Mohon tunggu...
Afif Auliya Nurani
Afif Auliya Nurani Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Semakin kita merasa harus bisa, kita harus semakin bisa merasa

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Nur Mahmudah dan Jajanan Tradisionalnya yang "Menahun"

15 April 2019   23:24 Diperbarui: 15 April 2019   23:36 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Besar Kota Malang tampak depan (Dokpri)

Siapa di sini yang suka jajan?

Bagi saya, jajan (kue atau kudapan) adalah suatu kebutuhan. Bagaimana tidak? ketika mengerjakan tugas, menonton drama korea, mengobrol dengan teman, hingga memikirkan dia yang tidak memikirkan kita, jajan adalah pilihan yang paling tepat untuk menemani. Apalagi jika jajannya berasal dari masa kecil, sedikit-banyak tentu mengobati rasa rindu kita terhadap masa-masa itu.

Nah! Meski masih banyak toko jajan yang berada di pinggir jalan besar, tidak semuanya memiliki jajanan yang lengkap dan rasa yang vintage (maksudnya rasa tradisional, gitu). Sebagian besar toko tersebut hanyak buka di pagi hingga sore hari atau hanya menerima pesanan tertentu. Untuk itu, Anda harus coba jajanan yang terdapat pada toko berikut ini. Check it out!

Lokasi jajanan tradisional yang satu ini sangat mudah dicari karena berada di dalam Pasar Besar Kota Malang. Dari pintu masuk utama, langsung saja turun ke lantai satu ---tepatnya di bagian sembako dan makanan. Kemudian tetap berjalan lurus sekitar 20 meter lalu belok kiri hingga mencapai pintu samping. Toko jajanan ini terletak tepat di depan toko parfum. Pokoknya yang jualan parfum akhi-akhi berwajah Arab kental. Atau langsung saja menuju sayap kanan pasar dan masuk pintu kedua dari depan, maka akan langsung terlihat puluhan jajanan tradisional yang mengundang lapar.

Pasar Besar Kota Malang tampak depan (Dokpri)
Pasar Besar Kota Malang tampak depan (Dokpri)

 Ibu Nur Mahmudah (51 tahun) sebagai penjual jajanan tersebut langsung menyambut saya dengan sangat welcome dan ceria. Kami pun berbincang cukup lama sambil sesekali beliau melayani pelanggan dengan telaten. 

Beliau bercerita bahwa usahanya telah dirintis sejak 18 tahun silam. ketika ditanya mengapa memilih untuk berbisnis jajanan, beliau menjawabnya dengan cara yang sederhana sekali, "Yaaa... Karena saya suka bikin jajan, dan saya yakin rejekinya ada di sana (re: berjualan jajan)".

Pada awalnya, beliau adalah pembuat sekaligus penjual jajanan tradisional. Dikarenakan Ibu dari 4 anak tersebut sudah tidak cukup kuat untuk membuatnya sendiri, kini sebagian jajannya diperoleh dari pemasok yang tersebar di beberapa tempat. Jadi, beliau selalu berangkat lebih awal sebelum membuka tokonya untuk mengambil beberapa jajanan dari para pemasok. 

Toko kuenya yang begitu sederhana tidak membuat Ibu Nur mengeluh. Meski berjaga toko sendirian hingga waktunya tutup, beliau sangat bersyukur dengan profesi yang dijalaninya. Oh, ya, selain berjualan jajan, beliau juga membuka jasa pijat refleksi di rumahnya yang berada di daerah Jalan Halmahera. Setiap ba'da Maghrib, beliau menerima pasien pijat baik yang datang di rumahnya atau yang meminta beliau untuk mendatangi rumah pasiennya.

Sekilas, jajanan yang dijual tidak jauh berbeda dari jajanan tradisional pada umumnya. Tapi jangan kaget, beliau menjual puluhan jenis jajanan setiap harinya, lho! Iya, puluhan. Mulai dari onde-onde, gethas, gethuk, apem, ongol-ongol, kucur, jenang, lupis, pukis, lumpur, lumpia, hingga jajanan masa kini seperti tahu krispi, martabak, jelly, juga nasi ayam krispi pun ada. Super komplit. Tinggal sebut nama jajanan yang Anda inginkan, hampir semuanya tersaji di depan mata. 

Harga yang ditawarkan pun beragam dengan rentang seribu hingga empat ribu rupiah saja. Sangat worth it bagi kaum pelajar dan menengah. Eits, meski harganya mudah dijangkau, tapi kualitasnya bukan main. Ibu Nur mengaku tidak sembarangan dalam memilih bahan dan pemasok jajan di tokonya.

Ketika saya tanya, "Lha, buk, jajannya sebanyak ini kalau ndak habis gimana?". Rupanya, beliau selalu mengadakan semacam flash sale menjelang toko ditutup, yakni menjual jajannya dengan harga yang jauh lebih murah. Tujuannya agar tidak mubadzir atau basi jika dibiarkan sampai esok. Untuk jajanan kering yang tidak gampang basi, biasanya Ibu Nur menjualnya hingga 2 hari ke depan.

Meski tokonya terletak di tengah lalu lalang pengunjung pasar, beliau tidak mempermasalahkan hal tersebut. selama mendapat izin dari toko-toko sekitarnya, beliau akan tetap berjualan di sana hingga mendapat tempat yang lebih layak. Justru letaknya yang berdekatan dengan pintu keluar-masuk membuat tokonya banyak dikunjungi pembeli baik dari usia sekolah hingga nenek-nenek. Jajanan tradisional memang menjadi pengganjal perut yang tepat tanpa mengenal usia. 

Bagaimana, sudah ngiler belum? Hihihi. Jangan khawatir, toko Ibu Nur buka setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 16.00 WIB. Jika jajanannya telah ludes, maka bisa jadi beliau menutup tokonya sebelum waktu yang telah ditentukan. Ibu Nur juga bersedia menerima pesanan jajanan dalam jumlah besar kok. Cocok untuk acara kenduri, lamaran, rapat, maupun event-event lainnya. Cukup konfirmasi dengan cara kunjungi tokonya atau pesan via Whatsapp beliau saja, katanya.

Di akhir obrolan kami, beliau mengutarakan harapannya untuk toko jajanan sederhana tersebut agar senantiasa diberi kelancaran dan segera mendapat tempat yang lebih layak lagi. Yuk, kita Aamiin-kan bersama!

Foto bersama Ibu Nur Mahmudah. Sehat selalu ya, Bu! (Dokpri)
Foto bersama Ibu Nur Mahmudah. Sehat selalu ya, Bu! (Dokpri)

***

Tulisan ini merupakan cikal bakal dari sebagian kecil isi buku "Gastronomi 105 Kuliner Legendaris Kota Malang", buah karya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Malang dan Blogger Kompasiana Malang (Bolang).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun