Mohon tunggu...
Humaniora

Kerjasama Indonesia-Jepang dalam Energi Terbarukan

23 Agustus 2017   21:18 Diperbarui: 23 Agustus 2017   21:20 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kerjasama Indonesia Jepang terkait Energi Terbarukan

Jepang sebagai salah satu negara dengan teknologi maju, banyak memberikan bantuan untuk Indonesia yang ditandai dengan hubungan diplomatik sejak 59 tahun lalu pada beberapa sektor termasuk energi terbarukan. Diharapkan Jepang dapat berprtisipasi aktif dalam pengembangan energi terbarukan.

Setelah mengalami krisis nuklir, kebijakan pemerintah Jepang yang selama ini mengandalkan energi nuklir ditinjau ulang. Jepang ingin beralih dari nuklir ke energi terbarukan. Setelah kejadian Fukushima, opini di Jepang berubah mejadi Pro Energi Terbarukan, PLTN baru tidak diizinkan, Energi terbarukan dipromosikan dengan cepat dan pemberlakukan hukun Fedd-in-Tariff diberlakukan. Saat ini EBT Jepang menyumbang 10% Kebutuhan listriknya dengan harapan peningkatan penggunaan EBT mencapai 20% di tahun 2020. Sejak 2020, Jepang telah menyetujui proyek EBT sekitar 85.550 MW yang terdiri atas: PLTS sebesar 79.760 MW, PLTBm sebesar 2.680 MW, PLTB/Angin sebesar 2.330 MW, PLTM sebesar 710 MW dan PLTP/Geothermal 70 MW.

Pemerintah Indonesia sudah pernah melakukan kerjasama di sektor energi terbarukan pada setiap kemungkinan, sebagai berikut:

  • Kerjasama melalui Indonesia-Japan Energy Round Table (IJERT)ke-10 pada 23 November 2009. Dimana saat itu pemerintah fokus pada pengembangan energi khususnya Coal Bed Methane, dan panas bumi. Dalam diskusi ini diharapkan Pemerintah Jepang memberikan dukungan berupa investasi dan ekspor-impor. Kegiatan IJERT ini dilakukan pertama kali pda 23 Mei 2000 di Jakarta. Maksud dan tujuan pertemuan ini adalan kerjasama melalui tukar-menukar informasi, kebijakan, promosi dan investasi, temu usaha serta kerja sama lainnya.
  • Diskusi Indonesia-Japan Energy Round Table (IJERT)ke-12 yang berlangsung di Tokyo, Jepang pada 17 Oktober 2011, dengan pembahasan "Peluang Pemanfaatan Sumber Nergi untuk Meningkatkan Pasokan Listrik di Indonesia melalui energi terbarukan".  Pada diskusi ini, Indonesia akan melakukan percepatan proyek pembangking 10.000 MW Tahap II yang diprediksi akan selesai pada tahun 2015. Sektor energi tidak hanya berfokus pada tenaga uap, namun juga pembangkit tenaga listrik terbarukan yaitu panas bumi, hidro energi, dan energi surya. Pemanfaatan energi terbarukan diharapkan membawa dampak positif yaitu dampak pembangunan nasional.  
  • Joint Credit Mechanism (JCM) merupakan mekanisme kerjasama bilateral untuk perdagangan karbon yang juga mencakup aspek transfer teknologi. JCM tidak hanya merupakan perdagangan karbon, namun juga terkait dengan investasi hijau dan pembangunan rendah emisi. JCM bertujuan mendorong pihak swasta untuk berinvestasi di Pembangunan Rendah Karbon melalui insentif dari pemerintah negara maju. JCM juga berperan dalam upaya pengurangan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di negara tuan rumah, melalui langkah-langkah mitigasi yang terukur dan terverifikasi, untuk berkontribusi terhadap pencapaian tujuan utama UNFCCC melalui fasilitas langkah-langkah global dalam pengurangan emisi GRK.Pemerintah Indonesia dan Jepang bersepakat untuk melaksanakan kerjasama bilateral dengan mekanisme JCM. Melalui mekanisme ini telah dilakukan kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan kerjasama untuk "Kemitraan Pertumbuhan Rendah Karbon antara Republik Indonesia dan Jepang" pada tanggal 7 Agustus 2013 di Tokyo, serta tanggal 26 Agustus 2013 di Jakarta.
  • Pertemuan Wakil Menteri Perindustrian (saat itu dipegang oleh Alex SW Retraubun) dengan Gubernur Osaka, Mr. Ichiro Matsui di Kementerian Perindustrian di Bulan Februari 2014. Pemerintah Osaka dan Pemerintah Jepang  berkeinginan untuk berinvestasi di Indonesia. Misiyang dibawa pemerintah Osaka dibagi menjadi dua kelompok: (1) kelompok yang mengunjungi Kementrian Perindustrian dipimpin oleh Gubernur Osaka, (2) kelompok perusahaan di bidang energi dan diikuti oleh 10-15 perusahaan yang bergerak di bidang penghematan energi. Tawaran kerjasama dari Pemerintah Osaka berupa Application of LED Lighting berupa investasi LED untuk semua lampu sebagai penerangan jalan, Energy Saving Company (ESCO), dan Kansai Innovation Comprehensive Global Strategi Special Zone.
  • Salah satu kerjasama terbaru yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dan Jepang yaitu terkait dengan pengelolaan energi terbarukan dari biomassa khususnya sampah sebagai sumber energi. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dengan Kementrian Lingkungan Negara Jepang (Ministry of Environemtn Japan/MoEJ) melakukan kerjasama pengelolaan sampah menjadi sumber energi terbarukan dengan memanfaatkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Hal ini berdasarkan keterangan tertulis yang diterima Hari Selasa, 17 Januari 2017. Pembahasan pemanfaatan teknologi PLTSa dilakukan oleh Siti Nurbaya selaku Menteri Lingkungan Hidup dengan Tadahiko Ito selaku Menteri Lingkungan Jepang. Kerjasama ini dilakukan untuk mengatasi limbah sampah, yang menjadi salah satu masalah yang terjadi saat ini di Indonesia., juga diharapkan sebagai alat edukasi bagi masyarakat dalam penanganan sampah. Edukasi untuk public yang dilakukan berupa bagaimana cara mengurangi, memilah dan mengolah sampah. Dalam kerjasama PLTSa ini akan dirumuskan pedoman teknis, model bisnis, model investasi, kerangka regulasi dan materi edukasi public. Kerjasama ini juga diharapkan didukung oleh semua pemangku kepentingan seperti Pemda, perusahaan swasta dan masyarakat. PLTSa sendiri dikenal sebagai teknologi unggul Jepang dalam pengolahan limbah sampah menjadi energi. Antusiasme MoEJ dalam melaksanakan kerjasama ini terbilang sangat baik. Menteri Lingkungan Hidup Jepang mengatakan Pemerintahnya akan memebrikan dukungan penuh dan bantuan tim supervise yang melibatkan tenaga dari Jepang.

Pembahasan lebih lanjut terkait dengan penggunaan sampah sebagai energi terbarukan di Indonesia sering menemukan kendala, yaitu belum adanya teknoogi yang signifikan terkait dengan pemanfaatan energi dari sampah. Potensi besar dari PLTSa, dilihat dari jumlah timbulan samlah lebih dari 64 juta ton per hari di Indonesia. Namun saat ini kondisi persampahan di Indonesia sangat memprihatinkan. Oleh karena itu perlu dilakukan cara untuk mengurangi sampah yang dihasilkan masyarakat dan mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat salah satunya menjadi sumber energi. Dalam pertemuan di Bulan Januari di tahun ini juga menghasilkan usulan kerja sama terkait pengelolaan sampah di wilayah pantai dan laut, karena Indonesia termasuk negara penghasil sampah pantai terbesar. Pengelolaan sampah laut saat ini telah diaplikasikan di beberapa wilayah secara sporadis, antara lain di Kepulauan Seribu, Sulawesi Utara, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Diharapkan kerjasama yang dilakukan kedua belah pihak dapat membantu Indonesia mencapai kerbehasilan dalam penggunaan energi terbarukan di masa mendatang.

#energiterbarukan

#konservasienergi

#kesdm

#kinerjaesdm

SixthDay in #15hariceritaenergi

For more information, visit https://www.esdm.go.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun