Mohon tunggu...
Afif Kurniawan Sinuhaji
Afif Kurniawan Sinuhaji Mohon Tunggu... Lainnya - Freelance

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Valentino Simanjuntak, Si Jebret Ow Ow Ow

26 September 2013   13:40 Diperbarui: 4 November 2022   10:58 2269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Jambi Update, Jambi - Final piala AFF U-19 yang membawa Indonesia juara setelah mengalahkan Vietnam turut melambungkan kata "jebret". Kamus Besar Bahasa Indonesiabelum mencatumkan kata "jebret". Lalu, apa itu "jebret"? Editor bahasa, Suhardi mengatakan "jebret" merupakan tiruan bunyi alias onomatope benturan dua benda keras. "Jebret", kata Suhardi, lebih cocok untuk tiruan sabetan seperti bulu tangkis, tapi sah untuk sepak bola. Reporter TV Inggris biasanya pakai kata 'bang'," ujarnya. "Jadi bahasa Indonesia lebih kaya." "Jebret" dipopulerkan Valentino Simanjuntak, komentator di final piala AFF. Ia selalu meneriakkan "jebret" ketika tim nasional membuat gol. Valentino bahkan sering mengutip kalimat orang terkenal seperti Bung Karno. Gol kemenangan sekaligus juara Indonesia kemarin diiringi kalimat heroik Valentino. "Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Berikan aku satu pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" Dalam kolom bahasa di Tempo, Suhardi pernah menulis soal kekayaan bahasa Indonesia dalam sepak bola. Sepak bola adalah olahraga keras--begitu banyak benturan tubuh antarpemain--bisa dimaklumi jika pertandingan sepak bola kerap diwartakan sebagai pertunjukan kekerasan. "Maka wartawan pun bebas bermain dengan kata-kata untuk melukiskan pertandingan, mengeksploitasi begitu banyak kata untuk menghasilkan efek tertentu." Bahkan tindakan yang dilarang hukum negara dan agama, seperti mencuri, merampas (bola), menipu (wasit), merampok (kemenangan), dan membunuh (tim lawan), sah-sah saja terjadi di lapangan sepak bola. Kata-kata "tabu" pun, seperti mengangkangi dan memerawani, bisa muncul dalam berita olahraga. Misalnya, "Vieira memerawani gawang Buffon" (karena belum satu pun pemain lawan yang bisa menggetarkan jala Italia). Dan semuanya dihimpun menjadi susunan bahasa yang indah oleh para pewarta. Lalu bagaimana "jebret" dan "jeger"? Suhardi menambahkan "jeger" dan "jebret" sangat mewakili emosi penonton yang sangat mengiginkan gelar AFF setelah 22 tahun. "Tak bermakna tapi orang bisa paham," ujarnya.  Bahasa jebret ini, ujar Suhardi, berbeda dengan bahasa Vicky Prasetyo, mantan tunangan Zaskia Gotik. Bahasa Vicky heboh karena menggunakan istilah seperti "harmonisasi", "kudeta hati", "labil ekonomi". dan lain-lain. Kata Suhardi, bahasa Vicky secara leksikal bermakna. "Tapi secara gramatikal kacau sehingga pendengar tak paham." Berikut Video nya Komentator Jebret Goal Jebret Di Final AFF U19 2013 Sumber : Berita Jambi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun