Mohon tunggu...
Afifah Juliyanti
Afifah Juliyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Pamulang

Tindakan menyalahkan hanya akan membuang waktu. Sebesar apapun kesalahan yang Anda timpakan ke orang lain, dan sebesar apapun Anda menyalahkannya, hal tersebut tidak akan mengubah Anda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Buruk Bahasa Pergaulan terhadap Bahasa Indonesia

9 Juli 2021   14:04 Diperbarui: 9 Juli 2021   14:06 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang dimiliki manusia yaitu berupa sistem lambang bunyi yang berasal dari alat ucap atau mulut manusia. Menurut KBBI, Bahasa berarti sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Seiring berkembangnya zaman timbul lah Bahasa pergaulan atau lebih dikenal dengan Bahasa Alay. Lantas apa sih Bahasa pergaulan itu? Bahasa Pergaulan adalah bahasa yang bersifat nonformal. Penggunaannya pun biasanya terbatas pada kalangan tertentu dan bersifat sementara. Bahasa ini awalnya merupakan bahasa sandi, yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu. Namun seiring dengan perkembangannya, bahasa gaul saat ini bukan lagi merupakan bahasa sandi, melainkan menjadi bahasa sehari-hari yang populer di kalangan remaja.

Bahasa pergaulan berkembang di seluruh pelosok dunia, khususnya di Indonesia semakin terlihat pengaruh yang diberikan oleh bahasa gaul terhadap bahasa Indonesia dalam penggunaan tata bahasanya. Penggunaan bahasa gaul oleh masyarakat luas menimbulkan dampak negatif terhadap perkembangan bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa pada saat sekarang dan masa yang akan datang.

Bahasa Pergaulan dapat berkembang karena beberapa faktor. Seperti media sosial,dan dapat juga karena faktor lingkungan. Televisi banyak menyajikan program-program yang menampilkan kealayan menggunakan bahasa gaul. Dan remaja mengekspresikan bahasa gaul melalui media sosial. Hal ini dapat menimbulkan berbagai macam efek negatif terhadap citra Bahasa Indonesia itu sendiri, atau bahkan bisa berdampak kepada moral pengucap serta pendengar.

Pembentukan kosakata dan makna bahasa gaul di Indonesia sangat beragam dan bergantung pada kreativitas pemakainya. Jika ada sebuah kata yang dianggap baru dan lebih tepat untuk menggambarkan suatu keadaan maka dengan cepat akan segera diadopsi. Bisa jadi ucapan-ucapan tersebut berawal dari celetukan spontan saja, namun karena dianggap memenuhi unsur-unsur tersebut diatas, maka segera akan menjadi populer. Bisa juga berasal dari singkatan dari beberapa kata. Biasanya bahasa gaul akan mengalami masa "pasang-surut", dikarenakan tiap generasi memiliki selera dan dinamikanya sendiri.

Salah satu contoh kata gaul yang mengandung unsur negatif adalah kata "anjay". Kata anjay muncul sebagai pelesetan yang berasal dari umpatan kata "Anjing". Umpatan menggunakan kata tersebut dinilai terlalu kasar, sehingga sejumlah anak muda memelesetkannya dengan menggunakan kata "anjay" yang diartikan untuk menunjukkan kekaguman. Kata "anjay" atau Bahasa gaul lainnya pun mudah ditemukan di berbagai macam sosial media yang ada.

Tentunya hal ini juga menjadi tanggung jawab pemerintah dalam memutus perkembangan Bahasa gaul ini. Pemerintah bisa menanggulangi ini dengan menerbitkan  Undang-Undang terkait dengan penggunaan Bahasa Indonesia. Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diharapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa gaul di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal atau Bahasa gaul.

Untuk menghindari pemakaian bahasa gaul yang sangat luas di masyarakat pada masa depan nanti, perlu adanya usaha pada saat ini menanamkan dan mengembangkan pemahaman dan kecintaan dalam diri generasi bangsa terhadap Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional. Para orangtua, guru dan pemrintah sangat dituntut kinerja mereka dalam menanamkan dan menumbuhkembangkan pemahaman dan kecintaan anak-anak Indonesia terhadap Bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian Bahasa Indonesia secara baik dan benar pada saat ini dan pada masa depan dapat meningkat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun