Wanita penyusup itu membawa bathok (tempat air dari tempurung kelapa) lalu menyiram batu petir itu dengan air. Gelegar... gedung istana tempat menyimpan batu itupun hancur luluh lantak, oleh ledakan petir. Kanjeng Sunan Demak berkata, wanita intuder pembawa bathok tersebut adalah "petir wanita" pasangan dari petir "lelaki" yang berhasil ditangkap Ki Ageng Selo. Dua sejoli itupun berkumpul kembali menyatu, lalu hilang lenyap.
Versi lain: Pengikatan Petir di Pohon Gandri
Masih oleh bapak Muhlasin, diceritakan pula versi lain yang menyebutkan petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo berwujud seorang kakek. Kakek itu cepat - cepat ditangkap nya dan kena, kemudian diikat dipohon gandri, dan dia meneruskan mencangkul sawahnya. Setelah cukup, dia pulang dan " bledheg " itu dibawa pulang dan dihaturkan kepada Sultan demak. Oleh Sultan " bledheg " itu ditaruh didalam jeruji besi yang kuat dan ditaruh ditengah alun - alun.
Banyak orang yang berdatangan untuk melihat ujud " bledheg " itu. Ketika itu datanglah seorang nenek-nenek dengan membawa air kendi. Air itu diberikan kepada kakek " bledheg " dan diminumnya. Setelah minum terdengarlah menggelegar memekakkan telinga. Bersamaan dengan itu lenyaplah kakek dan nenek "bledheg" tersebut, sedang jeruji besi tempat mengurung kakek " bledheg hancur berantakan.Â
Sejak saat itulah, petir tak pernah unjuk sambar di Desa Selo, apalagi di masjid yang mengabadikan nama Ki Ageng Selo
Pohon gandri dimana petir yang di tangkap ki ageng selo di ikat masih ada sampai sekarang dan berada tepat di samping makam ki ageng selo dengan dikelilingi pagar besi yang bertuliskan tentang kepercayaan orang jawa bahwa Ketika turun hujan dan banyak petir, mereka berucap "Gandrik anak putune Ki Ageng Selo" lalu mereka akan terhindar dari sambaran petir.
Lemari Api Abadi Dari Petir Tangkapan Ki Ageng Selo
Masih menelusuri makam Ki Ageng Selo, di sebelah utara makam terdapat lemari kayu yang di dalamnya berisi pelita atau lampu teplok yang konon apinya berasal dari petir yang ditangkap oleh Ki Ageng Selo yang dibuka pada saat ada ritual pengambilan api pada bulan Muharram dan Maulid oleh rombongan dari Keraton Surakarta Hadiningrat.
Bahkan dikatakan bahwa dahulu pengambilan api dilakukan dengan memakai arak - arakan, agar setiap pangeran juga dapat mengambil api itu dan dinyalakan ditempat pemujaan di rumah masing - masing. Api sela itu mencerminkan "asas kekuasaan bersinar ". Bahkan data - data dari sumber babad mengatakan bahkan kekuasaan sinar itu merupakan lambang kekuasaan raja - raja didunia.Â
Bayi Ken Arok bersinar, pusat Ken Dedes bersinar, perpindahan kekuasaan dari Majapahit ke Demak diwujudkan karena adanya perpindahan sinar, adanya wahyu kraton juga diwujudkan dalam bentuk sinar cemerlang .Dari pandangan tersebut, api sela mungkin untuk bukti penguat bahwa di desa Sela terdapat pusat Kerajaan Medang Kamulan yang masih misterius.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H