Kejahatan terorisme merupakan salah satu bentuk kejahatan internasional yang sangat menakutkan masyarakat. Perkembangan terorisme sendiri cukup marak terjadi baik di negara maju maupun negara berkembang. Aksi yang dilancarkan tentunya memakan korban tanpa pandang bulu. Fenomena mengejutkan ini terjadi pada hari Minggu, 21 April 2019 di Batticola, Sri Lanka. Beberapa ledakan mengguncang tempat ibadah umat beragama Kristen yang pada saat itu sedang khusyuk merayakan hari Paskah.
Seorang yang diduga tersangka itu pada awalnya di minta untuk duduk di dalam gereja tersebut. Namun, segera setelah tersangka berada di luar ruangan, ledakan dahsyat mengguncang gedung, jendela dan pintu hancur terpental. Ruang ibadah yang semula khidmat berubah menjadi tempat yang penuh dengan jenazah, abu dan bagian tubuh. Ledakan lainnya juga terjadi di tiga gereja, empat hotel dan sebuah rumah warga dan tercatat bahwa total ledakan beruntun ini sebanyak delapan kali.
 Dari aksi teror ini mencapai 290 korban jiwa meninggal dan 500 korban yang dilaporkan dalam keadaan luka berat hingga ringan akibat serangan teror yang terjadi. Upaya otoritas Sri Lanka untuk menangani kasus ini ialah dengan menangkap 24 orang yang diduga ikut terlibat dan sebagai pelaku dari aksi serangan teror beruntun ini. Asumsinya, mereka yang tertangkap ini memiliki hubungan dengan insiden bom yang terjadi pada Minggu Paskah.
Akibatnya, Gereja Katolik yang berada di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo mengantisipasi akan ancaman bom lanjutan dengan ikut membatalkan misa di hari Minggu. Pasukan Sri Lanka menyatakan dengan sigap dan menerapkan kewaspadaan tinggi karena diindikasi kemungkinan akan adanya serangan kembali. Alaina Teplitzt, duta besar Amerika Serikat untuk Sri Lanka menyatakan, beberapa militan Islam ada dibalik penyerangan bom Paska dan mereka masih dalam pengejaran, tampaknya akan lebih banyak serangan pada pekan ini.
Intelijen asing turut membuka suara mengenai potensi serangan teror ini berasal dari National Thwohedd Jamath atau yang disingkat dengan NTJ. Mereka terindentifikasi merencanakan serangan bunuh diri dengan menargetkan gereja dan komisi tinggi India di Kolombo. NTJ sendiri adalah kelompok muslim radikal di Sri Lanka yang masuk dalam radar aparat tahun sebelumnya. Lantas, otoritas Sri Lanka ikut memusatkan penyidikan pada kelompok NTJ yang memiliki dugaan kuat ada dibalik peristiwa bom beruntun di Sri Lanka.
Aksi teror ini tentunya sangat membekas di benak masyarakat Sri Lanka, mengingat Sri Lanka belum pernah menghadapi jenis serangan seperti ini. Fakta sebenarnya bahwa NTJ sendiri tergolong baru dan bukan kelompok besar, tetapi aksi yang dilancarkannya membuat sebuah gebrakan yang mengejutkan dan mendadak. Hal ini semakin didukung dengan adanya disfungsi pemerintah Sri Lanka yang mana pada saat sebelumnya sempat terjadi perselisihan di belakang layar antara Presiden dan Perdana Menteri. Tentunya, momen ini berhasil dimanfaatkan NTJ untuk menjalankan rencana dengan sedikit perlawanan dan berhasil.
- Level Analisa (Negara)
Pemerintah Sri Lanka mengambil langkah untuk menindak lanjuti dengan tegas fenomena aksi teror bom beruntun yang mengakibatkan banyak korban jiwa dan menargetkan pada salah satu agama yang ada. Kebijakan yang diambil pemerintah Sri Lanka didukung dengan intervensi dari pihak intelejen Amerika Serikat. Pemerintah menjatuhkan dakwaan kepada kelompok ekstrimis agama yakni NTJ (National Thwohedd Jamath) yang merupakan kelompok pemborontak baru yang berhasil memporak-porandakan pemerintahan. Karena selain menargetkan rumah ibadah mereka juga menargetka gedung pemerintahan
- Pohon Konflik
            Daun        : Terorisme
            Batang       : Ketidakpuasan masyarakat Sri Lanka
            Akar         : Disfungsi pemerintah
- Konsep
Konsep Deprivasi Relatif. Menurut Ted Robert Gur konsep ini merupakan penggambaran dimana orang yang merasa kehilangan sesuatu yang dianggap penting oleh masyarakat akan mengorganisir atau tergabung dalam suatu gerakan sosial yang didedikasikan atau bertujuan untuk memperoleh hal-hal hilang yang dianggap penting tersebut.
Konsep ini sesuai dengan keadaan pemerintah Sri Lanka yang kerap kali tidak memberi ruang terhadap kelompok masyarakat tertentu. Dimana kebebasan dalam bertindak masih tidak menjadi hal yang rata untuk semua kelompok masyarakat. Sehingga rasa tidak puas inilah yang memicu gerakann NTJ untuk menyerang dan melancarkan aksi serangan bom beruntun.
- Resolusi
Pemerintah Sri Lanka diharap bisa lebih adil dan bijaksana dalam menyikapi ragam kelompok masyarakat yang ada. Disfungsi pemerintah yang disebabkan perselisihan internal antara presiden dan perdana menteri, aksi teror yang berasal dari kelompok radikal kecil bisa memporak-porandakan pemerintahan suatu negara. Pemerintah Sri Lanka juga dihimbau untuk lebih fokus menangani masalah dan intrik yang terjadi, bukan hanya membahas intrik internal antar pemerintah publik.
Tampaknya pemerintah Sri Lanka juga harus mengerahkan sejumlah tindakan dalam menghadapi terorisme seperti counter terrorism. Counter terrorism adalah upaya pencegahan dan pengendalian terhadap terorisme. Upaya counter terrorism dapat dilakukan dengan deradikalisasi dan disengagement. Deradikalisasi adalah soft line approach untuk mengubah mindset tentang jihad, ideologi kaku dan radikal, yang condong pada penyembuhan psikologi. Disengagement merupakan soft line approach yang lain yang menitikberatkan pada perbaikan hubungan sosial mantan pelaku tindak pidana terorisme guna mencegah masuknya kembali mereka pada jaringan atau komunitasnya serta pencegahan pengulangan kejahatan yang sama. Kebijakan penanggulangan kejahatan terorisme dan counter terrorism terhadap pelaku terorisme diharapkan sebagai upaya penanggulangan terorisme di Sri Lanka
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal :
Juergensmeyer, M. (2017). Terror in the mind of God: The global rise of religious violence (Vol. 13). Univ of California Press.
Nitibaskara, T. R. R. (2002). Terorisme Sebagai Kejahatan Penuh Wajah: Suatu Tinjauan Kriminologis dan Hukum Pidana. Indonesian Journal of Criminology, 4222.
Sandler, T. (2005). Collective versus unilateral responses to terrorism. In Policy challenges and political responses (pp. 75-93). Springer, Boston, MA.
Vardhan, A. (2020). Religious Terrorism: Where Humanity Stoops Low. Issue 3 Int'l JL Mgmt. & Human., 3, 1963.
Internet :
KajianPustaka.com, "Terorisme (Pengertian, Jenis, Bentuk dan Faktor yang Mempengaruhi)"https://www.kajianpustaka.com/2020/09/terorisme.html, diakses pada 25 Agustus 2022
Liputan6, " Analis: Teror Bom Sri Lanka, Sinyal Ekstremisme Berkembang di Sana?" https://www.liputan6.com/global/read/3948467/analis-teror-bom-sri-lanka-sinyal-ekstremisme-berkembang-di-sana, diakses pada 25 Agustus 2022
Liputan6, "Teror Bom Beruntun Hantam Sri Lanka 8 Kali, Intelijen Kecolongan?" https://www.liputan6.com/global/read/3947286/teror-bom-beruntun-hantam-sri-lanka-8-kali-intelijen-kecolongan, diakses pada 25 Agustus 2022
Republika, https://www.republika.co.id/berita/pqcmm6458/ini-dugaan-pengamat-soal-aksi-terorisme-di-sri-lanka, diakses pada 25 Agustus 2022
Tempo, "Sri Lanka, Keluar dari Perang Saudara Kini Melawan Terorisme", https://fokus.tempo.co/read/1205391/sri-lanka-keluar-dari-perang-saudara-kini-melawan-terorisme, diakses pada 25 Agustus 2022
The Conversation, https://theconversation.com/analisis-ledakan-bom-sri-lanka-sejarah-kekerasan-sri-lanka-dan-hubungannya-dengan-serangan-di-christchurch-dan-isis-115912, diakses pada 25 Agustus 2022
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI