Mohon tunggu...
Afif syaeful Ulum
Afif syaeful Ulum Mohon Tunggu... Administrasi - mahasiswa

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pengerajin Anyaman Daun Pandan Harus Berubah Pola Produksi dan Pemasaran Pada Saat Ini

19 Desember 2023   08:00 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:03 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki aneka ragam kesenian daerah. Karya kesenian seni kerajinan Indonesia mencerminkan macam-macam kebudayaan etnik yang tersebar di Indonesia. Salah satunya ialah seni anyaman. Kegiatan seni anyaman telah ada sejak dahulu pada masa penjajahan Hindia-Belanda yang bisa dilihat dari dinding rumah orang dahulu yang terbuat dari anyaman. Seni anyaman berkembang tanpa campur dari luar. Penggunaan tali, akar, dan rotan merupakan kerajinan tangan. Dengan hal itu, menganyam menjadi salah satu seni tertua di dunia.

Kegiatan menganyam terinspirasi dari burung-burung yang menjahit ranting-ranting menjadi kuat. Kemudian, manusia mengembangkannya menjadi sebuah karya seni anyaman. Di Indonesia sudah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan dibeberapa daerah, salah satunya di Desa Pesahangan, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Cilacap. Kerajinan menganyam ini dilakukan oleh ibu-ibu untuk mencukupi kebutuhan pokok dan pendidikan anak (Carkinah, 2023).

Samak merupakan kerajinan tangan yang memiliki kualitas. Untuk tetap berkarya perlu adanya rasa optimisme. Dengan modal optimisme memperkuat keyakinan, maka para pengrajin IKM/UKM perlu berkreativitas dengan mengembangakan ide-ide baru seperti saat ini, kerena penulis membicarakan tentang kerajinan samak, maka terlihat jelas bahwa kerajinan kita memiliki kelebihan karya klasik sebagai warisan leluhur di tambah dengan melestarikan menjadi kewajiban, khusunya yang berada di daerah pesahangan.

Tabel Perbandingan Harga tahun 2022 & 2023

No.

Tahun

Harga

1.

Januari -- Maret 2022

Tikar Kecil (2x3m) Rp. 15.000 dan Tikar besar (4x5m) Rp. 35.000

2.

April -- Desember 2022

Tikar kecil (2x3m) Rp. 25.000 dan Tikar besar (4x5m) Rp. 45.000

3.

Januari -- Oktober 2023

Tikar kecil (2x3m) Rp. 20.000 dan Tikar besar (4x5m) Rp. 45.000

4.

November -- Desember 2023

Tikar kecil (2x3m) Rp. 18.000 dan Tikar besar (4x5m) Rp.35.000

(sumber:Pengepul keliling)

Melihat harga di atas, menunjukkan bahwa adanya ketidak stabilan harga. Agar harga tetap stabil, perlu adanya kerja sama antara pengrajin dengan pemborong serta aparatur pemerintah yang menyediakan platfrom untuk berinovasi, agar produk ini bisa dipasarkan hingga ke pasar Internasional. Serta, pengrajin tidak hanya menjual kepada pengepul saja, tetapi bisa memasarkan melalui media digital. Dengan adanya hal tersebut harapannya pengrajin  bisa terinovasi dan menjamin kestabilan harga untuk keberlangsungan hidup para pengerajin.



Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun