Mohon tunggu...
Afina Winas Atsmara
Afina Winas Atsmara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Midwifery student at Universitas Airlangga

Saya adalah seorang mahasiswi program studi Kebidanan fakultas Kedokteran Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Terselubung dalam Kehangatan Keluarga: Memahami Gelombang Pelecehan Seksual Anak di Bawah Umur oleh Orang Tua

5 Juni 2024   22:41 Diperbarui: 5 Juni 2024   23:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keluarga idealnya adalah tempat berlindung yang aman bagi anak-anak, di mana mereka tumbuh dengan penuh kasih sayang dan perlindungan. Namun, kenyataan pahit yang sering tersembunyi di balik dinding rumah tangga adalah pelecehan seksual terhadap anak-anak di bawah umur oleh orang tua mereka sendiri. Akhir-akhir ini semakin marak kasus pelecehan seksual pada anak di bawah umur oleh orang tuanya sendiri di media sosial. Pelecehan seksual anak merupakan salah satu bentuk kekerasan yang paling merusak, meninggalkan jejak trauma yang mendalam dan berkepanjangan. Fenomena ini tidak hanya menyedihkan tetapi juga sangat meresahkan, memerlukan perhatian dan tindakan serius dari semua lapisan masyarakat.

Mengapa kasus pelecehan seksual oleh orang tua terjadi? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab dengan satu alasan tunggal karena akar penyebabnya sangat kompleks. Beberapa faktor utama dapat diidentifikasi sebagai pemicu, di antaranya:

Masalah Psikologis dan Emosional pada Pelaku

Orang tua yang melakukan pelecehan sering kali memiliki latar belakang trauma, mungkin pernah menjadi korban kekerasan atau pelecehan di masa kecil mereka sendiri. Hal ini menciptakan siklus kekerasan yang sulit diputus. Kecanduan alkohol atau narkoba juga sering memperburuk perilaku kekerasan ini, menghilangkan kendali diri dan etika moral.

Penyalahgunaan Kekuasaan dan Kontrol

Orang tua yang melecehkan anak mereka seringkali memanfaatkan posisi mereka sebagai figur otoritas dan pelindung. Mereka menyalahgunakan kepercayaan dan ketergantungan anak untuk memuaskan hasrat mereka sendiri. Dalam banyak kasus, anak merasa terperangkap, tidak mampu melawan atau melaporkan karena takut akan konsekuensi yang lebih buruk, seperti kekerasan fisik atau pengusiran dari rumah.

Dimensi Sosial dan Budaya

Di banyak komunitas, topik seksualitas dan kekerasan seksual masih dianggap tabu. Anak-anak sering diajarkan untuk mematuhi orang tua tanpa mempertanyakan peran orang tua, yang secara tidak langsung menutup pintu bagi mereka untuk mengungkapkan ketidaknyamanan atau pelecehan yang dialami. Masyarakat cenderung mengabaikan atau meremehkan tanda-tanda pelecehan, sering kali karena tidak ingin "mencampuri urusan rumah tangga" orang lain.

Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah ini? Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

Meningkatkan Kesadaran

Pendidikan mengenai pelecehan seksual harus diperluas, tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan keluarga dan komunitas. Anak-anak perlu diajarkan tentang batasan tubuh dan hak mereka atas keselamatan pribadi. Mereka juga harus diberi tahu bahwa tidak ada situasi yang mengharuskan mereka mentolerir pelecehan, bahkan dari orang tua mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun