Mohon tunggu...
Muhammad Afiffudin Anshori
Muhammad Afiffudin Anshori Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis maka aku ada

(Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda) -Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Bulan Bintang DKI Jakarta -KNPI DKI Jakarta (Organisasi Mahasiswa) -HMI -LKBHMI (TOKOH) -M. NATSIR -BUYA HAMKA -AGUS SALIM

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Hikmah Kematian

27 Juni 2020   15:29 Diperbarui: 7 Januari 2021   16:43 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Falsafah ialah berasal dari kata Yunani, yaitu "Filo" yang berarti "cinta" dan "Shofis" yang berarti "hikmah atau kebijaksanaan", dengan perpaduan kata inilah Buya Hamka dalam bukunya Falsafah Hidup, mengartikan "Filsafat" sebagai orang yang gemar atau mencintai hikmah yang terkandung dalam setiap perbuatan. Penulis akan mencoba membuka apa makna dan hikmah yang tersimpan dalam kematian, dalam penulisan ini di ilhami dari karya Buya Hamka yaitu Tasawuf Modern.

Dan penulis mencoba mengembangkan menjadi sebuah tulisan seperti saat ini, yang dimana dilatar belakangi oleh keresahan hati atau gubahan hati terkait kematian itu sendiri.

Kematian itu laksana sebuah mobil dan seorang pengendara yang berada didalamnya. Mobil inilah yang kita ibaratkan sebagai jasad atau tubuh kasar manusia, dan pengendara itu laksana sebuah ruh yang dimana tanpa adanya ruh itu maka jasad tiadalah hidup. Laksana sebuah mobil tanpa adanya pengendara tak akan mampu dia hidup dengan sendirinya.

Di saat seseorang sedang asik menggunakan mobilnya mengelilingi kota yang indah nan menarik, tibalah saatnya dia merasa lelah atas perbuatannya itu.Dan ingin sekali dia pulang kerumah lalu istirahat dari kegiatan yang demikian itu.Ketika sampailah ditempat yang ia maksud, maka ia memarkirkan mobilnya ditempat yang seharusnya dan pengemudi itu keluar meninggalkan kendaraan tersebut untuk beristirahat.

Timbullah sebuah pertanyaan, Bagaimana keadaan mobil yang ia tinggalkan itu ?Apakah tetap menyala ataukah sudah mati dan diletakkan ditempat yang semestinya ? Tentulah kita jawab, mobil ini sudah dimatikan dan letakkan oleh pemiliknya ke tempat yang seharusnya. Lantas bagaimana dengan pengguna mobil tersebut ? Atau kah dia ikut mati ataukah dia tetap hidup. Tentulah kita akan menjawab dia akan tetap hidup. Lalu kemana dia berpindah ? Pastilahkan kita jawab. Ia berpindah dari sebuah tempat yang sempit yaitu mobil, menuju ke tempat yang lebih luas yaitu rumah.

Begitulah hakikat kematian. Kematian bukanlah ketika semuanya mati habis dan tiada lagi yang tersisa. Kematian ialah berhentinya jasmani kita,dikarenakan ruh kita sudah sampai ditempat yang ia tuju. Tempat yang dari sanalah ia berasal dan sudah sepatutnyalah ditempat itu pula ia pulang dan kembali. Dengan begitu pahamlah kita bahwa hanya jasmani kitalah yang sudah mati namun ruh yang dimana dengan hadirnya itu didalam tubuh dan dengan ruh itulah jasmani kita hidup, maka ruh tetaplah hidup walaupun jasmani sudah mati.

Lantas bagaimana dengan jasad yang sudah ditinggalkan ruh itu ? diletakkan dimana jasad itu ? Ia akan berada ditempat yang seharusnya menjadi tempat pemberhentiannya juga. Tiada lain tempat yang terbaik untuk jasad itu ialah tanah, dia dihantarkan oleh manusia yang lainnya untuk di hantarkan ke tempat yang memang sudah sepatutnya, dan ketika mereka sudah sampai, maka jasad kita ini akan dikuburkan didalam tanah tersebut. Berasal dari tanah dan akan ditempatkan kedalam tanah jua jasad ini.

Ketika jasad sudah sampai ditempat yang ia tuju, lantas bagaimana dengan ruh kita, dimanakah tempat yang ia tuju sebenarnya? Tempat yang ia tuju ialah tempat yang penuh dengan anugrah dan nikmat dari Rabbnya, bagi mereka yang senantiasa berbuat kebajikan dan amal sholeh. Bahkan banyak sekali ruh yang meminta izin kepada Rabbnya agar mereka bisa kembali ke dunia dengan jasadnya, agar dia dapat mengerjakan amal sholeh tersebut dan mendapatkan tempat yang didambakannya itu,

Lantas kiranya tempat apa yang demikian itu ? tempat itu tiada lain ialah disisi Tuhannya,

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki" (QS. Ali Imran: 169)

Tidakkah kita akan menolak, jika kita berada disamping seseorang yang kita cintai ?. Dan tentulah kita tidak akan menolak jika diri kita ini dapat berada disampingnya selamanya ?. Terlebih lagi jika didekat sisinya itu terdapat banyak anugrah dan kenikmatan, tentulah tidak ingin rasanya hati kita menolak hal itu. Maka tidak sepatutnya kita menolak kematian tersebut, karena dengan perantara kematianlah ruh kita akan berada disisi Allah Swt.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun