyarakat yang mayoritas memiliki hewan ternak sapi. Banyak dari mereka yang tidak mendapatkan hasil apapun dari hewan ternak tersebut karena kemungkinan terburuk sapi yang terjangkit akan mati atau dijual paksa sebelum mati dengan harga yang rendah.
Adapun untuk gejala klinis PMK yang terjadi di Desa Sempol diantaranya; demam, nafsu makan menurun, leleran pada mulut, lemas, lesi pada mulut, lesi pada kuku, pincang, dan lumpuh serta terdapat luka terbuka pada bagian paha sapi yang terkena PMK parah.Â
Kemudian untuk cara penularannya dapat melalui kontak langsung dengan hewan yang terkena PMK dan kontak tidak langsung melalui udara.Â
Pada saat survey, mahasiswa KKN Unej Kelompok 307 juga menemukan keadaan kandang sapi di Desa Sempol masih kumuh dan itu memang sudah menjadi hal yang lumrah, seperti yang dikatakan oleh ketua kelompok Karya Ternak Mandiri, bapak Hj. Ihsan. Keadaan kandang sapi yang kurang baik juga dapat memperburuk kondisi hewan ternak yang terjangkit PMK.
Pembatasan penyebaran PMK di Desa Sempol, dilakukan dengan pemberian vitamin oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui Dinas Peternakan dan Perikanan (DISNAKKAN).Â
Selain bantuan dari pemerintah, masyarakat juga memiliki cara tersendiri untuk mengatasi hewan ternak yang terjangkit virus ini. Adapun untuk cara penyembuhannya yang dilakukan oleh para peternak yakni beragam seperti penyembuhan pada bagian mulut, peternak menggunakan air garam, kunyit/ramuan jamu, gula merah.Â
Sedangkan, untuk penyembuhan pada kuku menggunakan campuran kapur, tembakau kering, madu, air hangat, kunyit, dan disinfektan. Namun dari pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Bondowoso menyarankan untuk penyembuhannya menggunakan bahan-bahan alami, seperti ramuan kunyit.
Langkah demi langkah dilakukan peternak untuk menyelamatkan hewan ternaknya menggunakan bahan seadanya, seperti tembakau, kapur, dan madu, semua bahan ini dicampur kemudian di oleskan pada kulit sapi yang terdapat luka terbuka, dengan manfaat tembakau dan kapur yang panas berfungsi sebagai disinfektan sehingga memungkinkan untuk membunuh virus PMK. Selain itu, peternak juga menggunakan formalin seadanya untuk disemprotkan sebagai disinfektan.
Survey yang dilakukan mahasiswa KKN Unej Kelompok 307 mendapatkan hasil bahwa saat ini sudah mulai banyak sapi yang memasuki masa pemulihan walaupun sedikit melambat.Â
Para peternak juga sudah mulai melakukan perawatan sendiri dengan memberikan jamu-jamuan tradisional dan obat dari petugas kesehatan hewan (PUSKESWAN). Selain itu, peternak juga dianjurkan harus lebih sering membersihkan kandang dan menyemprotkan disinfektan untuk mencegah masuknya virus PMK ini.
Informasi yang didapat oleh kelompok KKN Unej 307 kemudian dibagikan kepada masyarakat dusun lainnya melalui kegiatan sosialisasi yang dilakukan saat berinteraksi dengan masyarakat seperti saat acara pengajian atau sholawatan mulai dari cara pengobatan dan pengalaman peternak lainnya dalam mengatasi PMK di dusun lainnya.
Kegiatan yang dilakukan oleh Kelompok KKN Unej 307 diharapkan dapat menurunkan jumlah kasus PMK yang terjadi di Kabupaten Bondowoso khususnya Desa Sempol, Prajekan dan meningkatkan kewaspadaan penyebaran PMK pada hewan ternak masyarakat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H