Teori Epictetus menyadarkan banyak hal tentang sesuatu yang dibawah kendali kita dan yang tidak dibawah kendali kita, pada buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring (om piring ) manusia hanya bisa mengendalikan hal-hal yang ada pada dirinya seperti; , pola fikir, pertimbangan, keinginan, tujuan, dan lain-lain. sedangkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan adalah perasaan, tindakan orang lain, opini orang lain, reputasi, popularitas, dan lainnya. Stoa mengajarkan kepada kita untuk hidup bebas dari emosi negatif dengan tidak memaksakan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan.Â
perasaan menjadi salah satu hal yang bukan dibawah kendali kita, terlebih perasaan manusia lain. kita tidak bisa memaksakan seseorang menyukai kita kembali hanya dikarenakan kita menyukai dia, itu bukan ranah dan kendali kita. lalu bagaimana cara menyikapi nya (?) lebih mengenal lagi siapa diri kita dan apa kebutuhan kita, apakah mencintai seseorang menjadi salah satu kebutuhan atau hanya keinginan. perasaan yang sangat kita dambakan itu bisa berubah seiring berjalannya waktu jika diri kita mulai acuh dan tidak lagi memperhatikan nya.Â
patah hati menjadi satu hal paling traumatis yang seakan-akan tidak bisa disembuhkan bahkan ada beberapa dari mereka yang memilih mengakhiri hidup dengan cara cuma-cuma hanya karena ditinggalkan kekasih, padahal ada banyak cara untuk memulihkan luka yang pernah ada, tidak mudah tapi akan mengembalikan siapa diri kita yang sebernarnya dan menyadarkan betapa berharga nya kita meski tidak dengan dia, hidup tenang tanpa membutuhkan validasi dari pasangan, menjalankan hobi kita yang sebelumnya pernah berhenti kita lakukan sejak kita menjalin hubungan, kembali belajar hal-hal baru dan tidak lagi hidup dibawah ketergantungan.Â
membaca buku, menulis, traveling, belajar skill baru, journaling. beberapa cara aku menikmati masa-masa patah hati meski rasa trauma masih menghantui, setidaknya aku berusaha untuk tetap hidup meski ada beberapa rasa yang sudah mati dan tangisan menjadi salah satu ritual malam sebelum tidur. nikmati setiap rasa sakit sampai  sakit itu terasa sangat menyakitkan, karena setelah itu akan muncul rasa lega dan lebih tenang menyikapi hari-hari setelahnya, semua akan kembali baik-baik saja. tidak lagi menuntut, tidak lagi memaksa, hanya mengikhlaskan dan meminta yang terbaik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H