3. Djamil dari Senegal
Djamil mungkin memang tidak seberuntung Nabiollah dan Rifdha. Meski sudah berusaha keras, ia belum berhasil menunjukkan prestasi gemilang dalam kontes membaca Al-Qur'an yang dihelat di Mesir tersebut.
Djamil sempat kebingungan. Oleh sebab itu ia sempat keliru mengucapkan ayat-ayat yang dimaksud di layar komputer. Rasanya ikut sedih sewaktu itu menitikkan air mata. Pun ketika ia tertunduk mengetahui juri memberinya nilai yang kecil. Ia memang pulang dengan tangan hampa, tapi putra seorang imam terkenal di Senegal ini tak putus asa. Sepulang dari Mesir ia berusaha untuk menyempurnakan bacaannya. Ia berharap kelak bisa menjadi imam seperti sang ayah.Â
Pada akhirnya film usai juga, tapi tidak dengan kesan yang ditinggalkan. Kegigihan  ketiga hafidz cilik tersebut mengikuti kontes membaca Al-Qur'an, patut mendapatkan pujian. Mereka berhasil menunjukkan bahwa "usia itu tidak penting, yang penting hafalannya". Bukan itu saja, kita juga diajak menyaksikan bahwa wanita memiliki derajat yang sama dengan pria. Tercermin dari kehadiran Rifdha Rasheed dalam kompetisi  hafidz internasional yang digelar di Mesir tesebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H