Mohon tunggu...
Pemuja Sunyi
Pemuja Sunyi Mohon Tunggu... Duta Besar - 👤

.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lentera, Jendela, dan Dinding Kamar

2 Juni 2019   06:54 Diperbarui: 30 Juni 2019   05:15 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja aku lentera, dan kamu jendela. menginginkanmu itu hanya mentok di remang-remang, sementara di situ hatimu belum sempurna terbuka masih butuh banyak menimbang.

"Cinta yang baik tak pernah masuk lewat sela-sela jendela, Ia yang baik pasti datang baik-baik melalui pintu terhormat yang diketuk dengan permisi." Curhat jendela pada buku diarinya yang ia tak sadar selama ini bila ada seseorang yang sedang kepo terhadapnya.
 
Sontak saja setelah diam-diam aku membaca diarinya aku sejenak terhenyak mentadaburi tulisannya.

"Ada benarnya juga.. Tapi, aku ini cuma lentera usang yang minderan. di mana hanya mau menyala bila kau nyalakan. Bila tidak ya cuma diam saja mematung merawat sepiku." Gumamku pada keriput dinding kamar yang sudah mulai bosan menatapku semakin menua.

Anehnya di sela-sela diamku dinding kamar rupanya tak pernah bosan menimpukku dengan ayat-ayat sindirannya.

"Sebagai seorang pria sejati haruslah punya pusa (desakan keinginan) dan percaya diri tinggi bila ingin menaklukan hati wanita pujaannya, mengharap ia yang awali mencintaimu bukanlah ciri seorang gentleman." Kicaunya sambil memunggungi wajah antikku.

-----

Indonesia Bagian Selatan, 2/06/19.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun