Yang pertama yaitu permasalahan sampah yang menumpuk. Sampah organik dapat dimasukkan kedalam lubang biopori. Selanjutnya sampah organik bermanfaat sebagai bahan makanan organisme tanah seperti cacing. Cacing berperan dalam menyuburkan tanah.
Yang kedua yaitu terkait menurunnya daerah resapan air karena semakin padatnya gedung dan rumah. Sesuai dengan pernyataan Balai Wilayah Sungai Sulawesi II (2019) bahwa lubang resapan biopori mampu meningkatkan luas bidang resapan menjadi 40 kali lipat.
Bagaimana prosesnya? Air masuk ke dalam tanah melalui lubang biopori. Sehingga kemungkinan terjadinya run off (terbuangnya air) berkurang. Selain itu dalam pergerakannya di tanah, cacing membuat terowongan-terowongan kecil yang bisa mempercepat meresapnya air.
Kemudahan biopori lainnya yaitu pembuatannya tidak membutuhkan ruang yang luas. Pengaplikasiannya bisa dilakukan  di halaman rumah, sekitar gedung, sekitar pepohonan, dan tempat terbuka lainnya.
Sangat mudah bukan untuk diterapkan? Tentunya, keberhasilan suatu upaya tidak hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Sinergitas antara berbagai pihak sangat diperlukan. Saya berharap, permasalahan banjir dan kekeringan di Indonesia, khususnya di wilayah ibukota bisa teratasi.
Semoga bermanfaat. Selamat mencoba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H