Mohon tunggu...
Pip
Pip Mohon Tunggu... -

Family Lover Insya Allah :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pohon yang Belum Besar dan Belum Berbuah

16 Juli 2013   07:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:29 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalaamu'alaikum Wr Wb!

Pohon yang belum begitu besar dan berbuah ini apakah sudah terlihat begitu kuat? Terlihat menjanjikan memang, namun yang saya tahu pasti adalah hidupnya selalu diliputi takdir. Hidupnya tak pernah lepas dari hukum alam.

Lemah ya? Ditambah lagi, pohon yang belum begitu besar dan belum berbuah itu juga dititipi akal dan hati. Pasti banyak prasangka yang akan dirasanya, pasti banyak masalah yang dipikir. Bebanmu nak!

Namun ada langit yang teramat luas di atas, yang mampu berganti menjadi terang maupun gelap, yang dapat berhias bintang, bulan, awan, aurora, pelangi, dan segala macam. Membuat ringan dan segalanya baik-baik saja.

Namun, maaf! Di mana pohon-pohon lain? Apa dia sendiri? Hanya terlihat daun mati pohon lain yang beterbangan di sekitar pohon ini. Hanya biji-biji buah bekas gigitan binatang, seolah memberi kesaksian bagaimana manisnya hubungan antara binatang herbivora itu dengan pohon lainnya. Menyisakan biji dan pohon baru tumbuh. Selesai. Tanpa peduli ada pohon lain yang menghadapi takdirnya. Takdirnya sebagai ciptaan yang penuh perasaan, firasat, dan prasangka, sebagai ciptaan yang belumlah berbuah, belumlah besar.

Hari demi hari, kesedihan dan doa selalu dialami dan dilakukannya. Tanpa sadar ia melihat bibit kecil, mungkin secara ukuran dia jauh lebih kecil dibandingkan pohon itu, secara usia, mungkin hanya 3 tahun.

Apa yang dilakukannya?
Sejak saat itu, ada harapan baru, hanya bersyukur. Bersyukur karena ada daun-daun mati dari pohon lain yang jatuh ke sana, bisa jadi kompos, bersyukur mampu menjadi embun suci sebagai hasil 'gutasi' dari pohon itu. Pohon itu begitu menjaga bagai teman kecilnya.

Bulan demi bulan berlalu, kini setiap hari ada saja daun dari pohon itu sendiri yang berguguran, mencipta celah-celah tempat menerobosnya matahari yang sebelumnya belum bisa secara langsung dinikmati oleh pohon teman kecilnya, kini si teman kecil pun mampu menikmatinya.

Begitulah Tuhan mereka sebuah kejadian, sebuah peristiwa indah, yang begitu Maha.

Wassalaamu'alaikum Wr Wb!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun