Mohon tunggu...
Afin Yulia
Afin Yulia Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Writer, blogger

Gemar membaca, menggambar, dan menulis di kala senggang.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sepotong Harapan untuk Likupang: Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan Demi Terjaganya Lingkungan

23 Februari 2022   21:56 Diperbarui: 23 Februari 2022   22:12 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pulau Lihaga, Likupang (sumber: YouTube Kemenparekraf)

Jika kurang puas, wisatawan bisa beranjak ke pulau Lihaga. Pulau seluas 8 hektar ini dikelilingi oleh pantas yang berpasir putih. Arusnya yang tenang menjadikan tempat berpanorama indah ini cocok untuk kegiatan snorkeling atau menyelam.

Tak heran usai menyaksikan keindahan Likupang, orang akan menyatakan bahwa tempat ini pantas menjadi representasi slogan Wonderful Indonesia.

Sekeping Kekhawatiran Untuk Likupang

Pemandangan bawah laut di Likupang (sumber: YouTube Kemenparekraf)
Pemandangan bawah laut di Likupang (sumber: YouTube Kemenparekraf)
Tak pelak daerah Destinasi Super Prioritas Likupang atau kerap disebut sebagai DSP Likupang adalah daerah wisata yang menjanjikan. Terutama bagi penggemar wisata alam seperti saya. Saya takkan khawatir kehabisan pilihan untuk menghabiskan waktu di sana. 

Namun, tak dipungkiri ada satu kekhwatiran besar yang bercokol di hati dan kepala saya akan kondisi Likupang di masa depan. Ketika potensi wisata Likupang terekspos, maka Likupang akan kedatangan banyak wisatawan. Baik lokal maupun mancanegara. 

Secara ekonomi, banyaknya wisatawan membawa dampak positif bagi masyarakat Likupang. Akan ada bisnis baru yang tumbuh untuk mendukung kehadiran mereka. Mulai dari makanan, penginapan, hingga transportasi.

Namun, terlampau banyak wisatawan rupanya juga memberikan efek negatif yang tak main-main. Salah satu contoh nyata negara yang mengalami permasalahan ini adalah New Zealand. Dikutip dari laman nzherald pada hari Rabu, 23 Februari 2022, sejak tahun 1990 hingga tahun 2018 jumlah wisatawan mengalami peningkatan. Jika awalnya hanya satu jutaan, wisatawan yang berkunjung ke negara kepulauan di Barat Daya Samudera Pasifik tersebut meningkat menjadi 3,8 juta  setiap tahunnya.

Kedatangan turis sebanyak itu tak urung berdampak buruk bagi lingkungan. Menyebabkan kualitas air menurun, spesies asli hilang atau terpengaruh, hilangnya ketenangan alam akibat terlampau banyak wisatawan, hingga peningkatan emisi karbon.

Sementara itu  laman DW pada tahun 2018 melaporkan bahwa media lokal di New Zealand memberitakan bahwa orang-orang yang gemar berkemah acap menggunakan alam sebagai toilet. Bahkan mereka meninggalkan sampah di lingkungan yang masih asli.

Tentu saja hal ini tak kita inginkan. Meningkatnya perekonomian yang tak dibarengi oleh peningkatan kualitas lingkungan justru akan berdampak buruk bagi kondisi Likupang. Jika sudah demikian yang rugi adalah masyarakat setempat, karena harus menanggung risiko kerusakan lingkungan.

Lalu bagaimana caranya agar hal ini tidak terjadi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun