Mohon tunggu...
Afipah Ratih
Afipah Ratih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hanyalah manusia biasa

Selanjutnya

Tutup

Seni

Republik Wayang Setelah Islam

26 Oktober 2023   09:24 Diperbarui: 26 Oktober 2023   09:28 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Yudhistira diibaratkan sebagai ibu jari, maka Bima diibaratkan seperti jari telunjuk yang mengisyaratkan kepada rukun islam yang kedua, yaitu shalat. Bima memiliki kuku pancanaka yang dianalogikan sebagai lima waktu shalat.

3.Arjuna

Arjuna diibaratkan sebagai jari tengah, jari yang paling tinggi diantara lainnya. Untuk mencapai derajat yang tinggi, manusia harus mampu menahan hawa nafsunya. Untuk menahan hawa nafsu, haruslah berpuasa untuk menjaga dirinya dari segala keburukan. Puasa merupakan rukun islam yang ketiga, yang bisa membuat manusia bertakwa.

4.Nakula

Nakula diibaratkan sebagai jari manis, jari yang penuh cinta kepada sesama. Cinta yang merasakan senasib sepenanggungan. Hal ini sesuai dengan rukun islam yang keempat, yaitu zakat. Zakat sebagai manifestasi dari bentuk cinta sesama manusia.

5.Sadewa

Sadewa diibaratkan sebagai jari kelingkin, jari paling kecil. Sadewa dianalogikan seperti rukun islam yang kelima, yaitu haji. Karena tidak semua manusia mampu berhaji, namun hanya sebagian kecil saja. Haji adalah perjalanan panjang yang membutuhkan bekal yang besar, oleh sebab itu haji adalah penyempurna rukun islam.

Sunan Kalijaga tidak mendakwahkan islam dengan cara kekerasan, melainkan dengan cara yang lembut. Beliau tidak mengubah apa yang sudah ada, namun hanya menambahi apa yang lebih baik. Berdakwah dengan metode yang halus lewat kesenian dan kebudayaan adalah hal yang mampu membuat masyarakat jawa yang kolot membuka hati untuk menerima ajaran islam. Wayang adalah tentang bagaimana kamu memandang dan apa yang kamu ambil. Dalam perjalanan wayang yang begitu panjang, maka sejatinya setiap detik adalah perjalanan dan setiap perjalanan adalah pelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun