Mohon tunggu...
Afifah NabilahSabrina
Afifah NabilahSabrina Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswi Pendidikan IPS UNJ

Mahasiswi Pendidikan IPS UNJ

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kota Besar dan Segala Permasalahannya

21 Desember 2020   09:23 Diperbarui: 26 April 2021   15:52 993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keberadaan permukiman kumuh bukanlah tanpa sebab, salah satu faktor penyebab hadirnya pemukiman kumuh adalah kurangnya ketersediaan lahan untuk pembangunan tempat tinggal. Banyak sekali pemukiman kumuh yang tersebar di wilayah Indonesia, khususnya kota besar yang menjadi Ibu Kota Indonesia, yaitu Jakarta. 

Terlalu banyak masyarakat yang berlomba-lomba untuk mengadu nasib di Jakarta menyebabkan lahan tempat tinggal menjadi langka. Kalaupun tersedia, pastinya tidak bersahabat dengan kantong kelas menengah apalagi memengah ke bawah. Hal ini menjadi pendorong masyarakat untuk hidup di daerah padat dan kumuh, sebab tempat tinggal merupakan kebutuhan primer yang menunjang kehidupan manusia.

Salah satu pemukiman kumuh dan padat di Jakarta adalah permukiman di sekitar Sungai Duri,   depan Roxy Mas, kawasan ini merupakan tepian sungai yang dapat menjadi icon kota Jakarta Barat karena faktanya wilayah tersebut  merupakan wilayah pemukiman kumuh tidak beraturan. Banyak rumah yang menjamur di tepian sungai. 

Tetapi kembali lagi, hunian merupakan kebutuhan primer manusia, maka tidak bisa disalahkan jika mereka  terpaksa meninggali wilayah di tepian sungai itu karena seperti yang kita ketahui, lahan di Jakarta sangatlah terbatas dan tidak bersahabat dengan kantong kebanyakan masyarakat. 

Pada dasarnya, mereka pun menyadari dampak yang akan mereka dapatkan ketika membangun rumah di atas sungai, seperti kesulitan dalam mengakses air bersih, tidak teraturnya jalur pembuangan limbah, banjir, dan tentunya mencemari sungai. 

Namun sejak dulu, pemukiman tersebut memang sudah terbentang di sana. Tak ada perubahan dalam artian berkurang, malah  menjadi bertambah kumuh dan padat. Mereka tak punya pilihan lain, mereka hanya memikirkan bagaimana bisa bertahan hidup untuk hari ini dan bagaimana bisa menyambung hidup untuk esok.

Dalam mengatasi permasalahan pemukiman kumuh yang berada di wilayah Indonesia khususnya di wilayah perkotaan seperti ini, hal utama yang harus diperhatikan adalah pendidikan. 

Karena, pendidikan merupakan kunci utama dalam menghadapi permasalahan. Masyarakat tentunya akan  selalu mempertimbangkan hal-hal primer yang menunjang keberlangsungan hidupnya. Umumnya mereka akan mengatur dan merencanakan kehidupannya sejak bertahun-tahun sebelumnya. 

Hal tersebut cukup terbukti dapat menciptakan kehidupan yang layak. Namun ironisnya, perencanaan tersebut hanya bisa dijalani oleh masyarakat berpendidikan dan bereknomi stabil sedangkan kebanyakan masyarakat menengah maupun menengah kebawah seperti yang tinggal di lingkungan kumuh itu tidak terlalu memperdulikan tentang pendidikan. Padahal kenyataannya, pendidikan itu merupakan investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan. 

Selain itu, peran pemerintah juga masih bisa dibilang sangat kurang dalam mengatasi pemerataan pendidikan guna menekan angka kemiskinan. Padahal, peran pemerintah sangat diperlukan dalam menyelesaikan permasalahan ini. Sekiranya pemerintah bisa membantu menyediakan tempat tinggal  yang baru dengan kualitas yang baik, di lingkungan yang sehat dan tentunya dengan harga yang bersahabat dengan kantong masyarakat menengah dan menengah ke bawah. 

Bagi sebagian masyarakat memanglah tidak mudah untuk meninggalkan lingkungan yang sudah ia tinggali sejak lama itu, namun untuk membujuknya, pemerintah juga bisa memberikan penyuluhan tentang dampak negatif lingkungan kumuh yang mereka tinggali itu. Karena jika masyarakat terus menerus bertempat tinggal di tepian sungai maka akan menimbulkan permasalahan-permasalahan besar lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun