Mohon tunggu...
Afif Sholahudin
Afif Sholahudin Mohon Tunggu... Konsultan - Murid dan Guru Kehidupan

See What Everyone Saw, But Did Not Think About What Other People Think

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dakwah Digital Era Milenial: Antara Peluang dan Tantangan

12 Agustus 2021   10:28 Diperbarui: 12 Agustus 2021   10:36 5858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua bermula dari penolakan (denial) terhadap realitas yang tidak diharapkan dan tidak direncanakan, namun diikuti dengan resistensi (resistence). Akhirnya dia dipaksa untuk mencoba, bereksperimen, bereksplorasi (exploration). Dalam waktu yang tidak lama terbentuklah komitment (commitment) untuk melakukan perubahan perilaku dan membentuk kebiasaan baru.

Apa saja yang berubah dengan adanya corona? Setidaknya ada 4 Perubahan Besar (Mega Shift) yang dijelaskan oleh salah satu survey. Perubahan itu diantaranya:

  • Stay home lifestyle. Segala sesuatu semakin banyak dikerjakan di rumah. Mulai dari bekerja, bermain, belajar, belanja, semuanya dilakukan di rumah. Bahkan ada juga yang semakin malas keluar rumah karena semuanya sudah bisa dilakukan dari rumah.
  • Empathic Society. Banyaknya korban nyawa akibat Covid-19 melahirkan masyarakat yang penuh empati alias sarat kesadaran sosial.
  • Go Virtual. Meskipun dipaksa untuk menghindari kontak fisik namun kebutuhan komunikasi tidak berkurang. Oleh kare itu masyarakat beralih kepada media digital/virtual.
  • Bottom of The Pyramid. Maksudnya mengacu kepada piramid Maslow. Dulu kebiasaan konsumsi masyarakat yang cenderung ke arah produk konsumtif untuk eksistensi atau gengsi, berubah ke arah kebutuhan-kebutuhan mendasar, seperti makan, kesehatan, keamanan, dll.

Perubahan besar ini mempengaruhi kondisi umat Islam saat ini. Dapat dijumpai paradoks yang dibentrokkan dari dua sisi, yakni lemah dan kuat. Umat Islam berada dalam kondisi lemah di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, militer, hukum, dll. Namun di sisi lain penulis melihat ada peningkatan aspek religiusitas atau spiritualitas yang sengaja ditampakkan oleh berbagai kalangan. Mulai dari artis yang hijrah, komunitas dakwah anak muda, hingga model dakwah yang diterima secara 'milenial'.

source: yuswohady
source: yuswohady

Banyak dari para aktifis dakwah yang baru mengenal dakwah online, terpaksa untuk melakukan kajian secara virtual. Dipaksa untuk mengenal beragam aplikasi video call, menemukan cara paling nyaman dalam menyediakan kuota untuk kajian, hingga merambat ke berbagai aktifitas lain. Semua dipaksa untuk mengikuti zaman yang tren penggunaan alatnya sudah berganti.

Dakwah Era Digital

Rata-rata setiap hari setiap orang menghabiskan waktunya untuk berinternet via device selama 8 jam 36 menit (globalwebindex, Q2 & Q3 2018). Sebanyak 82,05% orang Indonesia mengakses internet adalah untuk berinteraksi dengan teman-temannya melalui sosial media. Selanjutnya dengan alasan untuk akses berita sebesar 73,5% (katadata.co.id, 2015). Berdasarkan urutan, platform sosial media yang paling diminati adalah: YouTube, WhatsApp, Facebook, Instagram. Sedangkan berdasarkan audience, paling banyak dilakukan oleh kalangan milenial dan Gen-Z sebagaimana data di diagram berikut.

Source: Hootsuite
Source: Hootsuite

Berbicara informasi, era saat ini kita bisa berada pada dua posisi, bisa sebagai konsumen informasi atau produsen informasi, atau dua-duanya. Zaman dulu kita mungkin hanya bisa menjadi konsumen informasi. Dulu untuk menjadi produsen informasi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunya modal membuat kanal media. Saat ini, perorangan pun bisa menjadi rujukan berita masyarakat, bahkan tanpa modal. Kondisi ini tidak lain karena peran kemajuan teknologi. Hebatnya informasi yang diproduksi oleh pribadi bisa menjadi informasi yang viral, bahkan dapat mempengaruhi opini nasional.

Sebuah penelitian mencatat bahwa di zaman sekarang seseorang dapat mengonsumsi informasi lebih dari 2000-an informasi. Artinya persaingan informasi semakin ketat, pengembangan branding semakin sulit. Akhirnya kita melihat bahwa ketika kita ingin memunculkan sesuatu, sekedar dilirik saja sudah syukur. Banyak orang yang sudah berkali-kali menerima informasi baru namun tertarik dengan informasi baru lainnya, sekalipun muncul hanya berupa selingan. Butuh attention di awal agar orang-orang melirik kita. Jika sudah, maka bagaimana caranya agar orang yang sudah melirik itu semakin mendekat. Cara ini yang harus difikirkan demi menarik interest dari informasi yang sudah kita berikan.

Jika sudah tertarik, maka orang tersebut akan melakukan action dalam ruang jumpa yang tidak mesti bertatap muka. Bisa seseorang ingin tertarik dengan kelas kita hanya dengan deal transfer lalu bergabung di dalam grup. Namun saat ini sebelum melakukan action tersebut, kemudahan teknologi membuat seseorang melihat informasi latar belakang dengan pencarian yang bisa dia akses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun