"Oh iya, aku menemukan tumbuhan liana. Kita bisa menebang dan mengumpulkan tetesan airnya dengan bambu itu untuk minum semua orang," lanjutnya seraya menunjuk ke arah rumpun bambu yang tumbuh menjulang, tak jauh dari kami.
Tak pikir panjang, kutebang sebatang bambu dan kuambil dua ruas untuk menampung air kucuran liana lantas membawanya ke tempat di mana orang-orang berada. Tiba di sana, semua orang berseru gembira. Tak hanya senang karena melihat Fred dan aku kembali, tetapi juga karena melihat tambahan makanan yang kami bawakan. Tak berapa lama, Pak Jun datang. Kelompok pertama yang dimulai dari Anggi, kemudian Kanaya, Fred, dan Pak Her berangkat bergiliran. Lima belas menit setelah Pak Her pergi, Sofyan tiba. Tak menunggu lama kami segera berangkat bersama mobil sedannya.
Setiba dikota-Pak Lukman, Bu Prita, dan Kevin-bergegas mengemasi barangnya di penginapan. Lalu diantarkan Sofyan ke pelabuhan untuk menaiki speed boat. Lima menit sebelum kapal berangkat, ketiganya sampai, dan langsung menaikinya. Aku begitu lega melihat mereka berlalu sembari melambaikan tangan. Selepas itu aku baru mencari mobil dan mekanik untuk memperbaiki mobil Pak Her dengan bantuan Sofyan. Pukul 23.00 mobil sampai di pondok tempat Pak Jun berada. Kami-aku, Kanaya, Anggi, dan Fred-segera kembali ke kota, sementara Pak Her memilih tinggal untuk menanti mekanik yang hendak memperbaiki mobilnya.
Sepekan berlalu dan semua anggota rombonganku mengirim kabarnya. Rata-rata isinya sama, mengisahkan bahwa kejadian hari itu menjadi pengalaman yang luar biasa. Tak akan bisa dilupakan selamanya. Kanaya si penakut bahkan berkata ,"Jika aku dan kawan-kawanku ke sana liburan nanti, aku berharap kau bersedia memandu kami."
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H