Mohon tunggu...
Afifatin Mawaddah
Afifatin Mawaddah Mohon Tunggu... Lainnya - Semangat

Urip Manfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebermanfaatan: Kala Kelompok 9 Gelombang 14 PMM UMM Membantu Warga dalam Perbaikan Masjid Desa

16 Januari 2021   17:00 Diperbarui: 16 Januari 2021   17:01 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malang, Kelompok 9 gelombang 14 program PMM Bhaktimu Negeri Universitas Muhammadiyah Malang membantu warga Desa Gumuk-Selorejo-Dau-Malang untuk melakukan pembenahan masjid desa. Upaya ini dilakukan dalam rangka gotong royong dan silaturrahim antara warga desa.

Sulianto, salah satu warga desa juga selaku pengurus masjid mengatakan : kegiatan ini kami usahakan setiap satu bulan sekali kami adakan, dengan tujuan untuk menghimpun solidaritas warga desa dengan memperbaiki tempat ibadah (masjid).

Dokpri
Dokpri
Beliau juga mengatakan kepada kami bahwa jangan heran mas/mbak sekalian, disini memang bangunan masjid berdampingan atau bersebelahan dengan bangunan gereja oleh karena itu desa ini dinamai dengan kampong budaya, pasalnya desa ini Cuma ditempati 42 KK. Akan tetapi untuk keyakinan warga sendiri terbagi menjadi 2, ada yang islam juga ada yang memeluk agama lain (Kristen).

Setelah kegiatan perbaikan masjid, maka dilanjutkan dengan acara makan-makan bersama disebelah masjid, tepatnya disebelah gereja pula. Hal ini menjadi wajar bagi masyarakat desa tersebut, karena budaya toleransi yang amat sangat dijunjung tinggi. Jadi kegiatan dari setiap agama tidak memberatkan agama lain.

Dokpri
Dokpri
Disamping mengikuti program warga dalam pembenahan masjid, kami juga mengusung satu program yaitu mengaktifkan kembali tempat mengaji untuk anak-anak warga desa (TPA), pasalnya TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) di desa Gumuk ini sempat vakum semenjak 1 tahun terakhir. Kurangnya dukungan dari setiap orang tua, dan kurangnya tenaga pendidik merupakan 2 dari banyaknya alasan mengapa TPA di desa tersebut vakum. Dengan metode mengajar menyenangkan yang kami tawarkan kepada bapak Sulianto selaku tenaga pendidik yang masih menginginkan TPA ini aktif kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun