Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lulus Sarjana Pendidikan, Lebih Baik Pilih Lanjut Studi atau Berkarier?

10 Januari 2023   23:06 Diperbarui: 12 Januari 2023   04:25 1768
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan, bagi sarjana pendidikan yang ingin menjadi ahli dalam bidang kependidikannya masing-masing, maka pilihan untuk melanjutkan studi ke jenjang Magister (S2) sangat bisa dipertimbangkan. Selain mendapatkan ilmu, relasi, dan pengalaman baru, gelar magister kini juga menjadi syarat prioritas bagi sekolah swasta bertaraf internasional.

Sumber: Forbes
Sumber: Forbes

Saingan pencari kerja bagi lulusan S2 tentu tidak sebanyak ketika sarjana dan memiliki prospek karir yang biasanya menawarkan salary lebih tinggi. Selain menjadi guru, penyandang magister pendidikan dapat menjadi kepala sekolah, dosen (yang beberapa tahun mendatang akan dinaikkan syaratnya menjadi S3), konsultan, pembicara dalam berbagai seminar, dan sebagainya.

Kuliah S2 pun terasa lebih menantang dan dinamis mengingat rentang usia dalam satu kelas bervariasi, terdapat praktisi yang kuliah sambil bekerja sehingga menambah insight baru, juga kesempatan bertemu dan berdiskusi dengan profesor yang ahli dalam suatu bidang semakin besar sehingga banyak ilmu baru yang didapatkan.

Menyoal biaya pendidikan, di Indonesia banyak sekali lembaga yang menyediakan beasiswa S2 seperti LPDP milik Kemenkeu, Baznas, dan masih banyak lagi. Tidak jarang lembaga swasta pun bersedia mendanai penelitian yang dilakukan selama menjadi mahasiswa S2. Kuncinya: jangan lelah mencari informasi di media sosial, ya.

Terakhir, jika lanjut studi PPG, S2, atau menjadi guru dirasa tak sesuai dengan passion, maka sarjana pendidikan pun bisa berkarir sesuai dengan kemampuan di luar gelar akademiknya. Dengan mengikuti berbagai pelatihan sesuai dengan bakat minat, berlatih terus menerus, dan mencari relasi sebaik mungkin, niscaya kesempatan kerja akan terbuka dengan sendirinya.

"Terus, kalau nggak pengen lanjut studi maupun jadi guru tapi nggak ngerti bakat dan minat diri sendiri, gimana, dong?"

Nah, kalau itu sih minta disentil pakai lato-lato! Hehe, canda. Bakat memang bawaan sejak lahir dan berasal dari keturunan, namun minat sangat bisa dicari dan digali. Mengenali bakat dan minat terkadang tidak mudah bagi beberapa orang, oleh sebab itu diperlukan usaha untuk mencoba berbagai kegiatan hingga menemukan sesuatu yang membuat klik. Tes psikologi juga dapat menjadi penunjang dalam menentukan bidang apa yang ingin dikuasai.

Di era industri 4.0 kini banyak perusahaan swasta yang tidak mementingkan gelar, melainkan kemampuan dan keterampilan dalam bekerja. Di negara maju pun, rekruiter jarang sekali yang menanyakan "Anda lulusan dari kampus mana?" atau "Berapa IPK Anda selama kuliah?", melainkan "Apa yang bisa Anda lakukan dan membawa manfaat bagi perusahaan kami?". Maka tidak menutup kemungkinan bagi sarjana pendidikan untuk bisa menjadi apa saja.

Belum lagi maraknya situs freelance yang membuka banyak peluang kerja bagi lulusan manapun, atau sarjana pendidikan yang memutuskan untuk self-employed alias ber-wiraswasta. Maka ---sekali lagi, semua bisa jadi apapun. Yang terpenting, pilihlah sesuai dengan keinginan dan tujuan masing-masing. Tak perlu berkecil hati, membandingkan dengan ina-inu, keputusan sepenuhnya ada di tangan kalian (dan juga restu orangtua, of course). Selamat memilih!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun