Dua hari terakhir, tidak seperti biasanya saya bolak-balik buka aplikasi Twitter untuk memantau kehebohan di dalamnya. Selama hampir 48 jam, trending topic dengan kata kunci "Natalie" terpantau menjadi urutan teratas dan tidak tergoyahkan sama sekali. Kehebohan ini rupanya juga menyangkut nama yang beberapa tahun lalu viral karena kasus plagiarisme di Facebook dan ancaman terhadap seorang jurnalis dari VoA. Ya, Asa Firda Inayah atau yang lebih kita kenal dengan nama pena Afi Nihaya Faradisa.
Kronologi
Kehebohan dimulai ketika ada akun alter (sebutan kekinian bagi second atau fake account di media sosial) @ciaobelle mengunggah percakapan dengan seorang lelaki yang diduga mengajaknya untuk "ena-ena" berkedok ngopi bareng. Karena @ciaobelle ini merasa tersinggung dan dianggap murahan, maka identitas dari lelaki tersebut disebarluaskan dan mendapat berbagai tanggapan dari netizen. Nah, dari sekian banyak pro dan kontra, terdapat salah satu akun yang menanggapi hal tersebut dengan cukup serius dan kontroversial.
Akun tersebut juga diduga sebagai akun alter @NatNatalie__ ---yang selanjutnya akan kita sebut dengan Natalie. Beliau menunjukkan keresahan terhadap akun @ciaobelle yang semudah itu untuk mengungkap identitas seseorang karena merasa tersinggung, padahal belum tentu ajakan ngopi dari lelaki tersebut merupakan ajakan untuk berhubungan badan. Natalie menyebut @ciaobelle tidak paham konsep dari sexuality consent atau persetujuan dari kedua belah pihak atas terjadinya aktivitas seksual.
Utas yang dibuat oleh Natalie cukup panjang sampai pada akhirnya beliau membuat statement bahwa pada dasarnya setiap individu adalah "L***E" (sebutan kasar bagi pekerja di ranah prostitusi). Logika Natalie sampai pada bahwa setiap individu yang bekerja juga menjual "tubuh", hanya saja bentuk jasa yang dijual dan yang diperoleh berbeda. Statement inilah yang menuai banyak komentar dari netizen hingga selebtwit. Keributan semakin membuncah ketika ada akun atas nama @aulrevoir (Aul) mengunggah meme yang merepresentasikan bahwa sosok dibalik Natalie adalah Afi Nihaya Faradisa. Hal tersebut didasarkan atas foto profil Twitter Natalie yang diblur bagian wajah mirip sekali dengan struktur wajah Afi. Bedanya, foto Afi selalu menggunakan hijab, sedangkan Natalie lebih sering mengunggah foto half naked.
Afi yang merasa dirugikan oleh meme buatan Aul akhirnya menulis kegeramannya di akun @Asa_Afi terkait dengan hal tersebut. Beliau menyangkal bahwa orang dibalik Natalie adalah dirinya dan juga meminta bantuan rakyat Twitter untuk mengungkap identitas dari Aul. Setelah mendapatkannya, Afi mengunggah identitas Aul dan tentu saja perilaku tersebut tidak dibenarkan, terlepas dari siapa yang dirugikan. Selang beberapa waktu, postingan doxing tersebut dihapus oleh Afi. Beliau tetap kekeuh untuk mencari Aul dan ingin bertemu dengannya.
Tiba-tiba, munculah Serafina dengan akun @seravineu (buset, banyak banget ya tokohnya wkwkwk XD) yang membuat thread panjang perihal kesamaan Natalie dan Afi. Thread ini berisi kompilasi informasi dari rakyat Twitter dalam membandingkan perilaku Natalie dan Afi yang tampak pada sosial media masing-masing. Menurut saya bagian ini sih yang paling mind blowing. Netizen menemukan 20 persamaan yang tentunya didapat dari hasil penelusuran secara mendalam di akun keduanya. Dari struktur badan yang mirip, sesama mahasiswa psikologi, postingan tentang vaksin, postingan tentang putus dengan kekasih, timeline dan ceritanya 99% mirip banget nget nget nget! Tentu hal tersebut membuat rakyat Twitter semakin yakin bahwa mereka adalah satu orang yang sama: Asa Firda Inayah.
Thread selengkapnya bisa dibaca di sini: https://twitter.com/kusumaaranii/status/1571829945378426880?t=xIz7nKf1dVZ3iEE33s2pKg&s=08
Just in case jika akun Serafina hilang, masih bisa dibaca di: https://threadreaderapp.com/thread/1571188585885470720.html
Terdapat 2 kemungkinan: apakah orang di balik akun Natalie adalah Afi, atau memang ada orang lain yang sengaja membuat Afi seolah memiliki akun alter? Wallahua'lam. Jika memang Natalie bukan Afi, sebenarnya cukup dibuktikan dengan cara mereka ketemu dan live bersama di sosial media saja. Case closed. Namun, yang dilakukan Afi justru sibuk mencari tahu identitas Aul, mengancam Serafina dengan akun bodong, mengancam Rania Kusuma (teman kuliah Afi yang juga speak up telah diintimidasi oleh Afi), dan juga menakuti netizen bahwa beliau akan nekat melakukan suicide. Hal ini memperkuat asumsi netizen bahwa Afi adalah orang yang problematik. Padahal, memiliki akun alter pun sah-sah saja selama tidak merugikan orang lain.Â
Alter-Ego
Berbicara tentang akun alter, setiap manusia tentu memiliki sisi lain yang berbeda dari apa yang biasanya ditunjukkan terhadap khalayak. Sisi yang berbeda tersebut mengalami berbagai pertimbangan untuk tidak ditunjukkan hingga akhirnya disalurkan pada media lain yang memungkinkan untuk tidak diketahui orang-orang terdekat. Dilansir dari halosehat.com, alter-ego merupakan sebuah karakter atau identitas yang direpresentasikan secara sadar. Karakter tersebut seringkali merupakan gambaran ideal atau sosok lain tentang dirinya yang tidak dapat direalisasikan di dunia nyata.
Berbeda dengan hambatan kepribadian ganda atau Multiple Personalities Disorder (MPD), seseorang menunjukkan alter-egonya secara sadar dan menghidupkan karakter tersebut dengan sengaja. Alter-ego juga tidak dapat dikatakan sebagai gangguan mental karena dapat dikendalikan sendiri. Setiap orang berpotensi memiliki alter-ego dan berhak menyalurkannya selama tidak mengganggu orang lain di sekitarnya. Pemahaman masing-masing orang terkait alter-ego juga masih berberbeda-beda. Ada yang diwujudkan dalam bentuk suara di kepala, karakter yang berseberangan, ada pula yang mewujudkan alter-egonya untuk kepentingan tertentu.
Salah satu sosok yang menggunakan alter-egonya untuk kepentingan profesional adalah penyanyi Beyonce. Beliau mengeluarkan karakter bernama Sasha Fierce saat harus tampil dengan kesan pemberani. Sementara, beliau sendiri merasa bahwa karakter asli seorang Beyonce merupakan sosok yang pemalu dan pendiam. Oleh sebab itu, beliau mengandalkan karakter buatan ketika sedang menyanyi di atas panggung agar mendapat performa yang maksimal dan memuaskan penggemarnya.
Dalam kasus Afi ---jika memang BENAR bahwa beliau merupakan sosok di balik Natalie, mungkin beliau memiliki sisi sensual yang berseberangan dengan kesan yang ditampakkan sejak beliau viral beberapa tahun lalu hingga saat ini. Afi yang dikenal cerdas, suka perpikir kritis, "nggak neko-neko", berasal dari keluarga sederhana, dan sehari-hari menggunakan hijab, ingin menampakkan diri sebagai sosok yang smart, sexy, and rich seperti yang dikesankan pada akun Natalie. Bukan masalah jika hal tersebut tidak menimbulkan perilaku doxing, abuse power, dan ancaman yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.
Tidak akan menjadi masalah pula jika Afi bisa lebih rapi dalam menyembunyikan identitas sebenarnya ketika sedang berperan sebagai Natalie. Sebab, hari ini netizen-dengan-segala-kemampuan-intel-dan-kegabutannya menemukan bukti telak bahwa Natalie adalah 99.99999% Afi dalam postingan berikut:
Maha benar netizen atas segala temuannya.
Hikmah yang bisa diambil
Dari kasus yang sampai artikel ini ditulis masih saja belum menemukan ending-nya, kita dapat belajar bahwa membagikan segala sesuatu secara berlebihan (oversharing) di sosial media merupakan hal yang kurang bijak, apalagi jika tujuannya hanya ingin diakui oleh orang lain sebagai sosok yang sempurna dan layak dikagumi. Terlalu mengumbar privasi dan setiap peristiwa yang dialami rupanya dapat menimbulkan masalah besar bagi sebagian orang. Selain merugikan diri sendiri, terkadang hal tersebut juga merugikan orang lain baik disengaja maupun tidak.
Pencemaran nama baik, perilaku mengumbar identitas orang lain tanpa izin (doxing), menggunakan kekuatan followers untuk memperoleh dukungan atau validasi terhadap kesalahan diri sendiri, dan mengancam orang lain atas alasan apapun juga merupakan perilaku yang tidak dapat dibenarkan. Apalagi, saat ini Undang-undang tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) sangat getol dikampanyekan sebagai bentuk perlindungan hukum bagi korban yang dirugikan. Semoga, siapapun yang bersalah dalam kasus ini segera mendapat hidayah dan yang dirugikan segera mendapat solusinya. Kebenaran akan selalu menemukan jalan.
Afi dan/atau Natalie ibarat kotak pandora yang dibuka oleh netizen secara perlahan. Kita yang tidak mengenal keduanya secara personal tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri mereka. Apa yang telah mereka lalui, mengapa mereka nekat melakukannya, dan kenapa mereka sampai di titik tersebut, kita benar-benar tidak tahu. Pun yang mengenal keduanya secara dekat, belum tentu mereka memahami keduanya dengan baik. Oleh karena itu, ada baiknya kita juga turut bijak dalam menanggapi dan berkomentar di media sosial.
Terakhir, saya ingin berpesan baik untuk Afi dan/atau Natalie: jika merasa butuh bantuan profesional, then go for it.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H