Bromo, salah satu destinasi wisata paling ikonik di Indonesia, telah menjadi saksi sejumlah momen indah dalam hidup manusia. Dari matahari terbit yang menakjubkan hingga pesona alam vulkanik yang menakutkan, Bromo telah menyajikan pemandangan yang tak terlupakan bagi para pengunjungnya. Namun, keindahan ini juga dapat berubah menjadi malapetaka, seperti yang terjadi dalam satu insiden yang mengguncang hati beberapa waktu lalu.
 Awal yang Penuh Inspirasi
Semua dimulai dengan mimpi seorang pasangan calon pengantin. Mereka telah melihat foto-foto indah puncak Bromo dalam berbagai galeri prewedding online dan merasa terinspirasi untuk memiliki momen serupa. Pengalaman yang mereka bayangkan adalah satu yang penuh dengan romantisme dan keindahan alam yang luar biasa.
 Penggunaan Flare dalam Prewedding
Agar foto-foto mereka benar-benar mencerminkan suasana yang mereka inginkan, pasangan ini memutuskan untuk menggunakan flare, suatu alat pyroteknik yang menghasilkan cahaya terang dan nyala api. Namun, tidak menyadari potensi risiko yang terkait dengan penggunaan flare di kawasan alam yang kering seperti Bromo, mereka lanjutkan dengan rencana mereka. Hasil dari
 Saat yang Menghancurkan
Ketika flare dinyalakan, angin kencang yang khas di puncak Bromo membawa percikan api dari flare ke lingkungan sekitarnya yang sangat kering. Dalam hitungan detik, keindahan alam yang seharusnya menjadi latar prewedding yang sempurna berubah menjadi krisis nyata.
 Upaya Pertama untuk Memadamkan Api
Orang-orang yang hadir di lokasi segera menyadari bahaya yang muncul. Mereka berusaha keras memadamkan api dengan apa yang mereka miliki, termasuk jaket, baju, dan tangan kosong. Namun, api telah berkembang begitu cepat sehingga upaya-upaya awal ini seolah sia-sia.
 Panggilan Darurat
Dalam kepanikan dan ketakutan, seseorang akhirnya berhasil menghubungi petugas penjaga kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Tim pemadam kebakaran segera dikerahkan untuk menangani kebakaran yang merambat dengan cepat. Â
 Dampak yang Merugikan
Kebakaran ini bukan hanya menghancurkan pemandangan alam, tetapi juga merugikan mata pencaharian masyarakat setempat yang bergantung pada pariwisata. Ekosistem unik ini juga mengalami kerusakan serius.
 Pelajaran yang Harus Dipetik
Kronologi kebakaran Bromo ini adalah pengingat yang sangat menyakitkan akan pentingnya kesadaran dan keamanan saat menjalani kegiatan di alam terbuka. Penggunaan flare atau alat pyroteknik sejenis harus dilakukan dengan sangat hati-hati, terutama di lingkungan yang sangat rentan terhadap kebakaran.
***
Insiden ini menyebabkan 6 orang diamankan petugas terkait pemicu kebakaran. Saat ini, keenam orang yang diamankan telah berada di Polres Probolinggo untuk menjalani proses penyelidikan oleh kepolisian, dan belum ada keputusan resmi untuk menetapkan siapa yang bertanggung jawab sebagai tersangka. Balai Besar TNBTS akan menunggu hasil dari proses hukum yang sedang berlangsung di Polres Probolinggo untuk mengidentifikasi pelaku utama yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan tersebut.
Insiden ini, meskipun tragis, memberikan pelajaran berharga. Keindahan alam tidak boleh dirusak oleh ketidakhati-hatian manusia. Sebagai pengunjung dan penggemar alam, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam dan menghormati lingkungan yang kita kunjungi. Semoga tragedi ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk berperilaku dengan lebih bertanggung jawab saat menjelajahi keajaiban alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H