Mengenal Seni Kriya Sejak Kecil
      Sejak kecil saya memang sudah akrab dengan seni kriya. Lewat seni yang menitikberatkan pada ketrampilan tangan ini saya mengolah kain dan benang di sekitar saya menjadi sesuatu yang bernilai pakai sekaligus indah. Semua berawal dari kegemaran saya bermain dengan kain-kain sisa jahitan Bapak di masa kecil. Saya kerap memanfaatkannya jadi selendang atau bandana yang diikat di kepala begitu saja. Terkadang menjadikannya umbul-umbul kecil yang dikaitkan dengan bambu jika saya dan teman-teman bermain perang-perangan di halaman. Atau kalau tidak, saya gunakan kain perca untuk membuat boneka sederhana. Hanya mengisi bagian tengah kain dengan kapas lalu diikat dan diberi gulungan kain kecil melintang sebagai tangan. Pakaiannya pun tidak rumit, cukup digunting dibentuk serupa baju lalu bagian tengahnya dilubangi dan dipakaikan ke badan boneka.
      Dari benda-benda sederhana, saya terpacu untuk memanfaatkan kain perca menjadi benda-benda bernilai guna lainnya. Seperti gantungan kunci, pita rambut, boneka, tas serut sederhana, taplak meja, hingga tas selempang. Selain karena hobi, faktor pendorong lainnya adalah bagaimana caranya bisa tampil gaya tanpa mengeluarkan banyak biaya. Maklumlah saya berasal dari keluarga sederhana, uang saku saya tidak banyak. Saya harus pandai-pandai memanfaatkan sumber daya yang ada untuk bisa tampil keren seperti lainnya.
      Saat anak-anak lain memiliki gantungan kunci lucu, saya tinggal membongkar kain perca. Memilah dan memilih kain yang ada, membuat sketsa, kemudian mewujudkannya. Memang tidak selamanya berhasil sesuai rencana, bahkan beberapa dicemooh juga. Tetapi, situasi ini justru memberi memacu saya untuk membuat sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
      Bahan berikutnya yang kerap saya gunakan adalah benang rajut, baik wol, katun, atau polyester. Secara otodidak saya belajar merajut dan mendapatkan manfaat yang baik darinya. Tidak hanya bisa menghasilkan uang, saya juga dipacu untuk belajar beragam bentuk dan model rajutan yang sebelumnya tidak saya kuasai berkat pesanan-pesanan yang datang. Saya ingat betul, pertama kali menerima pesanan topi rajut, saya bahkan belum tahu bagaimana cara membuatnya. Waktu itu saya baru bisa merajut bentuk bunga, itupun bunga sederhana. Merasa tertantang, saya mengiyakannya. Dari sini ketrampilan saya berkembang. Tidak hanya bentuk bunga, tetapi juga bentuk lain seperti syal, dompet berhias boneka kokeshi, dompet untuk kamera poket, hingga tas selempang.
Seni Kriya dan Manfaatnya
      Bergelut dengan seni kriya rupanya memberi faedah lain pada diri saya. Tidak sekedar mendapat uang dan mengisi waktu luang, tetapi stress dan amarah pun bisa teredam. Saya merasa lebih santai dan ringan beberapa saat setelah berkutat dengan kain perca, penanggalan bekas, atau benang rajutan. Rupanya gerakan berirama dan berulang-ulang itu membantu mengalihkan fokus kita dari permasalahan. Sehingga kita bisa terhindar dari rasa tertekan, cemas, dan marah yang tak berkesudahan.
      Tidak hanya itu saja, kegiatan ini juga membantu saya untuk bersikap lebih sabar dan tenang dalam menghadapi masalah. Waktu yang panjang dan kerapnya menghadapi hambatan selama proses pengerjaaan kerajinan tangan, mengajari saya untuk sabar, tekun, sekaligus kreatif mencari solusi permasalahan. Pencapaian macam ini tak pelak memberikan kita kebanggaan. Terlebih jika hasil karya kita mendapat penghargaan, meski hanya berupa pujian kecil atau tatapan senang dari teman. Imbasnya kepercayaan diri pun meningkat tanpa kita sadar.