Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Rekomendasi Film India Terbaik Mengenai Pendidikan dan Perempuan

16 Februari 2023   07:24 Diperbarui: 16 Februari 2023   07:34 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Produktivitas industri perfilman India seakan tak lekang oleh waktu. Beberapa di antaranya memiliki rating tertinggi berdasarkan IMDb maupun situs rating film lainnya. Tak mengherankan sebab setiap film bollywood memiliki keunikan yang sayang untuk dilewatkan.

Selain memiliki ciri khas tarian dan lagu yang memikat hati, banyak film bollywood yang menyajikan plot cerita menarik dan berbeda dari film terkenal lainnya. Isu cerita yang kebanyakan relate dengan kehidupan membuat penonton setia menyaksikannya.

Dari sekian banyak film bollywood yang pernah saya tonton sepanjang usia, film mengenai isu pendidikan dan women empowerment selalu menarik untuk disimak. Profesi sebagai pendidik membuat saya banyak belajar dari film-film berikut:

Taare Zamen Par (2007)

Taare Zamen Par atau Like Stars on Earth merupakan film yang dibintangi, diproduseri, sekaligus disutradarai oleh Aamir Khan. Film ini bercerita tentang seorang anak laki-laki kelas 3 SD yang mengidap disleksia.

Disleksia merupakan hambatan belajar di mana seseorang memiliki kesulitan membaca, menulis, dan mengeja akibat adanya kerusakan pada otak sejak lahir. Adapun gejala paling umum dari disleksia yakni adanya keterlambatan bicara, sulit mengikuti pembelajaran dengan baik, hingga terisolasi dari lingkungan sosial.

Anak tersebut bernama Ishaan Nandkishore Awasthi. Sehari-hari, tak jarang ia mendapat cap anak 'bodoh', 'malas', ataupun 'nakal' karena tidak seperti perkembangan teman sebaya pada umumnya. Akibatnya, Ishaan sering mendapat hukuman dari guru dan perundungan dari teman-temannya.

Meski demikian, Ishaan sangat pandai dalam hal menggambar. Kelebihan tersebut diketahui oleh Ram Shankar Nikumb, guru keseniannya. Setelah mengalami banyak kesedihan dan demotivasi, bagaimana cara Ishaan dapat bangkit kembali? Bagaimana cara guru keseniannya mengakomodasi bakat tersebut?

Film ini cukup mengharukan dan menginspirasi, apalagi melihat perjuangan Ishaan dan Ram dalam menunjukkan kelebihan dibalik gangguan disleksia tersebut. Taare Zamen Par mengajarkan bahwa setiap anak memiliki kelebihan dibalik kekurangannya masing-masing.

Semestinya guru dan orang tua fokus untuk mengembangkan kelebihan tersebut, mengarahkan anak untuk menyadari bakat dan minatnya sehingga menimbulkan rasa percaya diri. Dukungan moral dan material dari lingkungan terdekatnya sangat dibutuhkan bagi anak-anak yang 'spesial' tersebut.

Film ini juga mengajarkan bahwa lingkungan pendidikan inklusif sangat berperan besar bagi perkembangan anak dengan hambatan belajar. Warga sekolah semestinya bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang 'aman' bagi seluruh anak. Sebab, setiap anak berhak belajar dengan baik.

Rating IMDb: 8.3/10

Rating Pribadi: 8.5/10

3 Idiots (2009)

Film drama-komedi ini rupanya diadaptasi dari novel Five Point Someone milik Chetan Bhagat. Secara garis besar, 3 Idiots bercerita mengenai pencarian teman lama yang hilang oleh 2 sahabat sejak duduk di bangku perkuliahan.

Mereka berdua kembali mengingat kenangan tentang teman lama tersebut yang 'meng-ilhami' keduanya untuk memandang dunia dengan cara yang berbeda, bahkan ketika semua orang menyebut ketiga sahabat tersebut dengan panggilan 'idiot'.

Film ini juga membahas sistem pendidikan dan kehidupan mahasiswa salah satu universitas terbaik di Delhi, India. Sayangnya, universitas tersebut lebih mengutamakan prestasi akademik. Hafalan dan skor tinggi menjadi patokan keberhasilan mahasiswa di sana.

Meski berasal dari India, film 3 Idiots seakan menjadi sindiran halus terhadap praktik sistem pendidikan di Indonesia. Kritik mengenai sistem pendidikan yang lebih menekankan kompetensi akademik daripada minat dan bakat mahasiswa sangat kentara dalam beberapa scene.

Persaingan kompetensi akademik membuat banyak orang mengabaikan kemampuan sosioemosional dan moral demi mencapai keberhasilan. Tak heran banyak oknum yang melakukan kecurangan seperti memakai jasa joki untuk meraih gelar guru besar, misalnya (ups).

Film 3 Idiots juga membahas kecenderungan masyarakat untuk berlomba-lomba menyekolahkan anak mereka di sekolah favorit hanya demi nama baik dan ijazah keren semata. Padahal, hal tersebut belum tentu sesuai dengan keinginan dan kemampuan anak.

Overall, alur cerita yang seru, beberapa adegan yang kocak, dan pemain yang memanjakan mata membuat film ini sangat menarik untuk ditonton. Meski tergolong film lama, 3 Idiots masih bisa ditemui pada platform nonton legal, ya.

Sumber: Harian Film
Sumber: Harian Film

Rating IMDb: 8.4/10

Rating Pribadi: 8.6/10

Hichki (2018)

Siapa yang rindu dengan mbak Tina dalam film Kuch Kuch Hota Hai? Di film ini, Rani Mukerji  memerankan tokoh Naina Mathur, seorang guru yang memiliki sejuta impian untuk berkontribusi pada dunia pendidikan. Sayangnya, beliau mengalami banyak penolakan karena menderita sindrom Tourette.

Sindrom tourette termasuk gangguan sistem saraf di mana seseorang melakukan gerakan atau mengeluarkan suara yang tidak dikehendaki. Dalam film Hichki diceritakan bahwa Naina Mathur sering melakukan gerakan reflek seperti cegukan.

Uniknya, Naina Mathur justru menjadikan kelemahan tersebut sebagai kekuatannya. Setelah mengalami banyak penolakan dalam wawancara kerja, akhirnya beliau diterima sebagai guru pada salah satu sekolah di kota besar. Namun, kepala sekolah sengaja menempatkannya di kelas 'spesial'.

Dengan penuh kegigihan, Naina Mathur berusaha semaksimal mungkin untuk beradaptasi dengan siswa yang pemberontak dan usil. Tak jarang beliau mendapat 'kejutan' tidak menyenangkan dari siswanya, berharap beliau menyerah dan mundur untuk mengajar di kelas tersebut.

Bagaimana cara Naina Mathur bertahan? Bagaimana pula cara beliau memastikan siswanya dapat menyadari bakat dan minat dalam belajar? Terlepas dari sindrom yang dimilikinya, Naina Mathur merupakan potret guru teladan sekaligus idaman.

Film Hichki banyak mengajarkan berbagai pendekatan dalam pembelajaran dan dapat memotivasi seseorang untuk tidak meratapi kelemahan dalam diri. Alur ceritanya menarik meski mudah ditebak. Akting Rani Mukerji menjadi seorang disabilitas sangat natural, tak heran beliau meraih banyak penghargaan dalam film ini.

Sumber: Gulf News
Sumber: Gulf News

Rating IMDb: 7.5/10

Rating Pribadi: 8.7/10 (I stand for mbak Tina)

Raatchasi (2019)

Film Raatchasi menceritakan tentang perjuangan kepala sekolah baru bernama Geetha Rani yang senantiasa diremehkan sebab beliau merupakan seorang perempuan. Dikisahkan pada zaman tersebut, stereotip bahwa perempuan memiliki kedudukan di bawah laki-laki masih sangat kental di India.

Beliau sengaja ditempatkan oleh pemerintah di sebuah sekolah terpencil bagian selatan India. Ketika pertama kali menapaki sekolah tersebut, Geetha menyadari ada banyak hal yang harus dibenahi dan diperjuangkan demi pendidikan yang lebih layak.

Dengan kepribadian yang tegas dan cerdas, beliau senantiasa gigih menghadapi setiap masalah yang terjadi di sekolah tersebut. Mulai dari bangunan sekolah yang sama sekali tidak layak, sistem pendidikan yang sangat tidak profesional, siswa yang amoral dan tak ada motivasi belajar, hingga orang tua yang meremehkan nasib anaknya sendiri.

Dengan keteguhan beliau, sekolah tersebut perlahan bangkit dan mulai dibicarakan masyarakat umum. Tak heran terdapat kompetitor dari sekolah lain di kota yang merasa tersaingi hingga bermaksud memberikan banyak masalah pada sekolah Geetha. Namun, Geetha selalu berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Film mengenai women empowerement yang dikemas dengan nuansa pendidikan dan budaya India yang khas sangat menarik untuk diikuti. Terdapat beberapa plot-twist dan scene yang mengharukan meski durasi film ini cukup lama yakni sekitar 175 menit. Film ini banyak mengandung pesan moral, utamanya bagi wajah perempuan dalam pendidikan.

Sumber: The Indian Express
Sumber: The Indian Express

Rating IMDb: 7.4/10

Rating Pribadi: 8.8/10 (heran deh kenapa film sebagus ini underrated)


Gangubai Kathiawadi (2022)

Prostitusi dan kekerasan seksual merupakan permasalahan sosial yang mayoritas menjadikan perempuan sebagai korban. Sebab, perempuan sering dianggap lemah dan tidak berdaya dalam negara yang masih kental dengan budaya patriarki.

Film yang sempat menduduki peringkat 10 teratas tontonan populer di Netflix ini mengisahkan tentang Gangubai Kothewali, seorang gadis yang dijual oleh kekasihnya ke daerah prostitusi seharga ribuan rupee. Tak punya pilihan lain, Gangubai menjalani hari dengan memuaskan nafsu pelanggan untuk bisa bertahan hidup.

Suatu hari, Gangubai mendapati seorang pelanggan brutal yang membawanya bertemu dengan salah satu mafia terkenal dan paling dihormati, Rahim Lala. Rahim tertarik dengan keberanian Gangubai dan membuatnya menjadi ratu prostitusi yang dihormati oleh masyarakat sekitar.

Singkat cerita, Gangubai memanfaat kecerdasan, koneksi, dan kekuasaannya untuk memperjuangkan hak perempuan dan pekerja seksual. Secara perlahan, beliau mengubah wajah dunia prostitusi menjadi hal yang dapat berdampingan dengan masyarakat, bukan sekadar tempat dunia kelam semata.

Konflik yang dihadapi Gangubai pun cukup kompleks. Mulai dari pandangan masyarakat yang menganggap rendah, adanya isu penggusuran, kekerasan dan pemerasan dari pelanggan yang sangat merugikan, hingga konflik persahabatan antar pekerja seksual.

Film ini memiliki makna yang mendalam terkait dengan pemberdayaan perempuan tanpa memandang status sosial dan pekerjaannya. Dialog yang kuat, sinematografi yang khas, serta jalan cerita yang menegangkan sekaligus mengharukan menambah nilai film ini untuk ditonton.

Sumber: The Editor
Sumber: The Editor

Rating IMDb: 7.8/10

Rating Pribadi: 8.8/10

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun