Mohon tunggu...
Afif Altamis
Afif Altamis Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Nama saya afif Altamis, hobi badminton

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dihukum karena terlambat masuk kelas

16 September 2024   19:08 Diperbarui: 16 September 2024   19:26 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dihukum Karena Terlambat Masuk Kelas**

Di sebuah sekolah menengah yang terkenal ketat dengan peraturan, ada seorang siswa bernama Arkan yang dikenal cerdas namun sering terlambat. Setiap pagi, jam berapa pun dia berusaha keluar dari rumah, selalu saja ada alasan yang membuatnya terlambat---entah itu macet, atau dirinya yang sulit bangun pagi.

Suatu pagi, setelah hampir dua minggu berturut-turut terlambat, Rian tiba di sekolah hanya beberapa menit sebelum bel terakhir berbunyi. Dengan napas terengah-engah, dia berlari ke kelasnya. Sayangnya, bel sudah berbunyi dan pintu kelas terkunci. Arkan mengetuk pintu dengan panik, tapi tidak ada jawaban.

Akhirnya, pintu dibuka oleh Buk Ina, guru Bahasa Indonesia yang terkenal tegas. "Arkan, terlambat lagi ya? Masuklah, tapi ingat, akan ada konsekuensinya."

Arkan merasa cemas saat masuk ke kelas dan duduk di bangkunya. Setelah pelajaran berakhir, Buk Ina memanggilnya ke meja guru dan berkata, "Karena kamu sering terlambat, kamu harus menjalani hukuman. Kamu akan memilih sampah di sekeliling sekolah."

Arkan merasa frustasi, tetapi dia tahu ini adalah akibat dari kebiasaannya yang buruk. Setelah sekolah selesai, dia menuju lapangan dan mulai mengambil sampah-sampah yang berserakan. Meski awalnya dia melakukannya dengan malas, perlahan-lahan dia mulai melihat manfaat dari tugas tersebut.

Sambil memilih sampah, Rian berpikir tentang bagaimana kebiasaannya yang sering terlambat mungkin mempengaruhi orang lain, terutama teman-teman sekelas dan guru. Ia menyadari bahwa keterlambatannya tidak hanya mengganggu proses belajar, tetapi juga mengabaikan tanggung jawabnya terhadap waktu.

Hari demi hari, Arkan mulai datang lebih awal ke sekolah dan menjalankan rutinitasnya dengan lebih baik. Hukuman yang diterimanya ternyata menjadi pelajaran berharga. Ia belajar tentang tanggung jawab dan dampak dari kebiasaan buruknya.

Beberapa bulan kemudian, saat Arkan berhasil menjalani hari-harinya tanpa terlambat, Buk Ina memanggilnya kembali ke meja guru. "Saya perhatikan perubahan positif dalam dirimu, Rian. Terima kasih telah belajar dari hukumanmu dan menjadi lebih baik."

Arkan tersenyum dengan penuh rasa syukur. Ia menyadari bahwa kadang-kadang, hukuman bukan hanya tentang konsekuensi dari kesalahan, tetapi juga tentang kesempatan untuk belajar dan memperbaiki diri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun