Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan bahwa seorang negarawan akan memikirkan masa depan negara harus menjadi yang lebih baik. Sedangkan politisi, akan memikirkan masa depan dengan hasil pemilu yang harus lebih baik. Ia menyatakan, sebuah negara sepatutnya dipimpin oleh pemimpin yang memiliki sikap politisi sekaligus negarawan dan mempunyai sebuah visi, supaya tidak  menjadi seorang pemimpin yang sewenang-wenang.
"Visi tanpa kekuasaan menjadi sia-sia, kekuasaan tanpa visi menjadi sewenang-wenang," kata Puan dalam pidato Sidang Tahunan MPR RI dan sidang bersama DPR RI dan DPD RI 2024. Oleh karena itu, Puan mengatakan, untuk menjalankan praktik politik kekuasaan, dalam sistem pemerintahan presidensial, dengan keseimbangan cabang-cabang kekuasaan, maka membutuhkan negarawan yang politisi dan politisi yang negarawan. Dengan demikian kekuasaan negara dijalankan untuk kebaikan yang lebih besar, bukan untuk membesarkan diri sendiri, kelompok, maupun kepentingan tertentu.
Puan menuturkan, bahwa demokrasi juga memberikan ruang kepada rakyat yang ikut melakukan fungsi pengawasan sosial melalui media massa, media elektronik, media sosial, kerja-kerja lembaga swadaya masyarakat(LSM), pemikiran-pemikiran akademisi, kerja-kerja ormas, dan lain sebagianya.
Mewujudkan demokrasi yang sejati, bukanlah jalan yang mudah karena itu sebuah jalan yang sulit untuk dilalui. "Mungkin saja kita terhenti sejenak, tetapi kita tidak boleh mundur, karena tujuan kita mulia, tujuan sejak negara ini didirikan yaitu Indonesia untuk semua, merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur," ujar Puan.
Puan menyampaikan, demokrasi indonesia adalah permusyawaratan dan mampu mendatangkan kesejahteraan sosial, hal ini berkaitan dengan pidato soekarno pada 1 Juni 1945. "Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang,bukan satu negara untuk satu golongan," tutur puan. Indonesia merupakan negara buat semua tanpa terkecuali. "Tetapi kita mendirikan negara semua buat semua, satu untuk semua, semua untuk satu. All for One for All," pungkasnya.
Jika seorang pemimpin yang tidak memiliki sebuah visi yang kuat maka pemimpin tersebut berlaku semena-mena, karena pemimpin tersebut tidak memiliki sebuah tujuan yang jelas dan merasa tidak memiliki unutk menggapai sebuah tujuan. Dengan adanya sebuah tujuan pemimpin dapat mengatur dan mejalankan sebuah rencana agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H