Mohon tunggu...
Afina Raihana P
Afina Raihana P Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Afina Raihana Putri adalah mahasiswi Telkom University yang mengambil program studi Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wayang Golek: Pesona dan Kearifan Tradisi Seni Pertunjukan Indonesia

13 November 2023   09:38 Diperbarui: 13 November 2023   10:15 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wayang Golek dijadikan sebagai seni pertunjukan teater rakyat, memancarkan kekayaan unsur dramatisasi, musik, dan penggunaan boneka kayu. Bertumbuh subur di wilayah Parahyangan, Jawa Barat, pertunjukan ini mendalam dalam kekayaan Bahasa Sunda, memainkan lakon-lakon klasik seperti Mahabharata dan Ramayana. 

Meskipun awalnya terbatas pada kaum bangsawan, Wayang Golek merakyat, menyatu dengan masyarakat Sunda, dan menyebar ke berbagai kalangan. Keterkaitannya dengan wayang kulit dan penyebaran wayang di Jawa Barat mengilustrasikan keberagaman seni pertunjukan di Indonesia (Sadono et al., 2018). 

Perjalanan perkembangan Wayang Golek diwarnai oleh jejak agama Islam di tanah Jawa. Sunan Kudus, pada abad ke-16, menciptakan Wayang Golek Pertama di Jawa Tengah, tetapi baru pada abad ke-19, wayang golek purwa muncul sebagai inovasi signifikan. 

Pada masa ini, tokoh-tokoh seperti Wiranatakusumah III turut serta dalam memajukan seni ini. Wayang golek purwa menjadi bentuk yang lebih menarik, memperkaya nilai-nilai ke-Sunda-an, dan membawa seni ini ke puncak kreativitasnya.

Terdapat tiga jenis utama Wayang Golek: cepak, purwa, dan menak, ditambah dengan jenis modern. Wayang golek cepak, terkenal di Cirebon, membawakan cerita babad dan legenda dengan menggunakan bahasa Cirebon.

Sementara itu, wayang golek purwa memainkan kisah Mahabharata dan Ramayana, dan wayang golek menak berkisah tentang Amir Hamzah. Dalam keberagamannya, jenis-jenis ini mencerminkan kekayaan kultur Indonesia yang berbeda dari satu daerah ke daerah lainnya.

Proses pembuatan Wayang Golek melibatkan tingkat presisi tinggi dalam pengukiran kayu. Terbuat dari kayu Albasia atau kayu Lame, setiap boneka diwarnai dengan cat duko untuk memberikan karakteristik yang hidup. 

Pembuatan pakaian dengan detail manik-manik dan mahkota yang rumit menambah kerumitan proses ini. Hanya para pengrajin dengan kehalusan jiwa dan tingkat seni yang tinggi yang mampu memadukan karakter tokoh dengan desain baju yang tepat, menjadikan setiap Wayang Golek sebagai karya seni unik.

Wayang Golek bukan sekadar seni pertunjukan; ia juga menjadi pembawa nilai-nilai budaya yang mendalam. Kode etik pedalangan yang dirumuskan pada tahun 1964 menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai, mendidik masyarakat, dan berperan sebagai juru penerang. 

Meskipun banyak pertunjukan bersifat hiburan, esensi pembelajaran selalu hadir dalam setiap lakon pewayangan. Fungsi ritual, hiburan, dan pendidikan masyarakat menjadikan Wayang Golek sebagai elemen tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun