Perekonomian di Indonesia sedang mengalami kenaikan dan fluktuasi yang tidak menentu. Hal tersebut menyebabkan harga cabai dan tomat menjadi tidak karuan. Kenaikan harga cabai dan tomat dirasakan oleh berbagai pihak, terutama oleh peramai di Pasar Cariu, Bogor.
Sejak bulan lalu, masyarakat di Kabupaten Cariu dibuat risau berupa melambungnya harga komoditas cabai dan tomat yang sangat tinggi. Hingga saat ini pula, harga cabai rawit dan tomat merah terus mengalami peningkatan dan diikuti oleh komoditas pokok lainnya. Cabai dan tomat sudah menjadi komoditi pasar yang sudah melekat di hati masyarakat, sebagai pelengkap bumbu di dapur. Masyarakat di Kecamatan Cariu masih belum akrab menggunakan cabai bubuk dan lebih memilih cabai dan tomat segar. Hal ini yang menyebabkan naiknya harga cabai dan tomat segar menjadi pusat perhatian di Kecamatan Cariu, Bogor.
Kenaikan harga cabai dan tomat kental terjadi di Pasar Cariu, yang terletak di jalan transyogi, perbatasan Kota Karawang, Kecamatan Cariu, Bogor. Pasar Cariu yang baru direnovasi ini, sudah ada sejak tiga tahun lalu namun Pasar Cariu yang lama lokasinya terletak terpisah dari Pasar Cariu yang baru direnovasi. Pasar Cariu yang lama, saat ini hanya berupa kios-kios dan terkesan sepi pengunjung karena masyarakat di Kecamatan Cariu lebih memilih berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari di Pasar Cariu yang baru direnovasi.
Kepala administrasi pengelolaan Pasar Cariu, Dadang Kandarisman mengatakan, harga cabai dan tomat terus mengalami lonjakkan harga yang fluktuatif sejak bulan lalu karena curah hujan yang tak menentu serta banyaknya permintaan konsumen dan keterbatasan pasokan yang tersedia. Kenaikkan harga cabai dan tomat segar cukup merata namun hanya di Pasar Cariu saja yang paling terlihat mencolok jika adanya kenaikkan harga komoditas pasar.
Semula harga cabai segar seharga Rp 60.000 per koligram (kg) dan mengalami lonjakkan harga yang drastis hingga mencapai Rp 120.000/kg. Tak hanya itu, harga tomat di Kecamatan Cariu membuat masyarakat meringis. Harga normal hanya Rp 6.000/kg, sekarang mencapai Rp 10.000/kg.
“Jadi memang benar kondisi sejak bulan lalu hingga saat ini, harga cabai dan tomat tak menentu. Kadang-kadang harganya naik, terkadang turun juga,” ujar Johardi penjual cabai, dan sayur mayur yang telah berjualan selama 10 tahun. Cariu, Jumat (17/3/2017)
Para pedagang di Pasar Cariu mempunyai strategi untuk mensiasati agar tidak mengalami kerugian di tengah lonjakkan harga cabai dan tomat. Johardi mengatakan, kualitas cabai dan tomat yang dijual kualitasnya tetap sama, seperti saat harga sedang normal. Hanya saja, pedagang di sini menaikkan harganya sedikit sesuai dengan harga yang didapatkan dari tengkulak di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Cibitung dan Pasar di Cianjur.
Lonjakkan harga cabai dan tomat tentunya melibatkan beberapa pihak terkait, terjun ke dalam jurang kerugian seperti pedagang, pembeli serta penjual warung nasi atau warteg. “Gara-gara harga cabai terutama cabai rawit dan tomat naik, kebutuhan pokok yang lainnya menjadi tidak terbeli. Keharusan untuk membeli cabai dan tomat sudah menjadi kebutuhan mutlak untuk nyayur di rumah. Biar tetap kebeli, cabai yang biasa dibeli 1 kg sekarang dikurangi menjadi ½ kg setiap harinya,” ucap Solihat pembeli cabai di Pasar Cariu dan ibu rumah tangga yang berusia 50 tahun.
Tak hanya konsumen yang merasakan kerugian berkat naiknya harga cabai dan tomat namun pedaganglah yang paling merasakan kerugian meski telah menaikkan harga penjualan. Johardi menuturkan, untuk pelanggan yang sering berbelanja di gerainya terkadang diberikan harga spesial atau harga normal. Hal itu menyebabkan keuntungan yang didapat menjadi berkurang, biasanya bisa mendapatkan sekitar Rp 500 sampai Rp 1.000 karena naiknya harga cabai dan tomat tidak mendapatkan untung seperti biasanya dan lebih membiarkan barang dagangan laku saja.
Kerugian karena naiknya harga cabai dan tomat juga dikeluhkan oleh pedagang warung nasi. Naiknya harga cabai dan tomat membuat harga makanan yang dijual juga ikut naik. “Biasanya naik harga makanan hanya Rp 500 dan kualitas cabai dan tomat yang digunakan masih sama, namun takaran jumlah untuk cabai terlebih sebagai bahan utama dari pembuatan sambal sedikit dikurangi. Biasanya pakai cabai rawit ¼ kg sekarang hanya 1 ons saja dan diganti dengan cabai keriting meski mengurangi cita rasa pedas dari cabai,” ucap Wati dan Ina pedagang warung nasi di Desa Cariu.
Berkat kerugian tersebut, banyak lontaran keluhan dan berbagai reaksi yang mengutarakan adanya ketidaksetujuan karena naiknya harga komoditi cabai dan tomat. Masyarakat di sekitar Kecamatan Cariu mengharapkan harga cabai dan tomat tetap normal, mengingat pendapatan masyarakat yang masih minim yaitu berkisar Rp 350.000 sampai Rp 400.000/bulannya.